Kamis, 11 Februari 2010

Kesabaran Tanpa Batas...

Adakalanya seseorang yg menanggung beban sangat berat,
lalu dengan
ngedumel iaberkata,"Kesabaranku sdh habis!Ingat,
kesabaran itu ada batasnya!"
Persepsi atau pemahaman tentang kata
sabar
sebagaimana ungkapan orang yg demikian,tentu saja keliru.
Sabar adalah sesuatu yg luhur dan mulia yg juga menjadi
asma Allah:Ash-Shabur(Allah Mahasabar).
Bukankah dalam Asmaul Husna, Ash-Shabur ditempatkan pada urutan ke-99
atau yg terakhir?
Prof. Dr. Quraish Shihab pernah mengatakan
bahwa substansi sabar yakni menahan gejolak
nafsu,
berupa nafsu yg baik dan jelek.
Menahan yg buruk diarahkan menuju kebaikan dan menahan yg baik
diarahkan
menuju yg lebih baik.
Misalnya,untuk mendapatkan
hasi panen yg lebih baik dari sebelumnya,>
harus menempuh
kesabaran(bertindak lebih giatdan aktif)
dalam menggarap pertanian. Allah SWT memerintahkan kepada umat Islam agar
sabar
dan mendirikan salat sebagai penolong mereka
sebagaimana firmanNya dalam surat Al-Baqarah:45-46,
"Jadikanlah
sabar dan salat sebagai penolongmu.
Dan sesungguhnya yg demikian itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yg
khusyuk(yaitu)
orang-orang yg meyakini bahwa mereka akan
menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya".
Sabar dan salat menjadi satu-kesatuan yg tidak terpisahkan.
Mau mengerjakan sala, harus sabar.
Begitu
juga dengan sebaliknya.
Itulah sikap terpuji yg diajarkan oleh Rasulullah saw.
dalam kehidupan sehari-hari, memberikan
teladan dan contoh yg baik,
bersabar dalam memperlakukan tawanan perang,
bersabar pula menghadapi kezaliman orang
kafir dan musyrik.
Beliau sama sekali tidak merasa dendam kepada mereka meskipun mereka memusuhinya.
Inti dari
kesabaran yg digali dari kandungan Al-Qur'an ada tigahal tingkatan.
Pertama, sabar dlm menghadapi
musibah,
Kedua,sabarnya dlm menolak maksiat,
Ketiga, sabar untuk taat kepada perintah Allah.
Nabi Ayyub menjalani
kesabaran karena diuji Allah dengan
menderita penyakit kulit hingga orang-orang di kampungnya mengusirnya.
Ia pun
pergi ke hutan sambil ditemani istrinya hingga bertahun-tahun lamanya.
Nabi Yusuf diuji kesabarannya dengan digoda Siti
Zulaikha yg cantik,
tetapi (karena kesabaran) Yusuf lebih memilih dimasukan ke penjara.
Nabi Ismail pun menjalani
kesabaran tatkala Allah mengutus
ayahandanya (Nabi Ibrahim) agar menyembelih dirinya.
Para Rasul dan NabiAllah semuanya
juga menjalani
kesabaran dalam bertugas menyampaikan risalah ketuhanan.
Nabi Nuh harus bersabar ketika kaumnya
mengolok-olokkannya.
Jika Nuh berbicara, mereka menyumpal telinganya dgn anak jarinya.
Bahkan,mereka pun menuduh Nabi
Nuh telah gila.
Nabi Ibrahim pun menghadapi raja Namruz yg zalim
Mampukah kita meneladani kesabaran seperti yg

dilakukan Nabi Allah itu?
Orang-orang yg sabar itulah yg akan dikaruniai Allah berupa
sifat-sifat baik sebagaimana
firman-Nya,
"Sifat-sifat yg baik itu dianugerahkan melaikan kepada
orang-orang yg sabar dan tdk dianugerahkan
melaikan
kepada orang-orang yg mempunyai keberuntungan yg besar."(QS Fushshilat:35)
Sabar itu memang berat untuk
ditempuh sehingga Allah juga
menyatakan di dalam Al-Qur'an bahwa orang-orang sabar itu bersama Allah.
Sabar bukan
identik dengan kepasrahan yg bersifat pasif,tetapi aktif,
yakni dengan keyakinan di dalam hati yg sangat besar
dan
mendalam kepada Rabbul'Alamin.
Kesadaran sabar tersebut akhirnya membawa sang pelaku
ke dalam maqam cinta kepada
Allah.
Abu Hasan As-Syadzili pernah menyatakan,
"Seorang penempuh di jalan Allah tidak dapat
naik derajadnya ketika
belum benar-benar mencintai Allah.
Allah tidak akan menerima cintanya selama ia belum dapat
meninggalkan pengaruh dunia
dan bayangan kenikmatan surga.
Cinta Allah bergantung pada seberapa besar seseorang
mengosongkan hatinya dari pengaruh
dunia untuk mencintai-Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar