Sejak belia Nike Ardilla memang kerap mengiringi penyanyi-penyanyi kelas
atas Indonesia. Beberapa nama diantaranya Nicky Astria, Ikang Fawzy,
dan lainnya. Lagu-lagu yang dibawakannya pun terbilang gahar. Karena
saat itu Nike belum punya album atau lagu sendiri, dia membawakan
lagu-lagu lagu rock barat seperti "The Final Countdown" (Europe) dan
"Hongky Tonk Woman" (Rolling Stones).
Suatu ketika, dalam sebuah konser di Aceh, Ikang Fawzy mengaku kagum dengan bakat yang dimiliki oleh Nike kecil. Saat itu, suami Marissa Haque itu melihat Nike yang masih kelas 5 SD punya kematangan mental di atas panggung layaknya seperti penyanyi umur 20 tahunan. Maklum saja, postur badan Nike memang tinggi, padahal saat itu Nike baru berusia 11 tahun.
Di usia itu, Nike Ardilla masuk dunia rekaman lewat sebuah single berjudul "Lupa Diri" yang dimuat dalam album kompilasi Bandung Rock Power (1987). Setahun kemudian pada Juli 1988 saat dia baru lulus SD, Nike merekam album perdananya di JK Records yang sempat gagal rilis. Album yang berisi 11 lagu ini tidak dirilis karena pada saat itu Nike masih sangat belia (12 tahun), kurang cocok dengan materi lagunya yang bertema cinta-cintaan.
Album yang belum sempat dirilis 18 tahun lalu itu akhirnya dikeluarkan tahun 2013. Uniknya, di album pertamanya ini, masih menggunakan nama Nike Astrina.
Oktober 1989 Nike bergabung dengan Proyek Q Records. Di sinilah awal petemuannya dengan Deddy Dores lewat album 'Seberkas Sinar'. Namanya pun diganti dari Nike Astrina menjadi Nike Ardilla. Album pertama dengan nama Nike Ardilla ini meledak di pasaran, laku sampai 500 ribu kopi.
Februari 1990 Nike merilis album kedua "Bintang Kehidupan" yang terjual sampai 2 juta copy. Lagu ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris "The Star of Life" dan membawanya juara di 'Asia Song Festival 1991' di Shanghai China.
Nike jadi kontestan termuda pada saat itu (umur 15 tahun). Sukses album "Seberkas Sinar" dan "Bintang Kehidupan" juga diikuti dengan sukses album-album berikutnya. Album terakhirnya 'Sandiwara Cinta' yang dirilis sebulan sebelum meninggal bahkan terjual lebih dari 3 juta kopi.
Sembilan dari albumnya mendapat penghargaan sebagai best-selling-album (album terlaris). Empat kali dari BASF Awards (album Bintang Kehidupan, Nyalakan Api, Biarlah Aku Mengalah, Mama Aku Ingin Pulang). Empat kali dari HDX Awards (album Biarkan Cintamu Berlalu, Deru Debu, Sandiwara Cinta, Suara Hatiku) dan satu kali dari Anugrah Industri Muzik Malaysia (album Duri Terlindung).
Selain menghasilkan album-album laris, Nike Ardilla juga menggeluti dunia film dan sinetron. Film pertamanya berjudul "Kasmaran" dibintangi saat usianya masih 11 tahun. Film lain yang dibintanginya adalah Gadis Foto Model, Si Kabayan & Anak Jin, Si Kabayan Saba Metropolitan, Lupus 4, Nakalnya Anak Muda, Cinta Anak Muda, Olga & Sepatu Roda, Nuansa Gadis Suci, Kembali Lagi, Saputangan Bandung Selatan, Opera Anak Juang Indonesia, dll.
Dia juga membintangi sejumlah sinetron ; Bunga Kampus, Senandung Senja, Impian Pengantin, Sukreni Gadis Bali, Ceplas-Ceplos, None, Trauma Marissa, Warisan, Jalur Putih, dll.
Selain di dunia entertainment, Nike juga berprestasi di bidang modeling di antaranya juara dua pemilihan Model LA Clarks Jeans 1989 dan juara favorit Gadis Sampul 1990 dan eksis di sejumlah iklan berbagai produk. Didukung dengan wajah cantik dan penampilan yang modis menjadikan nya sebagai role-model di kalangan anak muda era 90an.
Popularitasnya sebagai megabintang boleh dikatakan tak tertandingi saat itu. Yang perlu dicatat, Nike Ardilla hanya butuh usia 19 untuk menghasilkan 131 lagu (13 album) dan 21 film/sinetron. Pencapaian yang belum pernah bisa dilakukan artis manapun dengan usia 19.
Popularitas dan kegelimangan materi tak membuat ia lupa akan sesama. SLB Nike Ardilla yang terletak di Cipamokolan Bandung adalah bukti nyata jiwa sosialnya yang tinggi. Nike mendirikan SLB ini untuk anak anak tuna grahita pada tahun 1992 dan masih beroperasi hinga hari ini.
"Ceritanya suatu hari Nike jalan jalan sama papi, terus melihat anak anak tuna grahita yang hidup mengelandang. Secara spontan Nike bilang sama papi, bagaimana kalau kita mendirikan SLB, untuk menampung mereka yang hidupnya kurang beruntung itu," kata Nike. Setelah dana yang dimiliki dirasa cukup, Nike pun mewujudkan impian terpujinya itu.
"Kebetulan paman Nike ada yang bergerak dalam pendidikan Luar Biasa, jadi semuanya bisa lancar. Saya bahagia sekali waktu itu. Bagaimana pun juga, anak anak itu berhak mendapatkan pendidikan. Bahagia sekali rasanya saya bisa berbuat sesuatu bagi mereka," tambah Nike tentang SLB nya yang ketika itu menampung lebih dari 40 anak cacat mental.
Suatu ketika, dalam sebuah konser di Aceh, Ikang Fawzy mengaku kagum dengan bakat yang dimiliki oleh Nike kecil. Saat itu, suami Marissa Haque itu melihat Nike yang masih kelas 5 SD punya kematangan mental di atas panggung layaknya seperti penyanyi umur 20 tahunan. Maklum saja, postur badan Nike memang tinggi, padahal saat itu Nike baru berusia 11 tahun.
Di usia itu, Nike Ardilla masuk dunia rekaman lewat sebuah single berjudul "Lupa Diri" yang dimuat dalam album kompilasi Bandung Rock Power (1987). Setahun kemudian pada Juli 1988 saat dia baru lulus SD, Nike merekam album perdananya di JK Records yang sempat gagal rilis. Album yang berisi 11 lagu ini tidak dirilis karena pada saat itu Nike masih sangat belia (12 tahun), kurang cocok dengan materi lagunya yang bertema cinta-cintaan.
Album yang belum sempat dirilis 18 tahun lalu itu akhirnya dikeluarkan tahun 2013. Uniknya, di album pertamanya ini, masih menggunakan nama Nike Astrina.
Oktober 1989 Nike bergabung dengan Proyek Q Records. Di sinilah awal petemuannya dengan Deddy Dores lewat album 'Seberkas Sinar'. Namanya pun diganti dari Nike Astrina menjadi Nike Ardilla. Album pertama dengan nama Nike Ardilla ini meledak di pasaran, laku sampai 500 ribu kopi.
Februari 1990 Nike merilis album kedua "Bintang Kehidupan" yang terjual sampai 2 juta copy. Lagu ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris "The Star of Life" dan membawanya juara di 'Asia Song Festival 1991' di Shanghai China.
Nike jadi kontestan termuda pada saat itu (umur 15 tahun). Sukses album "Seberkas Sinar" dan "Bintang Kehidupan" juga diikuti dengan sukses album-album berikutnya. Album terakhirnya 'Sandiwara Cinta' yang dirilis sebulan sebelum meninggal bahkan terjual lebih dari 3 juta kopi.
Sembilan dari albumnya mendapat penghargaan sebagai best-selling-album (album terlaris). Empat kali dari BASF Awards (album Bintang Kehidupan, Nyalakan Api, Biarlah Aku Mengalah, Mama Aku Ingin Pulang). Empat kali dari HDX Awards (album Biarkan Cintamu Berlalu, Deru Debu, Sandiwara Cinta, Suara Hatiku) dan satu kali dari Anugrah Industri Muzik Malaysia (album Duri Terlindung).
Selain menghasilkan album-album laris, Nike Ardilla juga menggeluti dunia film dan sinetron. Film pertamanya berjudul "Kasmaran" dibintangi saat usianya masih 11 tahun. Film lain yang dibintanginya adalah Gadis Foto Model, Si Kabayan & Anak Jin, Si Kabayan Saba Metropolitan, Lupus 4, Nakalnya Anak Muda, Cinta Anak Muda, Olga & Sepatu Roda, Nuansa Gadis Suci, Kembali Lagi, Saputangan Bandung Selatan, Opera Anak Juang Indonesia, dll.
Dia juga membintangi sejumlah sinetron ; Bunga Kampus, Senandung Senja, Impian Pengantin, Sukreni Gadis Bali, Ceplas-Ceplos, None, Trauma Marissa, Warisan, Jalur Putih, dll.
Selain di dunia entertainment, Nike juga berprestasi di bidang modeling di antaranya juara dua pemilihan Model LA Clarks Jeans 1989 dan juara favorit Gadis Sampul 1990 dan eksis di sejumlah iklan berbagai produk. Didukung dengan wajah cantik dan penampilan yang modis menjadikan nya sebagai role-model di kalangan anak muda era 90an.
Popularitasnya sebagai megabintang boleh dikatakan tak tertandingi saat itu. Yang perlu dicatat, Nike Ardilla hanya butuh usia 19 untuk menghasilkan 131 lagu (13 album) dan 21 film/sinetron. Pencapaian yang belum pernah bisa dilakukan artis manapun dengan usia 19.
Popularitas dan kegelimangan materi tak membuat ia lupa akan sesama. SLB Nike Ardilla yang terletak di Cipamokolan Bandung adalah bukti nyata jiwa sosialnya yang tinggi. Nike mendirikan SLB ini untuk anak anak tuna grahita pada tahun 1992 dan masih beroperasi hinga hari ini.
"Ceritanya suatu hari Nike jalan jalan sama papi, terus melihat anak anak tuna grahita yang hidup mengelandang. Secara spontan Nike bilang sama papi, bagaimana kalau kita mendirikan SLB, untuk menampung mereka yang hidupnya kurang beruntung itu," kata Nike. Setelah dana yang dimiliki dirasa cukup, Nike pun mewujudkan impian terpujinya itu.
"Kebetulan paman Nike ada yang bergerak dalam pendidikan Luar Biasa, jadi semuanya bisa lancar. Saya bahagia sekali waktu itu. Bagaimana pun juga, anak anak itu berhak mendapatkan pendidikan. Bahagia sekali rasanya saya bisa berbuat sesuatu bagi mereka," tambah Nike tentang SLB nya yang ketika itu menampung lebih dari 40 anak cacat mental.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar