" ketika ku tak sanggup melangkah,, hilang arah dalam kesendirian,, tiada mentari bagai malam yang kelam,, tiada tempat untuk berlabuh,, bertahan terus berharap,, Allah selalu di sisimu.. Insya Allah, Insya Allah, Insya Allah ada jalan.. Insya Allah, Insya Allah, Insya Allah ada jalan.. Ya Allah tuntun langkahku di jalan-MU.. Hanya engkaulah pelitaku Tuntun aku di jalan-MU selamanya. "
Selasa, 23 November 2010
Semoga Bermanfaat...
Marilah kita niatkan diri kita untuk berjihad membela agama Alloh SWT. Seumpama kita memang belum bertemu dengan kesempatan untuk berjihad fii sabilillah. Tapi Rasululloh mengajarkan kepada kaumnya untuk selalu 'berniat' mendapatkannya suatu saat nanti. Seorang Muslim harus memiliki kesiapan apalagi kecintaan untuk mati syahid bilamana ia memahami kewajiban jihad di jalan Allah. Hanya mereka yang memuliakan kewajiban jihad-lah yang dapat memiliki kerinduan untuk mati syahid. Itulah sebabnya dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan betapa pentingnya setiap lelaki Mukmin bercita-cita untuk terlibat dalam perang di jalan Allah. Dan betapa besarnya bahaya bagi seorang Mukimin yang tidak pernah berperang di jalan Allah dalam hidupnya atau sekurangnya memancangkan cita-cita untuk berperang di jalan Allah dalam hidupnya.
Hadits di atas bukan berarti Islam menganjurkan ummatnya untuk bermental haus darah. Tetapi hadits tersebut mengarahkan seorang Muslim untuk menghayati betapa mahalnya nikmat Iman dan Islam sehingga ia diharapkan siap mengorbankan segalanya demi menegakkan Islam hingga nyawanya-PUN rela di pertaruhkan bilamana situasi dan kondisi tidak bisa di hindari.. siapkah anda?
ada2 saja...
Berbagai cara dilakukan massa pengunjuk rasa anti-Ariel untuk menyampaikan aspirasi. Salah satunya, mereka menulis puisi berjudul Puisi Gila. Massa demonstran gabungan dari Front Umat Islam (FUI), Hajar Indonesia itu menggelar aksi demonstrasi di depan Pengadilan Negeri Bandung, Jalan RE Martadinata, Bandung, Senin (22/11/2010). Sepanjang persidangan Ariel digelar, massa terus berteriak lantang agar sidang Ariel digelar secara terbuka.
Berbagai macam spanduk dan poster kecaman dibawa demonstran yang dikawal puluhan polisi. Selain mengusung poster dan spanduk menolak pornografi, mereka juga membacakan puisi yang isinya mengecam Ariel, Luna Maya dan Cut Tari .
Puisi itu ditulis dalam selembar kertas berukuran folio, lalu diletakan di jalan tempat demonstran berunjuk rasa. Uniknya, setiap bait kata puisi diawali dengan huruf depan nama Ariel, Luna dan Cut Tari . Inilah petikan puisi yang dibawa massa demonstran:
Andai elu mau tobat
Rekan band lo dan fans mendukung lo
Ingat Peterpan aset Bandung
Elu malah nyungsep enggak karuan
Lo disuruh siapa sih sombong kaya gitu...!
Lo lagi biang kerok godain Ariel
Usaha lo bakal sia-sia
Nungguin Ariel enggak bakalan bisa
Akhirnya ntar lo juga masuk penjara kale
Cewek selingkuh punya suami soleh banget
Ujung-ujungnya lu 'Arisan Ariel' sama si Luna
Tunggu aje lo juga ntar dikerangkeng
Tapi gue hargai lo mau ngaku juga
Akhirnya lo sadar udeh ngumbar aurat maksiatmu
Ruginye dunie wal akhirot tau
Ingat iblis muke artis di cekal di Bandung mah.
Gelaran sidang Ariel akan dilangsungkan kembali pada Senin, 29 November 2010, dengan agenda tanggapan jaksa atas eksepsi yang diajukan Ariel. Di hari yang sama, Redjoy juga akan kembali menjalani sidang dengan agenda eksepsi.
Belajar dari Alam Sekitar...
Mendengar dari nasehat dan kata2 bijak dari orang2 yg memberi kita motivasi menjadikan inspirasi bagi kita utk belajar dan berusaha mewujudkannya,seperti contoh ;
Bahwa kita menjalani hidup ini seperti MENARA yg kokoh dan kuat,semakin tinggi menara makin tinggi angin menerpa dan tak sedikit badai yg menghampiri,begitu pula kita menjalani hidup ini Tuhan menjadikan kita sebagai hambaNya bertujuan untuk menjadi berguna dalam hidupnya,diberiNya kita cobaan dalam setiap langkah dalam hidup kita agar derajat kita bertambah naik dan menjadi orang yg kuat dan tangguh dikemudian hari,
Belajar dari pohon BAMBU yang fleksibel tahan oleh goncangan maupun badai,ketika ada angin kencang dia tdk tumbang, hanya saja mengikuti arah angin itu mendorong dan akan kembali pada posisinya ketika angin berlalu,seperti halnya kita tidak mudah jatuh ketika terombang ambing oleh cobaan tetap sabar dan mendekatkan diri pada Tuhannya agar hati kita tetap pada posisinya tidak terpengaruh walaupun cobaan yang kita hadapi begitu berat sekalipun,hati kita tetap pada posisinya.
Belajar dari PADI semakin menguning semakin merunduk,begitu pula kita semakin pandai tidak terus sombong tapi rendah hati.
Belajar dari IKAN dilaut,walau laut yg terbentang luas rasanya asin,namun ikan yg hidup didalamnya tidak terasa asin,kita bisa belajar untuk tidak terpengaruh oleh keadaan yang merubah kita,tetap konsisten..
Belajar dari POHON BERINGIN yg rindang walau ia terkena teriknya panas matahari namun ia memberi keteduhan bagi yang bernaung dibawahnya,kita belajar sebesar apapun beban yg kita pikul kita tetap sabar dan tersenyum pada siapapun menyenangkan orang disekitar kita,.
Dan banyak lagi dari sekitar kita yang bisa kita ambil sbagai hikmah untuk kita pelajari filosofinya agar kita terus berfikir positif dan terus mau belajar,bersabar,tabah dan ikhlas dalam menjalankan hidup ini,..
Semoga bermanfaat,.
Bahwa kita menjalani hidup ini seperti MENARA yg kokoh dan kuat,semakin tinggi menara makin tinggi angin menerpa dan tak sedikit badai yg menghampiri,begitu pula kita menjalani hidup ini Tuhan menjadikan kita sebagai hambaNya bertujuan untuk menjadi berguna dalam hidupnya,diberiNya kita cobaan dalam setiap langkah dalam hidup kita agar derajat kita bertambah naik dan menjadi orang yg kuat dan tangguh dikemudian hari,
Belajar dari pohon BAMBU yang fleksibel tahan oleh goncangan maupun badai,ketika ada angin kencang dia tdk tumbang, hanya saja mengikuti arah angin itu mendorong dan akan kembali pada posisinya ketika angin berlalu,seperti halnya kita tidak mudah jatuh ketika terombang ambing oleh cobaan tetap sabar dan mendekatkan diri pada Tuhannya agar hati kita tetap pada posisinya tidak terpengaruh walaupun cobaan yang kita hadapi begitu berat sekalipun,hati kita tetap pada posisinya.
Belajar dari PADI semakin menguning semakin merunduk,begitu pula kita semakin pandai tidak terus sombong tapi rendah hati.
Belajar dari IKAN dilaut,walau laut yg terbentang luas rasanya asin,namun ikan yg hidup didalamnya tidak terasa asin,kita bisa belajar untuk tidak terpengaruh oleh keadaan yang merubah kita,tetap konsisten..
Belajar dari POHON BERINGIN yg rindang walau ia terkena teriknya panas matahari namun ia memberi keteduhan bagi yang bernaung dibawahnya,kita belajar sebesar apapun beban yg kita pikul kita tetap sabar dan tersenyum pada siapapun menyenangkan orang disekitar kita,.
Dan banyak lagi dari sekitar kita yang bisa kita ambil sbagai hikmah untuk kita pelajari filosofinya agar kita terus berfikir positif dan terus mau belajar,bersabar,tabah dan ikhlas dalam menjalankan hidup ini,..
Semoga bermanfaat,.
Senin, 22 November 2010
Keimanan - hawa nafsu.?
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Sesungguhnya di dunia ini bagi manusia hanya ada dua jalan; jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan sebagai musuh manusia guna menimbun bahan bakar api neraka pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alihi wasallam tatkala menerangkan tentang petunjuk, acap kali mengingatkan pula tentang bahaya hawa nafsu.Hawa nafsu berarti ‘kecenderungan manusia kepada perkara yang di suka oleh jiwanya’. Hawa nafsu yang tercela adalah hawa nafsu yang menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala , Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman kepada Nabi Dawud ’alaihis salam
:يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ“
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Shad: 26)
Hawa nafsu menjalar pada diri seseorang laksana sebuah penyakit yang sangat ganas, bahkan lebih berbahaya dari rabies pada seekor anjing. Hawa nafsu lebih berbahaya karena tidak disadari oleh pengidapnya tetapi lebih mematikan. Jika rabies dapat membinasakan jasad manusia maka hawa nafsu bisa menghancurkan jiwanya. Sehingga hatinya pun mati dan gelap gulita. Pada akhirnya, dia tak lagi mampu menerima petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.Dalam menghadapi hawa nafsu sangat dibutuhkan kesabaran. Seorang yang ingin bertahan di atas jalan Allah harus memiliki nyali yang besar untuk melawan hawa nafsu. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an
Dalam menghadapi hawa nafsu sangat dibutuhkan kesabaran. Seorang yang ingin bertahan di atas jalan Allah harus memiliki nyali yang besar untuk melawan hawa nafsu. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Rabnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan urusannya itu melempui batas.” (Al-Kahfi: 28)
INGATLAH !!! bahwa tak ada jalan yang ketiga bagi manusia. Di sana hanya ada dua jalan yaitu jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu.Melawan hawa nafsu berarti mengikuti jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh kesabaran. Yaitu kesabaran bersama orang-orang yang ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak membebek kepada orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu.Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa hawa nafsu merupakan bahaya laten bagi orang-orang yang berilmu. Karena mereka bisa saja menjadi sesat walaupun berilmu. Sebabnya tak lain adalah karena mengikuti hawa nafsu. Sehingga ilmu yang turun dari Allah tak mampu membuatnya teguh di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ“
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu, (yang mana) Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya lalu meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah?” (Al-Jatsiyah: 23)Semua ini menunjukkan bahaya hawa nafsu bagi manusia.
Ingatlah, jiwa manusia itu condong pada kejelekan Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya jiwa (manusia) itu menyuruh pada kejelekan kecuali jiwa yang dirahmati Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Semoga Allah menyelamatkan kita dari cengkraman maut berbagai hawa nafsu.
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Sesungguhnya di dunia ini bagi manusia hanya ada dua jalan; jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu. Jalan kebenaran adalah petunjuk yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan hawa nafsu merupakan jalan yang diprakarsai oleh setan sebagai musuh manusia guna menimbun bahan bakar api neraka pada hari kiamat nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alihi wasallam tatkala menerangkan tentang petunjuk, acap kali mengingatkan pula tentang bahaya hawa nafsu.Hawa nafsu berarti ‘kecenderungan manusia kepada perkara yang di suka oleh jiwanya’. Hawa nafsu yang tercela adalah hawa nafsu yang menyelisihi petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala , Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman kepada Nabi Dawud ’alaihis salam
:يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ“
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (Shad: 26)
Hawa nafsu menjalar pada diri seseorang laksana sebuah penyakit yang sangat ganas, bahkan lebih berbahaya dari rabies pada seekor anjing. Hawa nafsu lebih berbahaya karena tidak disadari oleh pengidapnya tetapi lebih mematikan. Jika rabies dapat membinasakan jasad manusia maka hawa nafsu bisa menghancurkan jiwanya. Sehingga hatinya pun mati dan gelap gulita. Pada akhirnya, dia tak lagi mampu menerima petunjuk dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.Dalam menghadapi hawa nafsu sangat dibutuhkan kesabaran. Seorang yang ingin bertahan di atas jalan Allah harus memiliki nyali yang besar untuk melawan hawa nafsu. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an
Dalam menghadapi hawa nafsu sangat dibutuhkan kesabaran. Seorang yang ingin bertahan di atas jalan Allah harus memiliki nyali yang besar untuk melawan hawa nafsu. Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an:
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
“Dan bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru Rabnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan urusannya itu melempui batas.” (Al-Kahfi: 28)
INGATLAH !!! bahwa tak ada jalan yang ketiga bagi manusia. Di sana hanya ada dua jalan yaitu jalan kebenaran dan jalan hawa nafsu.Melawan hawa nafsu berarti mengikuti jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan penuh kesabaran. Yaitu kesabaran bersama orang-orang yang ingat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak membebek kepada orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu.Di dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menegaskan bahwa hawa nafsu merupakan bahaya laten bagi orang-orang yang berilmu. Karena mereka bisa saja menjadi sesat walaupun berilmu. Sebabnya tak lain adalah karena mengikuti hawa nafsu. Sehingga ilmu yang turun dari Allah tak mampu membuatnya teguh di atas jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ“
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu, (yang mana) Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya lalu meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah?” (Al-Jatsiyah: 23)Semua ini menunjukkan bahaya hawa nafsu bagi manusia.
Ingatlah, jiwa manusia itu condong pada kejelekan Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي
“Sesungguhnya jiwa (manusia) itu menyuruh pada kejelekan kecuali jiwa yang dirahmati Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
Semoga Allah menyelamatkan kita dari cengkraman maut berbagai hawa nafsu.
Universitas Kehidupan...
Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETULUSAN.
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar KEIKHLASAN.
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN.
Ketika kau harus membayar yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEMURAHAN-HATI.
Tetap semangat.. Tetap sabar.. Tetap tersenyum .. Terus belajar..
Karena kau sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan..! ! Tuhan menaruhmu di tempatmu yang sekarang, bukan karena kebetulan ... Dia punya maksud untuk hidupmu....
Itulah almamater kita, Universitas Kehidupan... Semoga lulus dari Universitas Kehidupan dengan peringkat terbaik... berlakulah manusiawi, adil dan bijak.. berikanlah ruang untuk berpendapat agar ilmu dapat berkembang..
Jangan egois dengan hidupmu, buatlah itu berguna juga untuk sekelilingmu.. Tuhan mencintai kamu.. Jadikanlah hidupmu berarti buat orang banyak...
Dan jika kamu sungguh-sungguh menjalaninya dan melalui semuanya dangan baik, Maka engkau akan menjadi : SANG INSPIRATOR!
Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kau sedang belajar KEIKHLASAN.
Ketika hatimu terluka sangat dalam, maka saat itu kau sedang belajar tentang MEMAAFKAN.
Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang KESUNGGUHAN.
Ketika kau merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kau sedang belajar tentang KETANGGUHAN.
Ketika kau harus membayar yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kau sedang belajar tentang KEMURAHAN-HATI.
Tetap semangat.. Tetap sabar.. Tetap tersenyum .. Terus belajar..
Karena kau sedang menimba ilmu di Universitas Kehidupan..! ! Tuhan menaruhmu di tempatmu yang sekarang, bukan karena kebetulan ... Dia punya maksud untuk hidupmu....
Itulah almamater kita, Universitas Kehidupan... Semoga lulus dari Universitas Kehidupan dengan peringkat terbaik... berlakulah manusiawi, adil dan bijak.. berikanlah ruang untuk berpendapat agar ilmu dapat berkembang..
Jangan egois dengan hidupmu, buatlah itu berguna juga untuk sekelilingmu.. Tuhan mencintai kamu.. Jadikanlah hidupmu berarti buat orang banyak...
Dan jika kamu sungguh-sungguh menjalaninya dan melalui semuanya dangan baik, Maka engkau akan menjadi : SANG INSPIRATOR!
ingat Mati...
Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga hal iaitu:
1. Keluarga
2. Hartanya
3. Amalnya
Ada Dua Yang Kembali Dan Satu akan Tinggal Bersamanya iaitu;
1. Keluarga dan Hartanya Akan Kembali
2. Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.
Rasulullah SAW. menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat mati (maut) dan dalam sebuah hadithnya yang lain, beliau bersabda "wakafa bi almauti wa'idha", ertinya, cukuplah mati itu akan menjadi pelajaran bagimu!
Semoga bermanfaat bagi kita semua, Amiin....
Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja... Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini...
Alhamdulillah, Anda beruntung telah terpilih untuk mendapatkan kesempatan membaca note ini.
Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tahu bila kedatangannya. Sesuatu yang bagi sebahagian orang sangat menakutkan. Tahukah kita bila kematian akan menjemput kita???
Kesempatan ini marilah kita saling menasihati dalam kebenaran dan beramal shalih. Jika Anda lakukan dengan ikhlas insya Allah Anda akan menuai kebaikan. Mari berlomba dalam kebaikan.
1. Keluarga
2. Hartanya
3. Amalnya
Ada Dua Yang Kembali Dan Satu akan Tinggal Bersamanya iaitu;
1. Keluarga dan Hartanya Akan Kembali
2. Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.
Rasulullah SAW. menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat mati (maut) dan dalam sebuah hadithnya yang lain, beliau bersabda "wakafa bi almauti wa'idha", ertinya, cukuplah mati itu akan menjadi pelajaran bagimu!
Semoga bermanfaat bagi kita semua, Amiin....
Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja... Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini...
Alhamdulillah, Anda beruntung telah terpilih untuk mendapatkan kesempatan membaca note ini.
Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tahu bila kedatangannya. Sesuatu yang bagi sebahagian orang sangat menakutkan. Tahukah kita bila kematian akan menjemput kita???
Kesempatan ini marilah kita saling menasihati dalam kebenaran dan beramal shalih. Jika Anda lakukan dengan ikhlas insya Allah Anda akan menuai kebaikan. Mari berlomba dalam kebaikan.
TIPS “PACARAN YANG ISLAMI”
1. Jangan berduaan dengan pacar di tempat sepi, kecuali ditemani mahram dari sang wanita (jadi bertiga)
“Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya…”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341, Lihat Mausu’ah Al Manahi Asy Syari’ah 2/102]
“Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya“ (HSR.Tirmidzi)
2. Jangan pergi dengan pacar lebih dari sehari semalam kecuali si wanita ditemani mahramnya
“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian sehari semalam tidak bersama mahromnya.” [HR Bukhori: 1088, Muslim 1339]
3. Jangan berjalan-jalan dengan pacar ke tempat yang jauh kecuali si wanita ditemani mahramnya
“…..jangan bepergian dengan wanita kecuali bersama mahromnya….”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341]
4. Jangan bersentuhan dengan pacar, jangan berpelukan, jangan meraba, jangan mencium, bahkan berjabat tangan juga tidak boleh, apalagi yang lebih dari sekedar jabat tangan
”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thobroni dalam Al-Mu’jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283, lihat Ash Shohihah 1/447/226)
Bersabda Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wassallam: “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” [HR Malik 2/982, Nasa’i 7/149, Tirmidzi 1597, Ibnu Majah 2874, ahmad 6/357, dll]
5. Jangan memandang aurat pacar, masing-masing harus memakai pakaian yang menutupi auratnya
“Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya..” (Al Qur’an Surat An Nur ayat 30)
“…zina kedua matanya adalah memandang….” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)
6. Jangan membicarakan/melakukan hal-hal yang membuat terjerumus kedalam zina
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek” (Al Qur’an Surat Al Isra 32)
“Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud)
7. Jangan menunda-nunda menikah jika sudah saling merasa cocok
“Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.” (H.R. Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)
WARNING:
sebenarnya banyak ulama dan ustadz yang mengharamkan pacaran, misalnya saja ustadz Muhammad Umar as Sewed. jadi sebaiknya segera menikahlah dan jangan berpacaran…
Bagi yang sudah terlanjur berbuat dosa maka bertaubatlah dan jangan putus asa, Allah pasti mengampuni hambanya yang bertaubat dan memohon ampun…
“Janganlah seorang laki-laki berkholwat (berduaan) dengan seorang wanita kecuali bersama mahromnya…”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341, Lihat Mausu’ah Al Manahi Asy Syari’ah 2/102]
“Tidaklah seorang lelaki bersepi-sepian (berduaan) dengan seorang perempuan melainkan setan yang ketiganya“ (HSR.Tirmidzi)
2. Jangan pergi dengan pacar lebih dari sehari semalam kecuali si wanita ditemani mahramnya
“Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian sehari semalam tidak bersama mahromnya.” [HR Bukhori: 1088, Muslim 1339]
3. Jangan berjalan-jalan dengan pacar ke tempat yang jauh kecuali si wanita ditemani mahramnya
“…..jangan bepergian dengan wanita kecuali bersama mahromnya….”[HR Bukhori: 3006,523, Muslim 1341]
4. Jangan bersentuhan dengan pacar, jangan berpelukan, jangan meraba, jangan mencium, bahkan berjabat tangan juga tidak boleh, apalagi yang lebih dari sekedar jabat tangan
”Seandainya kepala seseorang di tusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik dari pada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hadits hasan riwayat Thobroni dalam Al-Mu’jam Kabir 20/174/386 dan Rauyani dalam Musnad: 1283, lihat Ash Shohihah 1/447/226)
Bersabda Rasulullahi Shallallahu ‘alaihi wassallam: “Sesungguhnya saya tidak berjabat tangan dengan wanita.” [HR Malik 2/982, Nasa’i 7/149, Tirmidzi 1597, Ibnu Majah 2874, ahmad 6/357, dll]
5. Jangan memandang aurat pacar, masing-masing harus memakai pakaian yang menutupi auratnya
“Katakanlah kepada orang-orang beriman laki-laki hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya..” (Al Qur’an Surat An Nur ayat 30)
“…zina kedua matanya adalah memandang….” (H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)
6. Jangan membicarakan/melakukan hal-hal yang membuat terjerumus kedalam zina
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang jelek” (Al Qur’an Surat Al Isra 32)
“Kedua tangan berzina dan zinanya adalah meraba, kedua kaki berzina dan zinanya adalah melangkah, dan mulut berzina dan zinanya adalah mencium.” (H.R. Muslim dan Abu Dawud)
7. Jangan menunda-nunda menikah jika sudah saling merasa cocok
“Wahai para pemuda ! Barangsiapa diantara kalian berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat membentengi dirinya”. (Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, Darimi, Ibnu Jarud dan Baihaqi).
“Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke-dalam neraka adalah mulut dan kemaluan.” (H.R. Turmudzi dan dia berkata hadits ini shahih.)
WARNING:
sebenarnya banyak ulama dan ustadz yang mengharamkan pacaran, misalnya saja ustadz Muhammad Umar as Sewed. jadi sebaiknya segera menikahlah dan jangan berpacaran…
Bagi yang sudah terlanjur berbuat dosa maka bertaubatlah dan jangan putus asa, Allah pasti mengampuni hambanya yang bertaubat dan memohon ampun…
Sadar Dengan Sebuah Kehilangan
Istri yang shalehah adalah yang mampu menghadirkan kebahagiaan di depan mata suaminya, walau hanya sekadar dengan pandangan mata kepadanya. Seorang istri diharapkan bisa menggali apa saja yang bisa menyempurnakan penampilannya, memperindah keadaannya di depan suami tercinta. Dengan demikian, suami akan merasa tenteram bila ada bersamanya.
“Orang yang pandai adalah yang senantiasa mengoreksi diri dan menyiapkan bekal kematian. Dan orang yang rendah adalah yang selalu menurutkan hawa nafsu dan berangan-angan kepada Allah.” (At-Tirmidzi) Maha Besar Allah Yang menghidupkan bumi setelah matinya. Air tercurah dari langit membasahi tanah-tanah yang sebelumnya gersang. Aneka benih kehidupan pun tumbuh dan berkembang. Sayangnya, justru manusia mematikan sesuatu yang sebelumnya hidup.Tanpa terasa, kita sudah begitu boros terhadap waktu
Trend hidup saat ini memaksa siapapun untuk menatap dunia menjadi begitu mengasyikkan. Serba mudah dan mewah. Sebuah keadaan dimana nilai kucuran keringat tergusur dengan kelincahan jari memencet tombol. Dengan bahasa lain, dunia menjadi begitu menerlenakan.
Tidak heran jika gaya hidup perkotaan menggiring orang menjadi manja. Senang bersantai dan malas kerja keras. Di suasana serba mudah itulah, waktu menjadi begitu murah. Detik, menit, jam, hingga hari, bisa berlalu begitu saja dalam gumulan gaya hidup santai.
Sebagai perumpamaan, jika seseorang menyediakan kita uang sebesar 86.400 rupiah setiap hari. Dan jika tidak habis, uang itu mesti dikembalikan; pasti kita akan memanfaatkan uang itu buat sesuatu yang bernilai investasi. Karena boleh jadi, kita tak punya apa-apa ketika aliran jatah itu berhenti. Dan sangat bodoh jika dihambur-hamburkan tanpa memenuhi kebutuhan yang bermanfaat.
Begitulah waktu. Tiap hari Allah menyediakan kita tidak kurang dari 86.400 detik. Jika hari berganti, berlalu pula waktu kemarin tanpa bisa mengambil waktu yang tersisa. Dan di hari yang baru, kembali Allah sediakan jumlah waktu yang sama. Begitu seterusnya. Hingga, tak ada lagi jatah waktu yang diberikan.
Sayangnya, tidak sedikit yang gemar membelanjakan waktu cuma buat yang remeh-temeh. Dan penyesalan pun muncul ketika jatah waktu dicabut. Tanpa pemberitahuan, tanpa teguran.
Allah swt. berfirman, “Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (dari Allah swt.).” (Al-Anbiya’: 1)
Tanpa terasa, kita kian jauh dari keteladanan Rasul dan para sahabat
Pergaulan hidup antar manusia memunculkan tarik-menarik pengaruh. Saat itulah, tanpa terasa, terjadi pertukaran selera, gaya, kebiasaan, dan perilaku. Semakin luas cakupan pergaulan, kian besar gaya tarik menarik yang terjadi.
Masalahnya, tidak selamanya stamina seseorang berada pada posisi prima. Kadang bisa surut. Ketika itu, ia lebih berpeluang ditarik daripada menarik. Tanpa sadar, terjadi perembesan pengaruh luar pada diri seseorang. Pelan tapi pasti.
Suatu saat, orang tidak merasa berat hati melakukan perbuatan yang dulunya pernah dibenci. Dan itu bukan lantaran keterpaksaan. Tapi, karena adanya pelarutan dalam diri terhadap nilai-nilai yang bukan sekadar tidak pernah dicontohkan Rasul, bahkan dilarang. Sekali lagi, pelan tapi pasti.
Anas bin Malik pernah menyampaikan sebuah ungkapan yang begitu dahsyat di hadapan generasi setelah para sahabat Rasul. Anas mengatakan, “Sesungguhnya kamu kini telah melakukan beberapa amal perbuatan yang dalam pandanganmu remeh, sekecil rambut; padahal perbuatan itu dahulu di masa Nabi saw. kami anggap termasuk perbuatan yang merusak agama.” (Bukhari)
Tanpa terasa, kita jadi begitu asing dengan Islam
Pelunturan terhadap nilai yang dipegang seorang hamba Allah terjadi tidak serentak. Tapi, begitu halus: sedikit demi sedikit. Pada saatnya, hamba Allah ini merasa asing dengan nilai Islam itu sendiri.
Ajaran Islam tentang ukhuwah misalnya. Kebanyakan muslim paham betul kalau orang yang beriman itu bersaudara. Saling tolong. Saling mencintai. Dan, saling memberikan pembelaan. Tapi anehnya, justru nilai-nilai itu menjadi tidak lumrah.
Semua pertolongan, perlindungan, pengorbanan kerap dinilai dengan kompensasi. Ada hak, ada kewajiban. Ada uang, ada pelayanan. Tiba-tiba seorang muslim jadi merasa wajar hidup dalam karakter individualistik. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan, seorang dai merasa enggan berceramah di suatu tempat karena nilai bayarannya kecil. Sekali lagi, tak ada uang, tak ada pelayanan.
Firman Allah swt. “Dan sesungguhnya jika Kami menghendaki, niscaya Kami lenyapkan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan dengan pelenyapan itu, kamu tidak akan mendapatkan seorang pembela pun terhadap Kami, kecuali karena rahmat dari Tuhanmu….” (Al-Isra’: 86-87)
Tanpa terasa, kita tak lagi dekat dengan Allah swt.
Inilah sumber dari pelunturan nilai keimanan seorang hamba. Kalau orang tak lagi dekat dengan majikannya, sulit bisa diharapkan bagus dalam kerjanya. Kesungguhan kerjanya begitu melemah. Bahkan tak lagi punya nilai. Asal-asalan.
Jika ini yang terus terjadi, tidak tertutup kemungkinan, ia lupa dengan sang majikan. Ketika seorang hamba melupakan Tuhannya, Allah akan membuat orang itu lupa terhadap diri orangnya sendiri. Ada krisis identitas. Orang tak lagi paham, kenapa ia hidup, dan ke arah mana langkahnya berakhir.
Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.” (Al-Hasyr: 19)
Minggu, 21 November 2010
Berbuat baiklah pada Wanita...
“Berbuat baiklah kepada wanita, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, sedangkan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas,”
Ketahuilah wahai Jama'ah Fesbukiyah, bahwa Muhammad seorang Rosul nan mulia telah mengabarkan kepada kita kaum laki-laki tentang siapa sebenarnya seseorang yang selalu mendampingi kita dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam sebuah gambaran yang sangat indah beliau pernah bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh bersabda : “Berwasiatlah kalian yang baik kepada kaum wanita, karena mereka tercipta dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, maka kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya, namun jika engkau membiarkannya maka dia akan selamanya bengkok, oleh karena itu berwasiatlah yang baik kepada wanita.” (HR. Bukhori 5168, Muslim : 1468)
Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di masing masing kitab Shahih mereka, dari Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda,“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)
Ini adalah perintah untuk para suami, para ayah, saudara saudara laki laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka , tidak mendzalimi mereka dan senantiasa memberikan ha-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, “Berbuat baiklah kepada wanita.”
Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka yang adakalanya bersikap buruk terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.
Sebagaimana diketahui, bahwa yang paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk, itulah tulang rusuk yang paling bengkok, itu jelas. Maknanya, pasti dalam kenyataannya ada kebengkokkan dan kekurangan. Karena itulah disebutkan dalam hadits lain dalam ash-Shahihain.“Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bias menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang diantara kalian (para wanita).” (HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80)
Hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki laki. Sedangkan makna “kurang agama” dalam sabda beliau adalah bahwa wanita itu kadang selama beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.
Maka hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alayhi wasallam walaupun ia berilmu dan bertaqwa, karena nabi shalallahu ‘alayhi wasallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasar wahyu yang Allah berikan kepadanya, lalu beliau sampaikan kepada ummatnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ (٢) وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ (٣) إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡىٌ۬ يُوحَىٰ (٤) عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ (٥)
kawanmu [Muhammad] tidak sesat dan tidak pula keliru, (2) dan tiadalah yang diucapkannya itu [Al Qur’an] menurut kemauan hawa nafsunya. (3) Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan [kepadanya], (4) yang diajarkan kepadanya oleh [Jibril] yang sangat kuat, (5)
“An-Najm: 2-5)
Ketahuilah wahai Jama'ah Fesbukiyah, bahwa Muhammad seorang Rosul nan mulia telah mengabarkan kepada kita kaum laki-laki tentang siapa sebenarnya seseorang yang selalu mendampingi kita dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam sebuah gambaran yang sangat indah beliau pernah bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا فَإِنَّهُنَّ خُلِقْنَ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي الضِّلَعِ أَعْلَاهُ فَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ فَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh bersabda : “Berwasiatlah kalian yang baik kepada kaum wanita, karena mereka tercipta dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, maka kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkannya, namun jika engkau membiarkannya maka dia akan selamanya bengkok, oleh karena itu berwasiatlah yang baik kepada wanita.” (HR. Bukhori 5168, Muslim : 1468)
Ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim di masing masing kitab Shahih mereka, dari Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam. Dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bersabda,“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.Maka sikapilah para wanita dengan baik.” (HR al-Bukhari Kitab an-Nikah no 5186)
Ini adalah perintah untuk para suami, para ayah, saudara saudara laki laki dan lainnya untuk menghendaki kebaikan untuk kaum wanita, berbuat baik terhadap mereka , tidak mendzalimi mereka dan senantiasa memberikan ha-hak mereka serta mengarahkan mereka kepada kebaikan. Ini yang diwajibkan atas semua orang berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam, “Berbuat baiklah kepada wanita.”
Hal ini jangan sampai terhalangi oleh perilaku mereka yang adakalanya bersikap buruk terhadap suaminya dan kerabatnya, baik berupa perkataan maupun perbuatan karena para wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, sebagaimana dikatakan oleh Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam bahwa tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas.
Sebagaimana diketahui, bahwa yang paling atas itu adalah yang setelah pangkal rusuk, itulah tulang rusuk yang paling bengkok, itu jelas. Maknanya, pasti dalam kenyataannya ada kebengkokkan dan kekurangan. Karena itulah disebutkan dalam hadits lain dalam ash-Shahihain.“Aku tidak melihat orang orang yang kurang akal dan kurang agama yang lebih bias menghilangkan akal laki laki yang teguh daripada salah seorang diantara kalian (para wanita).” (HR. Al Bukhari no 304 dan Muslim no. 80)
Hadits Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam yang disebutkan dalam ash shahihain dari hadits Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu. Makna “kurang akal” dalam sabda Nabi shalallahu ‘alayhi wasallam adalah bahwa persaksian dua wanita sebanding dengan persaksian seorang laki laki. Sedangkan makna “kurang agama” dalam sabda beliau adalah bahwa wanita itu kadang selama beberapa hari dan beberapa malam tidak shalat, yaitu ketika sedang haidh dan nifas. Kekurangan ini merupakan ketetapan Allah pada kaum wanita sehingga wanita tidak berdosa dalam hal ini.
Maka hendaknya wanita mengakui hal ini sesuai dengan petunjuk nabi shalallahu ‘alayhi wasallam walaupun ia berilmu dan bertaqwa, karena nabi shalallahu ‘alayhi wasallam tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu, tapi berdasar wahyu yang Allah berikan kepadanya, lalu beliau sampaikan kepada ummatnya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
مَا ضَلَّ صَاحِبُكُمۡ وَمَا غَوَىٰ (٢) وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰٓ (٣) إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡىٌ۬ يُوحَىٰ (٤) عَلَّمَهُۥ شَدِيدُ ٱلۡقُوَىٰ (٥)
kawanmu [Muhammad] tidak sesat dan tidak pula keliru, (2) dan tiadalah yang diucapkannya itu [Al Qur’an] menurut kemauan hawa nafsunya. (3) Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan [kepadanya], (4) yang diajarkan kepadanya oleh [Jibril] yang sangat kuat, (5)
“An-Najm: 2-5)
Jumat, 19 November 2010
kumpulan kata-kata cinta terindah – kata romantis
Cinta hanya akan indah pabila berpondasikan kasih sang pencipta…. Karena Cinta berasal dari-Nya… Dan cinta yg paling utama adalah cinta kepada sang pencipta cinta…
=========================
Pagi yang cerah ketika bersamamu
malam yang indah ketika mendengarkan suara mu
hati yang bahagia ketika memiliki mu selamanya
=========================Mengenalmu adalah suatu anugerah
Menyakitimu adalah suatu larangan
Mendampingi hidupmu adalah suatu kebahagiaan
Meninggalkanmu adalah suatu kebodohan
=========================KaU daTan9 mEmbaWa CinTa daN kEseTiaaN . . .
DaN kaU peRgi MeniNggaLkaN Luka Dan KeHancuRan . . .
DaN aQ leBih Baik DikEnaL laLu di LupAKAN daRipada Di CinTai LalU dKhiAnaTi
=========================Tanamlah sebatang pohon cinta
yang berdaun kesetian
berbunga ketulusan
berakar kejujuran
siramilah dengan kasih & sayang
pupuklah dengan kepercayaan
cinta bukanlah matematika yang bisa di hitung
cinta bukanlah PPKN yang selalu di atur oleh pasal
cinta bukanlah ekonomi yang kadang untung dan rugi
tanpa cinta kita takan menjadi seperti ini
=========================aku mencintaimu,kemarin,hari ini,esok, dan yang akan datang, karna aku sayang kmu, 9a tw berapa besar sayang itu. mungkin, memang ga perlu di jalaskan, cukup untuk dimengerti……..
=========================Barangsiapa yang membereskan hubungan antara dirinya dengan Allah, niscaya Allah akan membereskan hubungan antara dia dan manusia semuanya. Barangsiapa yang membereskan urusan akheratnya, niscaya Allah akan membereskan baginya urusan dunianya. Barangsiapa yang selalu menjadi penasehat yang baik untuk dirinya sendiri, niscaya Allah akan menjaganya dari segala bencana.
=========================
hidup ini sesungguhnya mudah dan sederhana jika anda tidak banyak tuntutan. karena sesungguhnya hidup ini penuh dengan kebahagiaan jika anda tak dikuasai oleh ilusi,ambisi dan keakuan.
=========================
Apa kabar cinta?
Masihkah tetap untuk-NYA……?
Apa kabar rindu?
Masihkah tetap untuk surgaNYA..?
Apa kabar hati?
Masihkah sesejuk dan sebening embun pagi….?
=========================Jangan prnah merasa sepi karena hatiku, kan slalu menemanimu pejamkanlah matamu dan bermimpilah dlm tdurmu. bangunlah esok pagi dengan senyuman yg indah seindah mentari pagi yang bersinar!
=========================cinta itu seperti bunga-bunga,ia akan tumbuh di setiap hati yang ingin di mengerti di setiap hati yang rindu di dampingi,,
cinta iu seperti seekor kupu-kupuyang indah dan tak mungkin di sentuh,tapi keindahanya dapat menjadikan sebuah taman yang menenangkan.
=========================Cinta….Dengan sayap lembutnya ia akan membawamu terbang keawan dan sebagaimana Cinta menenggelamkanmu hingga kedasar laut yang paling dalam……..
========================= dalam kamus ada kata, dalam kata ada makna, dalam makna ada cinta, dalam cinta ada hati, dan dalam hati ada yang tercinta…………
I LOVE U so much….!!!!!
=========================Dengan senyuman, kau luluhkan hatiku…
dengan senyuman, kau perlihatkan dunia padaku….
hanya dengan sebuah senyuman….
kau berikan aku kesadaran…
begitu indah cerita hidupku oleh senyummu…..
i love u,
=========================Cinta dapat membuat qta melayang tinggi di langit biru yang dipenuhi oleh awan penyejuk hati…….,namun terkadang cinta jua yang membuat qta menjadi insan yang terbelenggu………..
==============================
siang dalam luka, merindu senja kian menghampiri ku berharap ada pelangi mewarnai dan memberi cahaya peri di dalam lukisan hatiku, terangi warna indah dengan cinta, basuh lukaku dengan warna sahdu, aku merindumu seperti kumenanti tetesan pertama air hujan yang jatuh ke tanah, basahi dan dinginkan api hatiku yang terbakar cemburu dan dustamu.
============================
hal yang menyedihkan dalam hidup ini…
adalah
ketika kamu bertemu seseorang yang berarti bagimu,,
yang sangat kau cintai,,
yang kau sayangi,,,
hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya
menjadi tak berarti
dan kamu harus membiarkannya pergi……
==============================
cinta sejati
hanya ada
pada Allah semata..
=========================
cinta itu sumber kebahagiaan, sekaligus sumber kesedihan! karena pada saat kita mendapati cinta itu, maka saat itu lah kebahagiaan muncul..tapi pada saat cinta itu hilang maka saat itulah cinta berubah menjadi kepedihan…
===========================
ciNta itu….
ketiKa qu sLh..
dia sLaLU maafkN qu..
ketIka qu mrH…
dia sLaLu trsenYum untukKu,,
keTika qu sAkiti,,
dia sLaLu beriKn yg trbAik untuKKU…
ketiKa aq perGi,,
dia msH ‘n akn sLaLu menunGGuku,,
dan ketika cinta itu trgantikan yg Lain…..
CintanYa msH ‘n sLaLU untukku…
krn….
diaLh cinta itu…….!!!!
=============================
Datang dan pergi seperti angin
tak beraturan dan arah
merasakan cinta dalam kehidupan
kadang ku bahagia kadang ku bersedih
==============================
Bissmillahhirrahmanirrohimm….
Cintaku hanya kupersembahkan untuk …
Yang menciptakanku…
Memberiku Jiwa…
Memberiku udara…agar aq tetap hidup
Memberiku segalanya…selayaknya manusia….
Cintaku hanya untuk SANG KHALIQ….
ALLAH AZZA WA JALLA…
=========================
Cinta pada dunia, dunia akan pergi,
Cinta pada manusia, manusia akan mati,
Cintalah pada Allah kerana Dialah yang kekal abadi.
========================
Jika Kau Jadi Bintang Jadi Lah Yang Paling Terang,,,Jika Kau jadi Mimpi Jadi Lah Yang Paling Indah,,,Jika Kau Mengenal Aq Jadi Lah Yang Terbaik Yang Pernah Aq Kenal,,,,,,??????
===========================
C!NcA…
cinta berawal dari mata………..
turun kehati………
dan…..?
barakhir dengan air mata………
jadi sakit hati…….
======================
….“Ya Allah kekalkan cinta kami di dunia dan di akhirat. Ya Allah masukkan kami ke dalam surga Firdaus-Mu agar kami dapat terus bercinta selama-lamanya. Amin.”
========================
cinta itu seperti bunga-bunga,ia akan tumbuh di setiap hati yang ingin di mengerti di setiap hati yang rindu di dampingi,,
cinta iu seperti seekor kupu-kupuyang indah dan tak mungkin di sentuh,tapi keindahanya dapat menjadikan sebuah taman yang menenangkan..
========================
Cinta….Dengan sayap lembutnya ia akan membawamu terbang keawan dan sebagaimana Cinta menenggelamkanmu hingga kedasar laut yang paling dalam……..
========================
cinta seperti ubur-ubur…
terlihat indah di mata, namun setelah kau sentuh, kau akan merasakan sakit yang teramat sangat oleh karena sengatannya….
=========================
CiNtA TaK BuTuH
HaRtA…
KaSiH TaK BuTuH
TaHtA…
TeTaPi…
CiNtA Dan KaSiH
HaNyA BuTuH
KeSaBaRaN…
DaN…
KeIkHlAsAn…
===================
Di kala mata bertemu dengan mata………
biarkan hati yang bicara……..
terima kasih sobat……
kehadiranmu begitu berarti bagiku………
======================
Cinta ibarat menggenggam setangkai bunga mawar..semakin keras kita menggenggamnya akan semakin terasa duri yang menusuk tetapi semakin lemah kita menggenggamnya akan semakin mudah angin menerbangkannya
=======================
kasihilah Tuhan Allah mu dengan segenap hati mu, dengan segenap jiwamu dan segenapa akal budimu.
kasihilah musuh mu seperti menghasihi dirimu sendiri
=========================
Pagi yang cerah ketika bersamamu
malam yang indah ketika mendengarkan suara mu
hati yang bahagia ketika memiliki mu selamanya
=========================Mengenalmu adalah suatu anugerah
Menyakitimu adalah suatu larangan
Mendampingi hidupmu adalah suatu kebahagiaan
Meninggalkanmu adalah suatu kebodohan
=========================KaU daTan9 mEmbaWa CinTa daN kEseTiaaN . . .
DaN kaU peRgi MeniNggaLkaN Luka Dan KeHancuRan . . .
DaN aQ leBih Baik DikEnaL laLu di LupAKAN daRipada Di CinTai LalU dKhiAnaTi
=========================Tanamlah sebatang pohon cinta
yang berdaun kesetian
berbunga ketulusan
berakar kejujuran
siramilah dengan kasih & sayang
pupuklah dengan kepercayaan
cinta bukanlah matematika yang bisa di hitung
cinta bukanlah PPKN yang selalu di atur oleh pasal
cinta bukanlah ekonomi yang kadang untung dan rugi
tanpa cinta kita takan menjadi seperti ini
=========================aku mencintaimu,kemarin,hari ini,esok, dan yang akan datang, karna aku sayang kmu, 9a tw berapa besar sayang itu. mungkin, memang ga perlu di jalaskan, cukup untuk dimengerti……..
=========================Barangsiapa yang membereskan hubungan antara dirinya dengan Allah, niscaya Allah akan membereskan hubungan antara dia dan manusia semuanya. Barangsiapa yang membereskan urusan akheratnya, niscaya Allah akan membereskan baginya urusan dunianya. Barangsiapa yang selalu menjadi penasehat yang baik untuk dirinya sendiri, niscaya Allah akan menjaganya dari segala bencana.
=========================
hidup ini sesungguhnya mudah dan sederhana jika anda tidak banyak tuntutan. karena sesungguhnya hidup ini penuh dengan kebahagiaan jika anda tak dikuasai oleh ilusi,ambisi dan keakuan.
=========================
Apa kabar cinta?
Masihkah tetap untuk-NYA……?
Apa kabar rindu?
Masihkah tetap untuk surgaNYA..?
Apa kabar hati?
Masihkah sesejuk dan sebening embun pagi….?
=========================Jangan prnah merasa sepi karena hatiku, kan slalu menemanimu pejamkanlah matamu dan bermimpilah dlm tdurmu. bangunlah esok pagi dengan senyuman yg indah seindah mentari pagi yang bersinar!
=========================cinta itu seperti bunga-bunga,ia akan tumbuh di setiap hati yang ingin di mengerti di setiap hati yang rindu di dampingi,,
cinta iu seperti seekor kupu-kupuyang indah dan tak mungkin di sentuh,tapi keindahanya dapat menjadikan sebuah taman yang menenangkan.
=========================Cinta….Dengan sayap lembutnya ia akan membawamu terbang keawan dan sebagaimana Cinta menenggelamkanmu hingga kedasar laut yang paling dalam……..
========================= dalam kamus ada kata, dalam kata ada makna, dalam makna ada cinta, dalam cinta ada hati, dan dalam hati ada yang tercinta…………
I LOVE U so much….!!!!!
=========================Dengan senyuman, kau luluhkan hatiku…
dengan senyuman, kau perlihatkan dunia padaku….
hanya dengan sebuah senyuman….
kau berikan aku kesadaran…
begitu indah cerita hidupku oleh senyummu…..
i love u,
=========================Cinta dapat membuat qta melayang tinggi di langit biru yang dipenuhi oleh awan penyejuk hati…….,namun terkadang cinta jua yang membuat qta menjadi insan yang terbelenggu………..
==============================
siang dalam luka, merindu senja kian menghampiri ku berharap ada pelangi mewarnai dan memberi cahaya peri di dalam lukisan hatiku, terangi warna indah dengan cinta, basuh lukaku dengan warna sahdu, aku merindumu seperti kumenanti tetesan pertama air hujan yang jatuh ke tanah, basahi dan dinginkan api hatiku yang terbakar cemburu dan dustamu.
============================
hal yang menyedihkan dalam hidup ini…
adalah
ketika kamu bertemu seseorang yang berarti bagimu,,
yang sangat kau cintai,,
yang kau sayangi,,,
hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya
menjadi tak berarti
dan kamu harus membiarkannya pergi……
==============================
cinta sejati
hanya ada
pada Allah semata..
=========================
cinta itu sumber kebahagiaan, sekaligus sumber kesedihan! karena pada saat kita mendapati cinta itu, maka saat itu lah kebahagiaan muncul..tapi pada saat cinta itu hilang maka saat itulah cinta berubah menjadi kepedihan…
===========================
ciNta itu….
ketiKa qu sLh..
dia sLaLU maafkN qu..
ketIka qu mrH…
dia sLaLu trsenYum untukKu,,
keTika qu sAkiti,,
dia sLaLu beriKn yg trbAik untuKKU…
ketiKa aq perGi,,
dia msH ‘n akn sLaLu menunGGuku,,
dan ketika cinta itu trgantikan yg Lain…..
CintanYa msH ‘n sLaLU untukku…
krn….
diaLh cinta itu…….!!!!
=============================
Datang dan pergi seperti angin
tak beraturan dan arah
merasakan cinta dalam kehidupan
kadang ku bahagia kadang ku bersedih
==============================
Bissmillahhirrahmanirrohimm….
Cintaku hanya kupersembahkan untuk …
Yang menciptakanku…
Memberiku Jiwa…
Memberiku udara…agar aq tetap hidup
Memberiku segalanya…selayaknya manusia….
Cintaku hanya untuk SANG KHALIQ….
ALLAH AZZA WA JALLA…
=========================
Cinta pada dunia, dunia akan pergi,
Cinta pada manusia, manusia akan mati,
Cintalah pada Allah kerana Dialah yang kekal abadi.
========================
Jika Kau Jadi Bintang Jadi Lah Yang Paling Terang,,,Jika Kau jadi Mimpi Jadi Lah Yang Paling Indah,,,Jika Kau Mengenal Aq Jadi Lah Yang Terbaik Yang Pernah Aq Kenal,,,,,,??????
===========================
C!NcA…
cinta berawal dari mata………..
turun kehati………
dan…..?
barakhir dengan air mata………
jadi sakit hati…….
======================
….“Ya Allah kekalkan cinta kami di dunia dan di akhirat. Ya Allah masukkan kami ke dalam surga Firdaus-Mu agar kami dapat terus bercinta selama-lamanya. Amin.”
========================
cinta itu seperti bunga-bunga,ia akan tumbuh di setiap hati yang ingin di mengerti di setiap hati yang rindu di dampingi,,
cinta iu seperti seekor kupu-kupuyang indah dan tak mungkin di sentuh,tapi keindahanya dapat menjadikan sebuah taman yang menenangkan..
========================
Cinta….Dengan sayap lembutnya ia akan membawamu terbang keawan dan sebagaimana Cinta menenggelamkanmu hingga kedasar laut yang paling dalam……..
========================
cinta seperti ubur-ubur…
terlihat indah di mata, namun setelah kau sentuh, kau akan merasakan sakit yang teramat sangat oleh karena sengatannya….
=========================
CiNtA TaK BuTuH
HaRtA…
KaSiH TaK BuTuH
TaHtA…
TeTaPi…
CiNtA Dan KaSiH
HaNyA BuTuH
KeSaBaRaN…
DaN…
KeIkHlAsAn…
===================
Di kala mata bertemu dengan mata………
biarkan hati yang bicara……..
terima kasih sobat……
kehadiranmu begitu berarti bagiku………
======================
Cinta ibarat menggenggam setangkai bunga mawar..semakin keras kita menggenggamnya akan semakin terasa duri yang menusuk tetapi semakin lemah kita menggenggamnya akan semakin mudah angin menerbangkannya
=======================
kasihilah Tuhan Allah mu dengan segenap hati mu, dengan segenap jiwamu dan segenapa akal budimu.
kasihilah musuh mu seperti menghasihi dirimu sendiri
Kamis, 18 November 2010
Menghilangkan Benci...
Walaa tahaasaduu, walaa tabaghodhuu, walaa tadaabaruu wakuunuu ‘ibadalloohi ikhwaanan – janganlah kalian saling dengki, jangan saling marah, dan jangan saling benci - jadilah hamba – hamba Allah yang bersaudara. (Rowahu Bukhory Fii Kitaabul Adab dari Abu Huroiroh). Dengki, marah dan benci adalah bersaudara. Setali tiga uang. Tiga sekawan, dimana antara satu dan lainnya saling terkait dan terhubung. Tak terpisahkan. Kadang marah bisa menjadi sebab benci. Tapi dari benci bisa juga muncul kemarahan. Dari benci bisa timbal iri. Dan sebaliknya dari iri menelorkan benci. Karena iri bisa jadi penyebab marah, atau marah karena dengki. Dan mereka adalah produk hati. Ketiganya merupakan penyakit yang bersarang dan beranak - pinak di hati. Ada factor kesulitan yang tinggi untuk memilah – milah dan memisahkan menjadi satu wujud yang mandiri – berdiri sendiri. Sebab pada kenyataannya memang saling terkait dan akar – akarnya berdempet – dempet kusut di dalamnya.
Salah seorang murid Nasrudin yang terkenal cerdas dan pintar di sekolah, mengajukan sebuah pertanyaan.
"Manakah keberhasilan yang paling besar; orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tetapi tidak mau, atau orang yang mencegah orang lain melakukan hal itu ?" tanya muridnya.
“Nampaknya, ada tugas yang lebih sulit daripada ketiganya," kata Nasrudin menimpali.
"Apa itu?" kata muridnya ingin tahu.
“Mencoba mengajar engkau untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya", tutur Nasrudin dengan bijaknya.
Serupa dengan cerita di atas, untuk menyingkirkan ketiga penyakit dari hati bisa dilakukan ketika kita sadar apa yang sedang terjadi. Apakah yang muncul ke permukaan itu marah? Apakah itu benci? Atau sebenarnya hanya dengki? Ketika kita sadar dengan apa yang terjadi pada diri kita, baru kita akan tahu apa yang mesti dilakukan. Sebab semua sudah berada pada tempat dan kedudukan sebagaimana adanya. Kalau datang marah, maka kita hadapi dengan sabar. Munculnya kemarahan kita siram dengan api kesabaran. Jika marah itu sumbernya dari kebencian, maka bunuhlah dengan sikap memaafkan. Memaafkan adalah melepaskan. Memberi maaf akan menghilangkan kebencian. Sedangkan jika fenomena yang mengemuka itu adalah rasa dengki, maka habisilah dengan banyak memberi. Terutama memberi kepada orang yang kita benci.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imron 133 – 134).
Kembali pada kebencian, yang nota bene adalah masa lalu, maka tak ada jalan lain untuk melepaskannya kecuali dengan cara melupakan dan memaafkan. Dengan memaafkan berarti melepas masa lalu. Membiarkannya pergi sebagaimana waktunya itu. Rela memaafkan berarti menaruh beban yang terbawa sepanjang waktu. Seperti cerita Nasrudin yang terjebur ke dalam kolam.
Suatu hari Nasrudin hampir terjatuh ke kolam. Tapi orang yang tidak dikenal berada di dekatnya, dan kemudian menolongnya pada saat yang tepat. Namun setelah itu, setiap kali bertemu Nasrudin orang itu selalu membicarakan peristiwa itu, dan membuat Nasrudin berterima kasih berulang-ulang.
Suatu hari, untuk yang kesekian kalinya, orang itu menyinggung peristiwa itu lagi. Nasrudin mengajaknya ke lokasi, dan kali ini Nasrudin langsung melompat ke air. "Kau lihat! Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!" kata Nasrudin menyudahi.
Kurang lebih seperti itulah memutus mata rantai kebencian dengan memaafkan. Bukan berarti persis seperti Nasrudin yang kecemplung kolam, tetapi terhentinya pengungkitan dan balas budi. Ketika kita tidak lagi mengingatnya, ketika kita telah benar – benar melupakan dan menaruhnya pada tempatnya. Putus, nggak nyambung lagi. Tinggal saat ini, kekinian, yang kita nikmati untuk kemudian merangkainya untuk menyongsong masa yang akan datang. Biarlah masa lalu hanya tercatat dalam history, tetapi tidak di hati.
Rabindranath Tagore – pujangga India - dalam The Heart of God pernah mengatakan : ‘when the far and the near will kiss each other, and life will be one in love’ – ‘Bila yang jauh berciuman dengan yang dekat, maka kehidupan menyatu dalam cinta’. Mungkin kedengarannya puitis, tetapi sebenarnya ini merupakan penjelasan dari Sabda Nabi SAW di atas, yaitu Jadilah hamba – hamba Allah yang bersaudara. Kenapa? Karena yang jauh adalah kejadian-kejadian di masa lalu, sekaligus harapan-harapan kita akan masa depan. Yang dekat adalah kehidupan kita yang riil dan nyata di hari ini. Dan keduanya tidak mungkin disatukan oleh kebencian. Ia jauh lebih mungkin dijembatani oleh kesediaan untuk memaafkan. Melepaskan dan memaafkan. Dan dari sinilah lahir bibit-bibit unggul cinta buat sang kehidupan. Jadilah hidup seperti bersaudara, dimana saja kita berada.
Mari, mulailah dari sekarang untuk banyak memaafkan. Entah itu memaafkan isteri, suami, musuh, diri sendiri, atau siapa saja agar kebencian menjauh dan sang kehidupan menyatu dalam cinta -wakuunuu ‘ibadalloohi ikhwaanan.
Salah seorang murid Nasrudin yang terkenal cerdas dan pintar di sekolah, mengajukan sebuah pertanyaan.
"Manakah keberhasilan yang paling besar; orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tetapi tidak mau, atau orang yang mencegah orang lain melakukan hal itu ?" tanya muridnya.
“Nampaknya, ada tugas yang lebih sulit daripada ketiganya," kata Nasrudin menimpali.
"Apa itu?" kata muridnya ingin tahu.
“Mencoba mengajar engkau untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya", tutur Nasrudin dengan bijaknya.
Serupa dengan cerita di atas, untuk menyingkirkan ketiga penyakit dari hati bisa dilakukan ketika kita sadar apa yang sedang terjadi. Apakah yang muncul ke permukaan itu marah? Apakah itu benci? Atau sebenarnya hanya dengki? Ketika kita sadar dengan apa yang terjadi pada diri kita, baru kita akan tahu apa yang mesti dilakukan. Sebab semua sudah berada pada tempat dan kedudukan sebagaimana adanya. Kalau datang marah, maka kita hadapi dengan sabar. Munculnya kemarahan kita siram dengan api kesabaran. Jika marah itu sumbernya dari kebencian, maka bunuhlah dengan sikap memaafkan. Memaafkan adalah melepaskan. Memberi maaf akan menghilangkan kebencian. Sedangkan jika fenomena yang mengemuka itu adalah rasa dengki, maka habisilah dengan banyak memberi. Terutama memberi kepada orang yang kita benci.
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imron 133 – 134).
Kembali pada kebencian, yang nota bene adalah masa lalu, maka tak ada jalan lain untuk melepaskannya kecuali dengan cara melupakan dan memaafkan. Dengan memaafkan berarti melepas masa lalu. Membiarkannya pergi sebagaimana waktunya itu. Rela memaafkan berarti menaruh beban yang terbawa sepanjang waktu. Seperti cerita Nasrudin yang terjebur ke dalam kolam.
Suatu hari Nasrudin hampir terjatuh ke kolam. Tapi orang yang tidak dikenal berada di dekatnya, dan kemudian menolongnya pada saat yang tepat. Namun setelah itu, setiap kali bertemu Nasrudin orang itu selalu membicarakan peristiwa itu, dan membuat Nasrudin berterima kasih berulang-ulang.
Suatu hari, untuk yang kesekian kalinya, orang itu menyinggung peristiwa itu lagi. Nasrudin mengajaknya ke lokasi, dan kali ini Nasrudin langsung melompat ke air. "Kau lihat! Sekarang aku sudah benar-benar basah seperti yang seharusnya terjadi kalau engkau dulu tidak menolongku. Sudah, pergi sana!" kata Nasrudin menyudahi.
Kurang lebih seperti itulah memutus mata rantai kebencian dengan memaafkan. Bukan berarti persis seperti Nasrudin yang kecemplung kolam, tetapi terhentinya pengungkitan dan balas budi. Ketika kita tidak lagi mengingatnya, ketika kita telah benar – benar melupakan dan menaruhnya pada tempatnya. Putus, nggak nyambung lagi. Tinggal saat ini, kekinian, yang kita nikmati untuk kemudian merangkainya untuk menyongsong masa yang akan datang. Biarlah masa lalu hanya tercatat dalam history, tetapi tidak di hati.
Rabindranath Tagore – pujangga India - dalam The Heart of God pernah mengatakan : ‘when the far and the near will kiss each other, and life will be one in love’ – ‘Bila yang jauh berciuman dengan yang dekat, maka kehidupan menyatu dalam cinta’. Mungkin kedengarannya puitis, tetapi sebenarnya ini merupakan penjelasan dari Sabda Nabi SAW di atas, yaitu Jadilah hamba – hamba Allah yang bersaudara. Kenapa? Karena yang jauh adalah kejadian-kejadian di masa lalu, sekaligus harapan-harapan kita akan masa depan. Yang dekat adalah kehidupan kita yang riil dan nyata di hari ini. Dan keduanya tidak mungkin disatukan oleh kebencian. Ia jauh lebih mungkin dijembatani oleh kesediaan untuk memaafkan. Melepaskan dan memaafkan. Dan dari sinilah lahir bibit-bibit unggul cinta buat sang kehidupan. Jadilah hidup seperti bersaudara, dimana saja kita berada.
Mari, mulailah dari sekarang untuk banyak memaafkan. Entah itu memaafkan isteri, suami, musuh, diri sendiri, atau siapa saja agar kebencian menjauh dan sang kehidupan menyatu dalam cinta -wakuunuu ‘ibadalloohi ikhwaanan.
Batasan Lahan
Banyak dari kita yang bingung. Bukan tidak tahu, tapi karena tidak bisa meninggalkan. Bahkan ada yang berujar, tak bisa hidup tanpa lahan. Benarkah? Mari kita kembali kepada pokok masalahnya – lahan. Apa dan bagaimana batasannya? Ini yang perlu diketahui dan dipahami agar kita tidak salah ucap dan salah sebut.
Dari Abu Huroiroh r.a., dia berkata,’Bersabda Rasululloh SAW; “Sebagian dari tanda bagusnya islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermakna baginya.” (Rowahu at-Tirmidzi, hadza hadistun hasanun (2317), Ibnu Majah (3976)).
Inilah salah satu atsar yang bisa dijadikan acuan dalam memahami masalah lahan. Yaitu manfaat dan tidaknya bagi kita. Imam an-Nawawi - (pensyarah Shohih Muslim) – memberikan penjelasan hadist ini sebagai berikut. Orang islam yang baik – sempurna adalah yang mampu meninggalkan segala hal yang tidak penting atau tidak berguna baginya berkenaan dengan urusan agama dan urusan dunia, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir (I/587) dijelaskan, ketika Abu Dzar bertanya kepada Nabi SAW tentang Shuhuf Ibrohim, Nabi menjelaskan, di dalam Shuhuf Ibrohim disebutkan, “Barangsiapa menghitung perkataannya sebagai bagian dari amalnya, maka dia akan sedikit bicara, kecuali dalam hal yang bermakna baginya.” Di akhir riwayat - Abu Dzar berkata lagi, “Berikan aku tambahan!” Beliau SAW bersabda, “Cukuplah seseorang itu dianggap jahat apabila dia tidak mengerti akan dirinya sendiri dan berpayah – payah melakukan apa – apa yang tidak bermakna baginya. Wahai Abu Dzar, tidak ada akal yang lebih baik daripada pengaturan, tidak ada sikap wara’ yang lebih baik daripada pengendalian diri, dan tidak ada kebaikan melebihi kebaikan akhlaq.”
Jadi, untuk mengusir lahan, isilah setiap detik hidup kita dengan hal yang bermakna. Inilah resep terhindar dari lahan.
Selamat berjuang…!!!!!!
Dari Abu Huroiroh r.a., dia berkata,’Bersabda Rasululloh SAW; “Sebagian dari tanda bagusnya islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermakna baginya.” (Rowahu at-Tirmidzi, hadza hadistun hasanun (2317), Ibnu Majah (3976)).
Inilah salah satu atsar yang bisa dijadikan acuan dalam memahami masalah lahan. Yaitu manfaat dan tidaknya bagi kita. Imam an-Nawawi - (pensyarah Shohih Muslim) – memberikan penjelasan hadist ini sebagai berikut. Orang islam yang baik – sempurna adalah yang mampu meninggalkan segala hal yang tidak penting atau tidak berguna baginya berkenaan dengan urusan agama dan urusan dunia, baik berupa perkataan maupun perbuatan.
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir (I/587) dijelaskan, ketika Abu Dzar bertanya kepada Nabi SAW tentang Shuhuf Ibrohim, Nabi menjelaskan, di dalam Shuhuf Ibrohim disebutkan, “Barangsiapa menghitung perkataannya sebagai bagian dari amalnya, maka dia akan sedikit bicara, kecuali dalam hal yang bermakna baginya.” Di akhir riwayat - Abu Dzar berkata lagi, “Berikan aku tambahan!” Beliau SAW bersabda, “Cukuplah seseorang itu dianggap jahat apabila dia tidak mengerti akan dirinya sendiri dan berpayah – payah melakukan apa – apa yang tidak bermakna baginya. Wahai Abu Dzar, tidak ada akal yang lebih baik daripada pengaturan, tidak ada sikap wara’ yang lebih baik daripada pengendalian diri, dan tidak ada kebaikan melebihi kebaikan akhlaq.”
Jadi, untuk mengusir lahan, isilah setiap detik hidup kita dengan hal yang bermakna. Inilah resep terhindar dari lahan.
Selamat berjuang…!!!!!!
Seandainya Manusia boleh sujud pd manusia... Niscaya Aku perintahkan seorang Isteri Sujud pd Suaminya...
Memilih antara menuruti keinginan suami atau tunduk kepada perintah orangtua merupakan dilema yang banyak dialami kaum wanita yang telah menikah. Bagaimana Islam mendudukkan perkara ini?
Seorang wanita apabila telah menikah maka suaminya lebih berhak terhadap dirinya daripada kedua orangtuanya. Sehingga ia lebih wajib menaati suaminya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ
“Maka wanita yang shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada (bepergian) dikarenakan Allah telah memelihara mereka…” (An-Nisa’: 34)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam haditsnya:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita yang shalihah. Bila engkau memandangnya, ia menggembirakan (menyenangkan)mu. Bila engkau perintah, ia menaatimu. Dan bila engkau bepergian meninggalkannya, ia menjaga dirinya (untukmu) dan menjaga hartamu (HR. Ahmad (2/168) dan Muslim (no. 3628),.”
Dalam Shahih Ibnu Abi Hatim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 660)
Dalam Sunan At-Tirmidzi dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا رَاضٍ عَنْهَا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
“Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya niscaya ia akan masuk surga.”
At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا لِأَحَدٍ أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia berkata, .” Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dan lafadznya:
لَأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لِأَزْوَاجِهِنَّ، لِمَا جَعَلَ اللهُ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحُقُوْقِ
“…niscaya aku perintahkan para istri untuk sujud kepada suami mereka dikarenakan kewajiban-kewajiban sebagai istri yang Allah bebankan atas mereka.”HR. Abu Dawud no. 21405 HR. Abu Dawud no. 2140, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Abi Dawud.)
Dalam Al-Musnad dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَاَّلذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرَقِ رَأْسِهِ قَرْحَةً تَجْرِي بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيْدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ فَلحسَتْهُ مَا أَدّّتْ حَقَّهُ
“Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya pantas/boleh bagi seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya. Demi Zat yang jiwaku berada di tangannya, seandainya pada telapak kaki sampai belahan rambut suaminya ada luka/borok yang mengucurkan nanah bercampur darah, kemudian si istri menghadap suaminya lalu menjilati luka/borok tersebut niscaya ia belum purna menunaikan hak suaminya.”( HR. Ahmad (3/159),
Dalam Al-Musnad dan Sunan Ibni Majah, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَوْ أَمَرْتُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَلَوْ أَنَّ رَجُلاً أَمَرَ امْرَأَتَهُ أَنْ تَنْقُلَ مِنْ جَبَلٍ أَحْمَرَ إِلَى جَبَلٍ أَسْوَدَ، وَمِنْ جَبَلٍ أَسْوَدَ إِلَى جَبَلٍ أَحْمَرَ لَكاَنَ لَهَا أَنْ تَفْعَلَ
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Seandainya seorang suami memerintahkan istrinya untuk pindah dari gunung merah menuju gunung hitam dan dari gunung hitam menuju gunung merah maka si istri harus melakukannya.”( HR. Ahmad (6/76) dan Ibnu Majah no. 1852)
Demikian pula dalam Al-Musnad, Sunan Ibni Majah, dan Shahih Ibni Hibban dari Abdullah ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
لمَاَّ قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّام ِسَجَدَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: مَا هذَا يَا مُعَاذُ؟ قَالَ: أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَجَدْتُهُمْ يَسْجُدُوْنَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ، فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ تَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ .فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ تَفْعَلُوا ذَلِكَ، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأََلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
Tatkala Mu’adz datang dari bepergiannya ke negeri Syam, ia sujud kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menegur Mu’adz, “Apa yang kau lakukan ini, wahai Mu’adz?” Mu’adz menjawab, “Aku mendatangi Syam, aku dapati mereka (penduduknya) sujud kepada uskup mereka. Maka aku berkeinginan dalam hatiku untuk melakukannya kepadamu, wahai Rasulullah.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan engkau lakukan hal itu, karena sungguh andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang istri tidaklah menunaikan hak Rabbnya sampai ia menunaikan hak suaminya. Seandainya suaminya meminta dirinya dalam keadaan ia berada di atas pelana (hewan tunggangan) maka ia tidak boleh menolaknya8.” (HR. Ahmad (4/381) dan Ibnu Majah no. 1853)
Dari Thalaq bin Ali, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا رَجُلٍ دَعَا زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ وَلَوْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّوْرِ
“Suami mana saja yang memanggil istrinya untuk memenuhi hajatnya maka si istri harus/wajib mendatanginya (memenuhi panggilannya) walaupun ia sedang memanggang roti di atas tungku api.” (HR. At-Tirmidzi no. 1160 )
Dalam kitab Shahih (Al-Bukhari) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِيْئَ، فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا، لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
“Apabila seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya, namun si istri menolak untuk datang, lalu si suami bermalam (tidur) dalam keadaan marah kepada istrinya tersebut, niscaya para malaikat melaknat si istri sampai ia berada di pagi hari.”( HR. Al-Bukhari no. 5193)
Hadits-hadits dalam masalah ini banyak sekali dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu berkata, “Suami adalah tuan (bagi istrinya) sebagaimana tersebut dalam Kitabullah.” Lalu ia membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ
“Dan keduanya mendapati sayyid (suami) si wanita di depan pintu.” (Yusuf: 25)
Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nikah itu adalah perbudakan. Maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat/memerhatikan kepada siapa ia memperbudakkan anak perempuannya.”
Dalam riwayat At-Tirmidzi dan selainnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّمَا هُنَّ عِنْدَكُمْ عَوَانٌ
“Berwasiat kebaikanlah kalian kepada para wanita/istri karena mereka itu hanyalah tawanan di sisi kalian.( HR. At-Tirmidzi no. 1163 dan Ibnu Majah no. 1851)
Dengan demikian seorang istri di sisi suaminya diserupakan dengan budak dan tawanan. Ia tidak boleh keluar dari rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya baik ayahnya yang memerintahkannya untuk keluar, ataukah ibunya, atau selain kedua orangtuanya, menurut kesepakatan para imam.
Apabila seorang suami ingin membawa istrinya pindah ke tempat lain di mana sang suami menunaikan apa yang wajib baginya dan menjaga batasan/hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perkara istrinya, sementara ayah si istri melarang si istri tersebut untuk menuruti/menaati suami pindah ke tempat lain, maka si istri wajib menaati suaminya, bukannya menuruti kedua orangtuanya. Karena kedua orangtuanya telah berbuat zalim. Tidak sepantasnya keduanya melarang si wanita untuk menaati suaminya. Tidak boleh pula bagi si wanita menaati ibunya bila si ibu memerintahnya untuk minta khulu’ kepada suaminya atau membuat suaminya bosan/jemu hingga suaminya menceraikannya. Misalnya dengan menuntut suaminya agar memberi nafkah dan pakaian (melebihi kemampuan suami) dan meminta mahar yang berlebihan dengan tujuan agar si suami menceraikannya. Tidak boleh bagi si wanita untuk menaati salah satu dari kedua orangtuanya agar meminta cerai kepada suaminya, bila ternyata suaminya seorang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam urusan istrinya. Dalam kitab Sunan yang empat dan Shahih Ibnu Abi Hatim dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلاَقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْس َفَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ
“Wanita mana yang meminta cerai kepada suaminya tanpa ada apa-apa15 maka haram baginya mencium wanginya surga.”( HR. At-Tirmidzi no. 1187, Abu Dawud no. 2226, Ibnu Majah no. 2055)
Dalam hadits yang lain:
الْمُخْتَلِعَاتُ وَالْمُنْتَزِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ
“Istri-istri yang minta khulu’17 dan mencabut diri (dari pernikahan) mereka itu wanita-wanita munafik.”(HR. Ahmad 2/414 dan Tirmidzi no. 1186)
Adapun bila kedua orangtuanya atau salah satu dari keduanya memerintahkannya dalam perkara yang merupakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, misalnya ia diperintah untuk menjaga shalatnya, jujur dalam berucap, menunaikan amanah dan melarangnya dari membuang-buang harta dan bersikap boros serta yang semisalnya dari perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan atau yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dikerjakan, maka wajib baginya untuk menaati keduanya dalam perkara tersebut. Seandainya pun yang menyuruh dia untuk melakukan ketaatan itu bukan kedua orangtuanya maka ia harus taat. Apalagi bila perintah tersebut dari kedua orangtuanya.
Apabila suaminya melarangnya dari mengerjakan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan atau sebaliknya menyuruh dia mengerjakan perbuatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala larang maka tidak ada kewajiban baginya untuk taat kepada suaminya dalam perkara tersebut. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.”(HR. Ahmad 1/131)
Bahkan seorang tuan (ataupun raja) andai memerintahkan budaknya (ataupun rakyatnya/orang yang dipimpinnya) dalam perkara maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak boleh bagi budak tersebut menaati tuannya dalam perkara maksiat. Lalu bagaimana mungkin dibolehkan bagi seorang istri menaati suaminya atau salah satu dari kedua orangtuanya dalam perkara maksiat? Karena kebaikan itu seluruhnya dalam menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebaliknya kejelekan itu seluruhnya dalam bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Majmu’atul Fatawa, 16/381-383). Wallahu a’lam bish-shawab.
Catatan kaki:
1 HR. Ahmad (2/168) dan Muslim (no. 3628), namun hanya sampai pada lafadz:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” Selebihnya adalah riwayat Ahmad dalam Musnad-nya (2/251, 432, 438) dan An-Nasa’i. Demikian pula Al-Baihaqi, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
قِيْلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ النِّساَءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلاَ تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَلَا فِي مَالِهِ بِمَا يَكْرَهُ
Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wanita (istri) yang bagaimanakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Yang menyenangkan suaminya bila suaminya memandangnya, yang menaati suaminya bila suaminya memerintahnya, dan ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara dirinya dan tidak pula pada harta suaminya dengan apa yang dibenci suaminya.” (Dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu )
Seorang wanita apabila telah menikah maka suaminya lebih berhak terhadap dirinya daripada kedua orangtuanya. Sehingga ia lebih wajib menaati suaminya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللهُ
“Maka wanita yang shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada (bepergian) dikarenakan Allah telah memelihara mereka…” (An-Nisa’: 34)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam haditsnya:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ، وَإِذَا أَمَرْتَهَا أَطَاعَتْكَ، وَإِذَا غِبْتَ عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ
“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita yang shalihah. Bila engkau memandangnya, ia menggembirakan (menyenangkan)mu. Bila engkau perintah, ia menaatimu. Dan bila engkau bepergian meninggalkannya, ia menjaga dirinya (untukmu) dan menjaga hartamu (HR. Ahmad (2/168) dan Muslim (no. 3628),.”
Dalam Shahih Ibnu Abi Hatim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” (Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no. 660)
Dalam Sunan At-Tirmidzi dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا رَاضٍ عَنْهَا دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
“Wanita (istri) mana saja yang meninggal dalam keadaan suaminya ridha kepadanya niscaya ia akan masuk surga.”
At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا لِأَحَدٍ أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.”
Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia berkata, .” Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dan lafadznya:
لَأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ لِأَزْوَاجِهِنَّ، لِمَا جَعَلَ اللهُ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحُقُوْقِ
“…niscaya aku perintahkan para istri untuk sujud kepada suami mereka dikarenakan kewajiban-kewajiban sebagai istri yang Allah bebankan atas mereka.”HR. Abu Dawud no. 21405 HR. Abu Dawud no. 2140, dishahihkan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Sunan Abi Dawud.)
Dalam Al-Musnad dari Anas radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يَصْلُحُ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ، وَلَوْ صَلَحَ لِبَشَرٍ أَنْ يَسْجُدَ لِبَشَرٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا مِنْ عِظَمِ حَقِّهِ عَلَيْهَا، وَاَّلذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ كَانَ مِنْ قَدَمِهِ إِلَى مَفْرَقِ رَأْسِهِ قَرْحَةً تَجْرِي بِالْقَيْحِ وَالصَّدِيْدِ، ثُمَّ اسْتَقْبَلَتْهُ فَلحسَتْهُ مَا أَدّّتْ حَقَّهُ
“Tidaklah pantas bagi seorang manusia untuk sujud kepada manusia yang lain. Seandainya pantas/boleh bagi seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya dikarenakan besarnya hak suaminya terhadapnya. Demi Zat yang jiwaku berada di tangannya, seandainya pada telapak kaki sampai belahan rambut suaminya ada luka/borok yang mengucurkan nanah bercampur darah, kemudian si istri menghadap suaminya lalu menjilati luka/borok tersebut niscaya ia belum purna menunaikan hak suaminya.”( HR. Ahmad (3/159),
Dalam Al-Musnad dan Sunan Ibni Majah, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَوْ أَمَرْتُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِأَحَدٍ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَلَوْ أَنَّ رَجُلاً أَمَرَ امْرَأَتَهُ أَنْ تَنْقُلَ مِنْ جَبَلٍ أَحْمَرَ إِلَى جَبَلٍ أَسْوَدَ، وَمِنْ جَبَلٍ أَسْوَدَ إِلَى جَبَلٍ أَحْمَرَ لَكاَنَ لَهَا أَنْ تَفْعَلَ
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada seorang yang lain niscaya aku akan memerintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Seandainya seorang suami memerintahkan istrinya untuk pindah dari gunung merah menuju gunung hitam dan dari gunung hitam menuju gunung merah maka si istri harus melakukannya.”( HR. Ahmad (6/76) dan Ibnu Majah no. 1852)
Demikian pula dalam Al-Musnad, Sunan Ibni Majah, dan Shahih Ibni Hibban dari Abdullah ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
لمَاَّ قَدِمَ مُعَاذٌ مِنَ الشَّام ِسَجَدَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: مَا هذَا يَا مُعَاذُ؟ قَالَ: أَتَيْتُ الشَّامَ فَوَجَدْتُهُمْ يَسْجُدُوْنَ لِأَسَاقِفَتِهِمْ وَبَطَارِقَتِهِمْ، فَوَدِدْتُ فِي نَفْسِي أَنْ تَفْعَلَ ذَلِكَ بِكَ يَا رَسُوْلَ اللهِ .فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لاَ تَفْعَلُوا ذَلِكَ، فَإِنِّي لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِ اللهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤَدِّي الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا، وَلَوْ سَأََلَهَا نَفْسَهَا وَهِيَ عَلَى قَتَبٍ لَمْ تَمْنَعْهُ
Tatkala Mu’adz datang dari bepergiannya ke negeri Syam, ia sujud kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau menegur Mu’adz, “Apa yang kau lakukan ini, wahai Mu’adz?” Mu’adz menjawab, “Aku mendatangi Syam, aku dapati mereka (penduduknya) sujud kepada uskup mereka. Maka aku berkeinginan dalam hatiku untuk melakukannya kepadamu, wahai Rasulullah.”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan engkau lakukan hal itu, karena sungguh andai aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seorang istri tidaklah menunaikan hak Rabbnya sampai ia menunaikan hak suaminya. Seandainya suaminya meminta dirinya dalam keadaan ia berada di atas pelana (hewan tunggangan) maka ia tidak boleh menolaknya8.” (HR. Ahmad (4/381) dan Ibnu Majah no. 1853)
Dari Thalaq bin Ali, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا رَجُلٍ دَعَا زَوْجَتَهُ لِحَاجَتِهِ فَلْتَأْتِهِ وَلَوْ كَانَتْ عَلَى التَّنُّوْرِ
“Suami mana saja yang memanggil istrinya untuk memenuhi hajatnya maka si istri harus/wajib mendatanginya (memenuhi panggilannya) walaupun ia sedang memanggang roti di atas tungku api.” (HR. At-Tirmidzi no. 1160 )
Dalam kitab Shahih (Al-Bukhari) dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِيْئَ، فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا، لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ
“Apabila seorang suami memanggil istrinya ke tempat tidurnya, namun si istri menolak untuk datang, lalu si suami bermalam (tidur) dalam keadaan marah kepada istrinya tersebut, niscaya para malaikat melaknat si istri sampai ia berada di pagi hari.”( HR. Al-Bukhari no. 5193)
Hadits-hadits dalam masalah ini banyak sekali dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu berkata, “Suami adalah tuan (bagi istrinya) sebagaimana tersebut dalam Kitabullah.” Lalu ia membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى الْبَابِ
“Dan keduanya mendapati sayyid (suami) si wanita di depan pintu.” (Yusuf: 25)
Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata, “Nikah itu adalah perbudakan. Maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat/memerhatikan kepada siapa ia memperbudakkan anak perempuannya.”
Dalam riwayat At-Tirmidzi dan selainnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّمَا هُنَّ عِنْدَكُمْ عَوَانٌ
“Berwasiat kebaikanlah kalian kepada para wanita/istri karena mereka itu hanyalah tawanan di sisi kalian.( HR. At-Tirmidzi no. 1163 dan Ibnu Majah no. 1851)
Dengan demikian seorang istri di sisi suaminya diserupakan dengan budak dan tawanan. Ia tidak boleh keluar dari rumah suaminya kecuali dengan izin suaminya baik ayahnya yang memerintahkannya untuk keluar, ataukah ibunya, atau selain kedua orangtuanya, menurut kesepakatan para imam.
Apabila seorang suami ingin membawa istrinya pindah ke tempat lain di mana sang suami menunaikan apa yang wajib baginya dan menjaga batasan/hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam perkara istrinya, sementara ayah si istri melarang si istri tersebut untuk menuruti/menaati suami pindah ke tempat lain, maka si istri wajib menaati suaminya, bukannya menuruti kedua orangtuanya. Karena kedua orangtuanya telah berbuat zalim. Tidak sepantasnya keduanya melarang si wanita untuk menaati suaminya. Tidak boleh pula bagi si wanita menaati ibunya bila si ibu memerintahnya untuk minta khulu’ kepada suaminya atau membuat suaminya bosan/jemu hingga suaminya menceraikannya. Misalnya dengan menuntut suaminya agar memberi nafkah dan pakaian (melebihi kemampuan suami) dan meminta mahar yang berlebihan dengan tujuan agar si suami menceraikannya. Tidak boleh bagi si wanita untuk menaati salah satu dari kedua orangtuanya agar meminta cerai kepada suaminya, bila ternyata suaminya seorang yang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam urusan istrinya. Dalam kitab Sunan yang empat dan Shahih Ibnu Abi Hatim dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلاَقَ مِنْ غَيْرِ مَا بَأْس َفَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ
“Wanita mana yang meminta cerai kepada suaminya tanpa ada apa-apa15 maka haram baginya mencium wanginya surga.”( HR. At-Tirmidzi no. 1187, Abu Dawud no. 2226, Ibnu Majah no. 2055)
Dalam hadits yang lain:
الْمُخْتَلِعَاتُ وَالْمُنْتَزِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ
“Istri-istri yang minta khulu’17 dan mencabut diri (dari pernikahan) mereka itu wanita-wanita munafik.”(HR. Ahmad 2/414 dan Tirmidzi no. 1186)
Adapun bila kedua orangtuanya atau salah satu dari keduanya memerintahkannya dalam perkara yang merupakan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, misalnya ia diperintah untuk menjaga shalatnya, jujur dalam berucap, menunaikan amanah dan melarangnya dari membuang-buang harta dan bersikap boros serta yang semisalnya dari perkara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan atau yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dikerjakan, maka wajib baginya untuk menaati keduanya dalam perkara tersebut. Seandainya pun yang menyuruh dia untuk melakukan ketaatan itu bukan kedua orangtuanya maka ia harus taat. Apalagi bila perintah tersebut dari kedua orangtuanya.
Apabila suaminya melarangnya dari mengerjakan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan atau sebaliknya menyuruh dia mengerjakan perbuatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala larang maka tidak ada kewajiban baginya untuk taat kepada suaminya dalam perkara tersebut. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّهُ لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِي مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.”(HR. Ahmad 1/131)
Bahkan seorang tuan (ataupun raja) andai memerintahkan budaknya (ataupun rakyatnya/orang yang dipimpinnya) dalam perkara maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak boleh bagi budak tersebut menaati tuannya dalam perkara maksiat. Lalu bagaimana mungkin dibolehkan bagi seorang istri menaati suaminya atau salah satu dari kedua orangtuanya dalam perkara maksiat? Karena kebaikan itu seluruhnya dalam menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebaliknya kejelekan itu seluruhnya dalam bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (Majmu’atul Fatawa, 16/381-383). Wallahu a’lam bish-shawab.
Catatan kaki:
1 HR. Ahmad (2/168) dan Muslim (no. 3628), namun hanya sampai pada lafadz:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” Selebihnya adalah riwayat Ahmad dalam Musnad-nya (2/251, 432, 438) dan An-Nasa’i. Demikian pula Al-Baihaqi, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:
قِيْلَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَيُّ النِّساَءِ خَيْرٌ؟ قَالَ: الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلاَ تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَلَا فِي مَالِهِ بِمَا يَكْرَهُ
Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wanita (istri) yang bagaimanakah yang paling baik?” Beliau menjawab, “Yang menyenangkan suaminya bila suaminya memandangnya, yang menaati suaminya bila suaminya memerintahnya, dan ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara dirinya dan tidak pula pada harta suaminya dengan apa yang dibenci suaminya.” (Dihasankan Al-Imam Al-Albani rahimahullahu )
Sabar dan Menunggu Dengan Yakin
"Pemuda-pemudi begitu banyak hal yang ingin dicapai di usia kami yang masih muda, kesuksesan dalam pendidikan dan bekerja selalu berputar di kepala. Ada yang mencapai dengan mudah dan ada juga dicapai dengan berdarah-darah (eheheh)."
Sabar dan menunggu itu berbeda sayang. Tetapi dalam aplikasinya kedua hal itu tidak bisa kita pisahkan. Karena sesungguhnya dengan sabar kita menjalani orbit yang sudah menunggu untuk kita jalani. Menunggu dengan sabar dari hasil atau amalan yang sudah kita kerjakan bukan berarti PASIF dan LEMPEM. Tetapi menunggu di sini adalah dengan D.U.I.T(Doa Usaha iman*yakin Tawakal : terinspirasi dengan seorang pemudi nun jauh di sana *N.S.V). Menunggu dengan tanpa kesabaran, tanpa iman (yakin), bahkan tanpa usaha tidak membedakan kita dengan anak kecil yang disuapi makan terus, bahkan sampai dia kenyang pun terus disuapi hingga makanannya habis. Padahal dalam proses makan itu kita selain mencari kenyang (heheheh) juga menikmati proses nya, merasakan lunak atau kerasnya lauk pauk, dan nasi, merasakan manis pedas, pahit rasanya. Tetapi ketika kita sudah tidak bisa mengambil atau menikmati proses dalam perjalanannya kita tidak mendapatkan apa-apa selain hasilnya dan itupun jika kita mendapatkan hasilnya. Buuuuuuuuuuu...!!
Menunggu dengan tanpa D.U.I.T juga tidak menjadikan kita proaktif, sigap,dan produktif, yang ada hanya hasil semu dari apa yang kita tunggu. Mengapa iman menjadi hal penting dalam proses menunggu dan bersabar?? Yah karena iman yang menjadi keyakinan adari usaha dan doa, lalu ilmu lah yang menjadi dasar dari semua pengamalan dan praktek, Alquran pun sudah menjelaskan keutamaan ilmu , mencari ilmu dan mengamalkan ilmu. Kalau ilmu dunia menurut survei nya dalam tri wulan mengalami perubahan perkembangan yang cepat, khususnya ilmu Teknologi Informasi, berbeda jauh dengan ilmu agama yang terus menerus merosot. Merosot di sini bukan dari kwalitas atau kandungannya. Ilmu agama adalah POLL POLL nya ilmu ,apa yang di kandung dari agama adalah ilmu sepanjang masa illa yaumil qiyyamah. Merosot disini adalah tingkat penguasaan dan pemahamannya itu sendiri. Padahal pada hakekatnya ilmu agama adalah ilmu yang membimbing, ilmu yang memperingati kita untuk menjalani dan menuju dunia dengan jalan yang benar, tentunya sesuai tuntunan yang murni.
Sebaik-baiknya pembelaan agama itu adalah dengan mengkaji, mempelajari, memahami dan Aplikasi nya di dunia nyata yaitu mengamalkannya dengan benar. Al ilmi ba’da amal (Ilmu dulu baru ngamal/praktek). oleh karena itu sebagai generasi muda kita harus terus menerus koreksi di awal, koreksi di tengah, koreksi di akhir apa yang telah kita amalkan, saling ingat mengingati apa yang sudah kita kerjakan sudah benar atau belum. Jika sudah benar kita bisa tambah yakin dan bersyukur tetapi jika salah kita segera bertobat , memperbaiki kesalahannya dan mengambil hikmahnya.
Tempatkan porsi sebagai warga negara yang muda, cerdas, proaktif dan berbudi luhur. Tetapi tetap kita adalah pemuda-pemudi yang mempunyai kefahaman agama, dimana kita tahu apa yang kita pelajari,kita fahami dan amalkan. Sekalipun dalam proses perjalannya kita tidak mencintai proses tersebut, maka bersabarlah. Ketika kita bersabar dalam menjalaninya, maka di akhirnya kita akan mendapatkan kesuksesan (AMIIIIN...!) dan hasil yang kita cintai, walapun hasil itu berbeda dari apa yang kita harapkan (ngomong apalagi nulis emang gampang siih tapi dalam prakteknya sama-sama susah...ehehe).
Mengikuti perkembangan juga bukan sesuatu hal yang buruk JIKA dilihat dari efisiensi dan fungsionalitas waktu yang di gunakan. Jika perkembangan menjadikan kita pemuda-pemudi yang malas dan pemimpi unggul (bukan pemimpin looh), lalu dimana keutamaan pemuda-pemudi yang berilmu, berakhlakul qarimah dan mandiri?! Perkembangan itu diikuti agar menjadikan kita sebagai pemuda-pemudi yang berwawasan luas, lugas tetapi tidak NGASAL. Menjadikan taat dan berilmu sebagai senjata massal kita untuk terjun dalam perkembangan yang begitu cepat. Menjadikan kita terjaga dari perkembangan-perkembangan yang sudah kita ketahui HAK & BATIL sesuai tuntunan. Tetap sabar dan yakin bahwa semua sudah ada yang merencanakan, tetapi bukan hanya menunggu jalannya. Jalan dan hasilny tetap kita cari dengan Doa Usaha iman dan Tawaqal.
Alhamdulillah jazakumullohu khioron
Sabar dan menunggu itu berbeda sayang. Tetapi dalam aplikasinya kedua hal itu tidak bisa kita pisahkan. Karena sesungguhnya dengan sabar kita menjalani orbit yang sudah menunggu untuk kita jalani. Menunggu dengan sabar dari hasil atau amalan yang sudah kita kerjakan bukan berarti PASIF dan LEMPEM. Tetapi menunggu di sini adalah dengan D.U.I.T(Doa Usaha iman*yakin Tawakal : terinspirasi dengan seorang pemudi nun jauh di sana *N.S.V). Menunggu dengan tanpa kesabaran, tanpa iman (yakin), bahkan tanpa usaha tidak membedakan kita dengan anak kecil yang disuapi makan terus, bahkan sampai dia kenyang pun terus disuapi hingga makanannya habis. Padahal dalam proses makan itu kita selain mencari kenyang (heheheh) juga menikmati proses nya, merasakan lunak atau kerasnya lauk pauk, dan nasi, merasakan manis pedas, pahit rasanya. Tetapi ketika kita sudah tidak bisa mengambil atau menikmati proses dalam perjalanannya kita tidak mendapatkan apa-apa selain hasilnya dan itupun jika kita mendapatkan hasilnya. Buuuuuuuuuuu...!!
Menunggu dengan tanpa D.U.I.T juga tidak menjadikan kita proaktif, sigap,dan produktif, yang ada hanya hasil semu dari apa yang kita tunggu. Mengapa iman menjadi hal penting dalam proses menunggu dan bersabar?? Yah karena iman yang menjadi keyakinan adari usaha dan doa, lalu ilmu lah yang menjadi dasar dari semua pengamalan dan praktek, Alquran pun sudah menjelaskan keutamaan ilmu , mencari ilmu dan mengamalkan ilmu. Kalau ilmu dunia menurut survei nya dalam tri wulan mengalami perubahan perkembangan yang cepat, khususnya ilmu Teknologi Informasi, berbeda jauh dengan ilmu agama yang terus menerus merosot. Merosot di sini bukan dari kwalitas atau kandungannya. Ilmu agama adalah POLL POLL nya ilmu ,apa yang di kandung dari agama adalah ilmu sepanjang masa illa yaumil qiyyamah. Merosot disini adalah tingkat penguasaan dan pemahamannya itu sendiri. Padahal pada hakekatnya ilmu agama adalah ilmu yang membimbing, ilmu yang memperingati kita untuk menjalani dan menuju dunia dengan jalan yang benar, tentunya sesuai tuntunan yang murni.
Sebaik-baiknya pembelaan agama itu adalah dengan mengkaji, mempelajari, memahami dan Aplikasi nya di dunia nyata yaitu mengamalkannya dengan benar. Al ilmi ba’da amal (Ilmu dulu baru ngamal/praktek). oleh karena itu sebagai generasi muda kita harus terus menerus koreksi di awal, koreksi di tengah, koreksi di akhir apa yang telah kita amalkan, saling ingat mengingati apa yang sudah kita kerjakan sudah benar atau belum. Jika sudah benar kita bisa tambah yakin dan bersyukur tetapi jika salah kita segera bertobat , memperbaiki kesalahannya dan mengambil hikmahnya.
Tempatkan porsi sebagai warga negara yang muda, cerdas, proaktif dan berbudi luhur. Tetapi tetap kita adalah pemuda-pemudi yang mempunyai kefahaman agama, dimana kita tahu apa yang kita pelajari,kita fahami dan amalkan. Sekalipun dalam proses perjalannya kita tidak mencintai proses tersebut, maka bersabarlah. Ketika kita bersabar dalam menjalaninya, maka di akhirnya kita akan mendapatkan kesuksesan (AMIIIIN...!) dan hasil yang kita cintai, walapun hasil itu berbeda dari apa yang kita harapkan (ngomong apalagi nulis emang gampang siih tapi dalam prakteknya sama-sama susah...ehehe).
Mengikuti perkembangan juga bukan sesuatu hal yang buruk JIKA dilihat dari efisiensi dan fungsionalitas waktu yang di gunakan. Jika perkembangan menjadikan kita pemuda-pemudi yang malas dan pemimpi unggul (bukan pemimpin looh), lalu dimana keutamaan pemuda-pemudi yang berilmu, berakhlakul qarimah dan mandiri?! Perkembangan itu diikuti agar menjadikan kita sebagai pemuda-pemudi yang berwawasan luas, lugas tetapi tidak NGASAL. Menjadikan taat dan berilmu sebagai senjata massal kita untuk terjun dalam perkembangan yang begitu cepat. Menjadikan kita terjaga dari perkembangan-perkembangan yang sudah kita ketahui HAK & BATIL sesuai tuntunan. Tetap sabar dan yakin bahwa semua sudah ada yang merencanakan, tetapi bukan hanya menunggu jalannya. Jalan dan hasilny tetap kita cari dengan Doa Usaha iman dan Tawaqal.
Alhamdulillah jazakumullohu khioron
Malu Sebagian dari Iman..
Ada tiga jenis sifat malu, yaitu:
1.Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.Rasa ini kelihatannya banyak yang sudah tidak punya,karena melihat video pornopun,terlihat sambil tertawa tawa dengan teman temanya yang sama masih remaja,wanita ataupun pria..
2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, orang iman yang menghindari berbuat maksiat karena malu pada Allah.Inipun sudah banyak yang tidak punya,karena banyak yang medokumentasikan pelanggarannya,bahkan ada yang merekam perbuatan zinanya dan jadi kebanggaannya.atau upload foto foto tanpa jilbab di facebook
3.Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya,seperti telanjang di hadapan orang banyak.Kita perhatikan saja,hanya orang yang sakit jiwa saja yang tidak malu telanjang di hadapan orang lain.Jadi kalalu ada orang yang tidak gila tetapi tidak malu telanjang/setengah telanjang di depan umum,memang itu adalah sakit kejiwaan/exhibisionist,seperti sebagian artis Indonesia.
Karena itu, beruntunglah orang iman yang masih punya rasa malu.Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya. Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan. Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.
Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan.Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surganya jauh.Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan kotor dan perbuatan kotor, berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka. Sifat Malu itu baik,namun lebih baik lagi bila sifat malu itu ada pada diri seorang wanita..Kita harus tanamkan budaya malu dalam pelanggaran dan semangat dalam keimanan pada generasi penerus kita….
Wassalamu Alaikum Wr.Wb
1.Malu yang bersifat fitrah. Misalnya, malu yang dialami saat melihat gambar seronok, atau wajah yang memerah karena malu mendengar ucapan jorok.Rasa ini kelihatannya banyak yang sudah tidak punya,karena melihat video pornopun,terlihat sambil tertawa tawa dengan teman temanya yang sama masih remaja,wanita ataupun pria..
2. Malu yang bersumber dari iman. Misalnya, orang iman yang menghindari berbuat maksiat karena malu pada Allah.Inipun sudah banyak yang tidak punya,karena banyak yang medokumentasikan pelanggarannya,bahkan ada yang merekam perbuatan zinanya dan jadi kebanggaannya.atau upload foto foto tanpa jilbab di facebook
3.Malu yang muncul dari dalam jiwa. Misalnya,seperti telanjang di hadapan orang banyak.Kita perhatikan saja,hanya orang yang sakit jiwa saja yang tidak malu telanjang di hadapan orang lain.Jadi kalalu ada orang yang tidak gila tetapi tidak malu telanjang/setengah telanjang di depan umum,memang itu adalah sakit kejiwaan/exhibisionist,seperti sebagian artis Indonesia.
Karena itu, beruntunglah orang iman yang masih punya rasa malu.Orang yang menjadikan sifat malu sebagai pakaiannya, niscaya orang-orang tidak akan melihat aib dan cela pada dirinya. Bahkan, Rasulullah saw. menjadikan sifat malu sebagai bagian dari cabang iman. Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Iman memiliki 70 atau 60 cabang. Paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan di jalan. Dan sifat malu adalah cabang dari keimanan. Dari hadits itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak akan ada sifat malu dalam diri seseorang yang tidak beriman. Akhlak yang mulia ini tidak akan kokoh tegak dalam jiwa orang yang tidak punya landasan iman yang kuat kepada Allah swt. Sebab, rasa malu adalah pancaran iman.
Malu dan iman keduanya sejajar bersama. Ketika salah satu dari keduanya diangkat, maka yang lain pun terangkat.Karena itu, sifat malu tidak akan mendatangkan kemudharatan. Sifat ini membawa kebaikan bagi pemiliknya. “Al-hayaa-u laa ya’tii illa bi khairin, sifat malu tidak mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan.Dengan kata lain, seseorang yang kehilangan sifat malunya yang tersisa dalam dirinya hanyalah keburukan. Buruk dalam ucapan, buruk dalam perangai. Bertingkah dengan penampilan seronok dan bermuka tebal. Tentu bagi dia surganya jauh.Malu adalah bagian dari iman, dan keimanan itu berada di surga. Ucapan kotor dan perbuatan kotor, berasal dari akhlak yang buruk dan akhlak yang buruk tempatnya di neraka. Sifat Malu itu baik,namun lebih baik lagi bila sifat malu itu ada pada diri seorang wanita..Kita harus tanamkan budaya malu dalam pelanggaran dan semangat dalam keimanan pada generasi penerus kita….
Wassalamu Alaikum Wr.Wb
Rabu, 17 November 2010
Apa itu Ikhlash?
Alloh Swt berfirman:
"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan agama-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang murni". (QS Az-Zumar 2 - 3)
Dari Abu Umamah ia berkata, ‘Datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Bagaimana pendapatmu seorang lelaki yang berperang mencari pahala dan sebutan (nama), dia mendapatkan apa?” Rasulullah SAW berkata, “Dia tidak mendapatkan apa – apa.” Lelaki itu mengulangi pertanyaannya tiga kali dan Rasulullah SAW selalu menjawab, “Dia tidak mendapatkan apa – apa.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali apa yang ikhlash karenaNYa dan dimaksudkan semata demi wajahNya. (Rowahu Abu Dawud)
Dari Abu Darda’, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Dunia itu dilaknat dan apa yang ada di dalamnya dilaknat, kecuali apa yang dicari dengannya wajah Allah.” (Rowahu ath-Thabrani)
Atsar – atsar di atas dengan jelas menunjukkan pentingnya ikhlash dalam beramal. Dan salah satu cerita favorit saya masalah ikhlash ini adalah cerita tiga orang yang terjebak batu di gua. Berikut salah satu versinya.
Dari Ibnu Umar, dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga umat dari sebelum kalian yang sedang bepergian, sehingga mereka harus bermalam di sebuah gua, mereka masuk ke dalamnya. Lalu sebuah batu besar menggelinding dari gunung dan menutup pintu goa. Mereka berkata, “Yang bisa menyelamatkan kalian dari batu besar ini hanyalah doa kalian kepada Allah dengan amal baik kalian.” Salah seorang dari mereka berkata; ’Ya Allah! aku dulu mempunyai kedua orang tua yang sudah renta dan aku tidak berani memberikan jatah minum mereka kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku). Pada suatu hari, aku mencari sesuatu di tempat yang jauh dan sepulang dari itu aku mendapatkan keduanya telah tertidur, lantas aku memeras susu seukuran jatah minum keduanya, namun akupun mendapatkan keduanya tengah tertidur. Meskipun begitu, aku tidak berani memberikan jatah minum mereka tersebut kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku). Akhirnya, aku tetap menunggu (kapan) keduanya bangun -sementara wadahnya (tempat minuman) masih berada ditanganku- hingga fajar menyingsing. Barulah keduanyapun bangun, lalu meminum jatah untuk mereka. ‘Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut sedikit merenggang namun mereka tidak dapat keluar.
Rasulullah SAW bersabda lagi: ‘Yang lainnya (orang kedua) berkata: ‘Ya Allah! aku dulu mempunyai sepupu perempuan (anak perempuan paman). Dia termasuk orang yang amat aku kasihi, pernah aku menggodanya untuk berzina denganku tetapi dia menolak ajakanku hingga pada suatu tahun, dia mengalami masa paceklik, lalu mendatangiku dan aku memberinya 120 dinar dengan syarat dia membiarkan apa yang terjadi antaraku dan dirinya; diapun setuju hingga ketika aku sudah menaklukkannya, dia berkata: ’Tidak halal bagimu mencopot cincin ini kecuali dengan haknya’. Aku merasa tidak tega untuk melakukannya. Akhirnya, aku berpaling darinya padahal dia adalah orang yang paling aku kasihi. Aku juga, telah membiarkan emas yang telah kuberikan kepadanya. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut merenggang lagi namun mereka tetap tidak dapat keluar.
Rasulullah SAW bersabda lagi: ‘Kemudian orang ketigapun berkata: ‘Ya Allah! aku telah mengupah beberapa orang upahan, lalu aku berikan upah mereka, kecuali seorang lagi yang tidak mengambil haknya dan pergi (begitu saja). Kemudian upahnya tersebut, aku investasikan sehingga menghasilkan harta yang banyak. Selang beberapa waktu, diapun datang sembari berkata: “Wahai ‘Abdullah! Berikan upahku!. Aku menjawab: ’onta, sapi, kambing dan budak; semua yang engkau lihat itu adalah upahmu’. Dia berkata : ’Wahai ‘Abdullah! jangan mengejekku!’. Aku menjawab: “Sungguh, aku tidak mengejekmu’. Lalu dia mengambil semuanya dan memboyongnya sehingga tidak menyisakan sesuatupun. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Batu besar tersebut merenggang lagi sehingga merekapun dapat keluar untuk melanjutkan perjalanan’. (Rowahu al-Bukhary, Muslim, an-Nasa’i)
Kemudian hadits qudsi yang ini, dari adh-Dhahak bin Qois, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah yang Maha Barokah lagi Maha Tinggi berfirman, ”Aku adalah sebaik – baik sekutu. Barangsiapa menyekutukanKu dengan seorang sekutu, maka ia untuk sekutuKu. Wahai manusia, ikhlashkanlah amal – amal kalian, karena Allah tidak menerima amal kecuali apa yang diikhlashkan untukNya. Jangan kalian berkata, ’Ini karena Allah dan kerabat, karena ia adalah karena kerabat dan tak ada sedikitpun darinya yang karena Allah. Jangan pula berkata ini karena Allah dan wajah – wajah kalian, karena ia adalah karena wajah – wajah kalian, dan tak sedikitpun darinya karena Allah.” (Rowahu al-Bazzar dan al-Baihaqi)
Nah, menerawang kembali dalil – dalil di atas, terlintaslah apa yang sering diingatkan Pak Haji Djuanda dulu untuk mengingat kembali dan meneliti agar satu-satunya diri bisa menjaga tiga kunci kemurnian selalu. Yaitu murni niat, murni pedoman dan murni amalan. Dan setelah tabrak sana – tabrak sini, kebentur sana – kebentur sini, kejedot sana kejedot sini, baru nyadar ternyata ikhlash itulah padanan lain dari kata murni. Terutama untuk kemurnian niat. Ikhlash adalah memurnikan ibadah hanya karena Allah. Ikhlash adalah memurnikan ibadah untuk mencari wajah Allah. Ikhlash adalah kesadaran beribadah karena tahu akan hak dan kewajiban atau kebaikan mengalahkan yang lain - lainnya. Bukan karena paksaan. Maka bagi yang ingin mendapatkan kejelasan lebih lanjut, bandingkanlah ikhlash ini dengan riya. Ikhlash tidak boleh ada embel – embel lain, ditumpangi atau disertai dengan lainnya. Bahkan dalam penyederhanaannya, Deddy Mizwar mencoba memberikan pemerian ikhlash dalam film Kiamat Sudah Dekat sebagai syarat terakhir dalam mencari menantu.
Membaca kembali dalil – dalil di atas, bukan bermaksud menggurui - rasanya ikhlash merupakan hal penting dalam beribadah. Ikhlash pegang peranan kunci dalam diterima atau ditolaknya amalan. Tanpa mengurangi rasa hormat, tanpa bermaksud berpanjang kali lebar, hal ini sering dinasehatkan dengan kalimat sederhana ”disertai niat mukhlish lillah karena Allah”. Dan tentunya, seiring dengan naik – turunnya keimanan itu sendiri, pemahaman, pencapaian dan pengertian ikhlash ini sangat tergantung bagaimana setiap insan mereposisi diri, mau fastabiqul khairot atau pilih yang sedang – sedang saja. Akhirnya, anda sendirilah yang bisa mengukur dan menjawabnya.
"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan agama-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang murni". (QS Az-Zumar 2 - 3)
Dari Abu Umamah ia berkata, ‘Datang seorang lelaki kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Bagaimana pendapatmu seorang lelaki yang berperang mencari pahala dan sebutan (nama), dia mendapatkan apa?” Rasulullah SAW berkata, “Dia tidak mendapatkan apa – apa.” Lelaki itu mengulangi pertanyaannya tiga kali dan Rasulullah SAW selalu menjawab, “Dia tidak mendapatkan apa – apa.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak menerima amal kecuali apa yang ikhlash karenaNYa dan dimaksudkan semata demi wajahNya. (Rowahu Abu Dawud)
Dari Abu Darda’, dari Nabi SAW, beliau bersabda, ‘Dunia itu dilaknat dan apa yang ada di dalamnya dilaknat, kecuali apa yang dicari dengannya wajah Allah.” (Rowahu ath-Thabrani)
Atsar – atsar di atas dengan jelas menunjukkan pentingnya ikhlash dalam beramal. Dan salah satu cerita favorit saya masalah ikhlash ini adalah cerita tiga orang yang terjebak batu di gua. Berikut salah satu versinya.
Dari Ibnu Umar, dia berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga umat dari sebelum kalian yang sedang bepergian, sehingga mereka harus bermalam di sebuah gua, mereka masuk ke dalamnya. Lalu sebuah batu besar menggelinding dari gunung dan menutup pintu goa. Mereka berkata, “Yang bisa menyelamatkan kalian dari batu besar ini hanyalah doa kalian kepada Allah dengan amal baik kalian.” Salah seorang dari mereka berkata; ’Ya Allah! aku dulu mempunyai kedua orang tua yang sudah renta dan aku tidak berani memberikan jatah minum mereka kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku). Pada suatu hari, aku mencari sesuatu di tempat yang jauh dan sepulang dari itu aku mendapatkan keduanya telah tertidur, lantas aku memeras susu seukuran jatah minum keduanya, namun akupun mendapatkan keduanya tengah tertidur. Meskipun begitu, aku tidak berani memberikan jatah minum mereka tersebut kepada keluargaku (isteri dan anak) dan harta milikku (budak dan pembantuku). Akhirnya, aku tetap menunggu (kapan) keduanya bangun -sementara wadahnya (tempat minuman) masih berada ditanganku- hingga fajar menyingsing. Barulah keduanyapun bangun, lalu meminum jatah untuk mereka. ‘Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut sedikit merenggang namun mereka tidak dapat keluar.
Rasulullah SAW bersabda lagi: ‘Yang lainnya (orang kedua) berkata: ‘Ya Allah! aku dulu mempunyai sepupu perempuan (anak perempuan paman). Dia termasuk orang yang amat aku kasihi, pernah aku menggodanya untuk berzina denganku tetapi dia menolak ajakanku hingga pada suatu tahun, dia mengalami masa paceklik, lalu mendatangiku dan aku memberinya 120 dinar dengan syarat dia membiarkan apa yang terjadi antaraku dan dirinya; diapun setuju hingga ketika aku sudah menaklukkannya, dia berkata: ’Tidak halal bagimu mencopot cincin ini kecuali dengan haknya’. Aku merasa tidak tega untuk melakukannya. Akhirnya, aku berpaling darinya padahal dia adalah orang yang paling aku kasihi. Aku juga, telah membiarkan emas yang telah kuberikan kepadanya. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Lalu batu tersebut merenggang lagi namun mereka tetap tidak dapat keluar.
Rasulullah SAW bersabda lagi: ‘Kemudian orang ketigapun berkata: ‘Ya Allah! aku telah mengupah beberapa orang upahan, lalu aku berikan upah mereka, kecuali seorang lagi yang tidak mengambil haknya dan pergi (begitu saja). Kemudian upahnya tersebut, aku investasikan sehingga menghasilkan harta yang banyak. Selang beberapa waktu, diapun datang sembari berkata: “Wahai ‘Abdullah! Berikan upahku!. Aku menjawab: ’onta, sapi, kambing dan budak; semua yang engkau lihat itu adalah upahmu’. Dia berkata : ’Wahai ‘Abdullah! jangan mengejekku!’. Aku menjawab: “Sungguh, aku tidak mengejekmu’. Lalu dia mengambil semuanya dan memboyongnya sehingga tidak menyisakan sesuatupun. Ya Allah! jika apa yang telah kulakukan tersebut semata-mata mengharap wajahMu, maka renggangkanlah rongga gua ini dari batu besar yang menutup tempat kami berada. Batu besar tersebut merenggang lagi sehingga merekapun dapat keluar untuk melanjutkan perjalanan’. (Rowahu al-Bukhary, Muslim, an-Nasa’i)
Kemudian hadits qudsi yang ini, dari adh-Dhahak bin Qois, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah yang Maha Barokah lagi Maha Tinggi berfirman, ”Aku adalah sebaik – baik sekutu. Barangsiapa menyekutukanKu dengan seorang sekutu, maka ia untuk sekutuKu. Wahai manusia, ikhlashkanlah amal – amal kalian, karena Allah tidak menerima amal kecuali apa yang diikhlashkan untukNya. Jangan kalian berkata, ’Ini karena Allah dan kerabat, karena ia adalah karena kerabat dan tak ada sedikitpun darinya yang karena Allah. Jangan pula berkata ini karena Allah dan wajah – wajah kalian, karena ia adalah karena wajah – wajah kalian, dan tak sedikitpun darinya karena Allah.” (Rowahu al-Bazzar dan al-Baihaqi)
Nah, menerawang kembali dalil – dalil di atas, terlintaslah apa yang sering diingatkan Pak Haji Djuanda dulu untuk mengingat kembali dan meneliti agar satu-satunya diri bisa menjaga tiga kunci kemurnian selalu. Yaitu murni niat, murni pedoman dan murni amalan. Dan setelah tabrak sana – tabrak sini, kebentur sana – kebentur sini, kejedot sana kejedot sini, baru nyadar ternyata ikhlash itulah padanan lain dari kata murni. Terutama untuk kemurnian niat. Ikhlash adalah memurnikan ibadah hanya karena Allah. Ikhlash adalah memurnikan ibadah untuk mencari wajah Allah. Ikhlash adalah kesadaran beribadah karena tahu akan hak dan kewajiban atau kebaikan mengalahkan yang lain - lainnya. Bukan karena paksaan. Maka bagi yang ingin mendapatkan kejelasan lebih lanjut, bandingkanlah ikhlash ini dengan riya. Ikhlash tidak boleh ada embel – embel lain, ditumpangi atau disertai dengan lainnya. Bahkan dalam penyederhanaannya, Deddy Mizwar mencoba memberikan pemerian ikhlash dalam film Kiamat Sudah Dekat sebagai syarat terakhir dalam mencari menantu.
Membaca kembali dalil – dalil di atas, bukan bermaksud menggurui - rasanya ikhlash merupakan hal penting dalam beribadah. Ikhlash pegang peranan kunci dalam diterima atau ditolaknya amalan. Tanpa mengurangi rasa hormat, tanpa bermaksud berpanjang kali lebar, hal ini sering dinasehatkan dengan kalimat sederhana ”disertai niat mukhlish lillah karena Allah”. Dan tentunya, seiring dengan naik – turunnya keimanan itu sendiri, pemahaman, pencapaian dan pengertian ikhlash ini sangat tergantung bagaimana setiap insan mereposisi diri, mau fastabiqul khairot atau pilih yang sedang – sedang saja. Akhirnya, anda sendirilah yang bisa mengukur dan menjawabnya.
Senin, 15 November 2010
Dalil Pakaian Pria...
Assalamu alaikum wr wb.
Perkenankanlah kami bagi-bagi ilmu Agama yang diambil dari Al Hadits, yang membahas tentang pakaian kaum Pria. Maaf ! kalau baca harus sampai habis (jangan setengahnya).
Suatu hari saya mendengar dari seorang Ustads lewat salah satu Radio di Bandung. Yang membahas masalah "Pakaian Pria".
Seorang pendengar bertanya via Tlp :
Pertanyaan : Pak Ustads dalil mana yang dipakai bahwa pakaian (celana atau kain sarung) pria muslim itu diatas matakaki.
Jawab Ustads : Menurut (HR Buchari): "Tidak akan masuk surga jika memanjangkan pakaiannya dibawah mata kaki karena sombong."
Keterangan Ustads:
Dalilnya sohih tapi yang ditekankan bukan masalah pakaiannya yang panjang sampai dibawah mata kaki itu, melainkan "sombongnya". Jadi yang dimaksud hadits tsb. adalah tidak akan masuk surga seorang itu jika dalam hatinya sombong. Yang "tersurat" memang demikian tapi asalkan yang "tersirat" dalam hati kita tidak sombong itu tidak masalah.
Kesimpulan Bapak Ustads : Memanjangkan pakaian dibawah matakaki itu tidak apa-apa asalkan dalam diri kita tidak sombong.
KETERANGAN PAK USTADS INI BERBEDA DENGAN HADITS - HADITS DIBAWAH INI.
1. Keterangan lebih detail tentang ukuran pakaian.
Nabi bersabda : Pakaian orang muslim sampai setengah betis, dan tidak apa-apa atau tidak dosa diantara kedua mata kaki, apa-apa yang ada dibawah mata kaki adalah bagaian dari neraka, barang siapa yang memanjangkan pakaian karena sombong maka Alloh tidak melihat pada orang tersebut di hari kiamat (HR Abu Dawud)
2. Memanjangkan pakaian itu sendiri sudah termasuk sombong. Tidak membedakan yang "tersurat" dan yang "tersirat".
Sabda Nabi : "Angkatlah pakaianmu sampai setengah betis, bila menolak kamu (tidak mau sampai setengah betis) maka sampai kedua mata kaki, takutlah kamu pada memanjangkan pakaian, sesungguhnya memanjangkan pakaian termasuk sombong" (HR Abu Dawud)
3. Prakteknya Nabi Muhammad ketika masih hidup
Dari Abihuroiroh : Suatu ketika Rosulullohi saw memerintah pada seorang laki-laki (Rojul A) yang baru selesai sholat untuk berwudhu lagi, kata Nabi : pergilah dan wudhulah, maka pergi dia Rojul A dan berwudhu, kemudian datang dia kepada Nabi, lalu Nabi berkata lagi
(diulang) pergilah dan berberwudhulah, kemudian pergi dia untuk berwudhu, kemudian datang lagi kepada Nabi, maka berkata Nabi kepada Rojul A pergilah untuk berwudhu, setelah tiga kali melakukan demikian kemudian si Rojul lain (Rojul B) disisi nabi bertanya kepada nabi, ya Rosululloh ? kenapa Engkau memerintah pada Rojul A untuk berwudhu kemudian diam Engkau kepada Rojul A tanpa memberi penjelasan, lalu menjawab Nabi, sesungguhnya Rujul A tadi sholat dengan memanjangkan pakaiannya sampai menutupi kedua mata kaki, sesungguhnya Alloh Yang Maha Luhur tidak menerima amalan sholat orang laki-laki yang memanjangkan pakaiannya. (HR Abu Dawud)
4. Kasus lain jaman Kolifah Umar Bin Khotob
Dalam bab pangkatnya Umar dalam Islam dan terbunuhnya Umar Bib Khotob .
...Ketika Umar Bin khotob ditusuk perutnya oleh Abu Luk luk dan dalam keadaan mau meninggal dunia ada seorang pemuda yang berpakaian dibawah matakaki sampai kena bumi, kemudian Umar memanggil kesinilah pemuda, isi nasehatnya demikian "Hai anak saudaraku naikkan pakaianmu maka sesunggungnya mengangkat pakaian itu lebih suci pada pakaianmu dan lebih taqwa kepada Tuhanmu "..... (HR Buchari halaman 205, jilid 2 juz 4) maaf haditsnya dicuplik karena kisahnya panjang sekali hampir dua halaman.
Dari keterangan Hadits tersebut silahkan memilih mana yang dipakai.
Mau mencontoh Rosululloh silahkan
Mau mengikuti nasehat Umar Bin Khotob juga boleh
Mau mengikuti pendapat dari Ustad Radio monggo kemawon.
Tidak memilih (Abstain) tidak apa-apa untuk menambah wawasan, tergantung kepada kefahaman masing-masing.
Mau mendiskusikan silahkan, tapi bukan untuk diperdebatkan.
KESIMPULAN :
Celana diatas mata kaki adalah bukan ciri : laskar Jihad, Jamaah Islamiah, Jamaah Tabligh, dll, tetapi sunnah Rosululloh saw. (bukan sesuatu yang aneh)
Sekali lagi mohon maaf disini kami bukan menggurui, bukan ceramah dll, tetapi hanya sekedar bagi2 ilmu Agama untuk direnungkan, syukur2 kalau diamalkan.
Semoga Alloh memberi manfaat hidayah dan barokah
Wassalamu alakum wr wb.
Perkenankanlah kami bagi-bagi ilmu Agama yang diambil dari Al Hadits, yang membahas tentang pakaian kaum Pria. Maaf ! kalau baca harus sampai habis (jangan setengahnya).
Suatu hari saya mendengar dari seorang Ustads lewat salah satu Radio di Bandung. Yang membahas masalah "Pakaian Pria".
Seorang pendengar bertanya via Tlp :
Pertanyaan : Pak Ustads dalil mana yang dipakai bahwa pakaian (celana atau kain sarung) pria muslim itu diatas matakaki.
Jawab Ustads : Menurut (HR Buchari): "Tidak akan masuk surga jika memanjangkan pakaiannya dibawah mata kaki karena sombong."
Keterangan Ustads:
Dalilnya sohih tapi yang ditekankan bukan masalah pakaiannya yang panjang sampai dibawah mata kaki itu, melainkan "sombongnya". Jadi yang dimaksud hadits tsb. adalah tidak akan masuk surga seorang itu jika dalam hatinya sombong. Yang "tersurat" memang demikian tapi asalkan yang "tersirat" dalam hati kita tidak sombong itu tidak masalah.
Kesimpulan Bapak Ustads : Memanjangkan pakaian dibawah matakaki itu tidak apa-apa asalkan dalam diri kita tidak sombong.
KETERANGAN PAK USTADS INI BERBEDA DENGAN HADITS - HADITS DIBAWAH INI.
1. Keterangan lebih detail tentang ukuran pakaian.
Nabi bersabda : Pakaian orang muslim sampai setengah betis, dan tidak apa-apa atau tidak dosa diantara kedua mata kaki, apa-apa yang ada dibawah mata kaki adalah bagaian dari neraka, barang siapa yang memanjangkan pakaian karena sombong maka Alloh tidak melihat pada orang tersebut di hari kiamat (HR Abu Dawud)
2. Memanjangkan pakaian itu sendiri sudah termasuk sombong. Tidak membedakan yang "tersurat" dan yang "tersirat".
Sabda Nabi : "Angkatlah pakaianmu sampai setengah betis, bila menolak kamu (tidak mau sampai setengah betis) maka sampai kedua mata kaki, takutlah kamu pada memanjangkan pakaian, sesungguhnya memanjangkan pakaian termasuk sombong" (HR Abu Dawud)
3. Prakteknya Nabi Muhammad ketika masih hidup
Dari Abihuroiroh : Suatu ketika Rosulullohi saw memerintah pada seorang laki-laki (Rojul A) yang baru selesai sholat untuk berwudhu lagi, kata Nabi : pergilah dan wudhulah, maka pergi dia Rojul A dan berwudhu, kemudian datang dia kepada Nabi, lalu Nabi berkata lagi
(diulang) pergilah dan berberwudhulah, kemudian pergi dia untuk berwudhu, kemudian datang lagi kepada Nabi, maka berkata Nabi kepada Rojul A pergilah untuk berwudhu, setelah tiga kali melakukan demikian kemudian si Rojul lain (Rojul B) disisi nabi bertanya kepada nabi, ya Rosululloh ? kenapa Engkau memerintah pada Rojul A untuk berwudhu kemudian diam Engkau kepada Rojul A tanpa memberi penjelasan, lalu menjawab Nabi, sesungguhnya Rujul A tadi sholat dengan memanjangkan pakaiannya sampai menutupi kedua mata kaki, sesungguhnya Alloh Yang Maha Luhur tidak menerima amalan sholat orang laki-laki yang memanjangkan pakaiannya. (HR Abu Dawud)
4. Kasus lain jaman Kolifah Umar Bin Khotob
Dalam bab pangkatnya Umar dalam Islam dan terbunuhnya Umar Bib Khotob .
...Ketika Umar Bin khotob ditusuk perutnya oleh Abu Luk luk dan dalam keadaan mau meninggal dunia ada seorang pemuda yang berpakaian dibawah matakaki sampai kena bumi, kemudian Umar memanggil kesinilah pemuda, isi nasehatnya demikian "Hai anak saudaraku naikkan pakaianmu maka sesunggungnya mengangkat pakaian itu lebih suci pada pakaianmu dan lebih taqwa kepada Tuhanmu "..... (HR Buchari halaman 205, jilid 2 juz 4) maaf haditsnya dicuplik karena kisahnya panjang sekali hampir dua halaman.
Dari keterangan Hadits tersebut silahkan memilih mana yang dipakai.
Mau mencontoh Rosululloh silahkan
Mau mengikuti nasehat Umar Bin Khotob juga boleh
Mau mengikuti pendapat dari Ustad Radio monggo kemawon.
Tidak memilih (Abstain) tidak apa-apa untuk menambah wawasan, tergantung kepada kefahaman masing-masing.
Mau mendiskusikan silahkan, tapi bukan untuk diperdebatkan.
KESIMPULAN :
Celana diatas mata kaki adalah bukan ciri : laskar Jihad, Jamaah Islamiah, Jamaah Tabligh, dll, tetapi sunnah Rosululloh saw. (bukan sesuatu yang aneh)
Sekali lagi mohon maaf disini kami bukan menggurui, bukan ceramah dll, tetapi hanya sekedar bagi2 ilmu Agama untuk direnungkan, syukur2 kalau diamalkan.
Semoga Alloh memberi manfaat hidayah dan barokah
Wassalamu alakum wr wb.
Jangan Menunda - Nunda
Setiap manusia punya angan-angan. Punya apa yang dikatagorikan cita-cita, yang dalam bahasa hadist disebut: hammin. Ingin ini, ingin itu. Dan di antaranya ada yang tengah berjuang mewujudkannya. Malah, sebagian ada yang tergantung dengan angan-angannya itu. Misal, saya akan banyak sedekah, nanti kalau saya kaya. Saya akan rajin ibadah kalau udah punya kendaraan. Punya rumah. Punya istri. Saya akan rajin amar ma’ruf setelah pinter. Umumnya, kita setting cita yang baik-baik, agar Allah mendengar dan segera membantu mewujudkannya. Itu prasangka baik kita. Tak jarang, diembel-embeli kepahaman nasrum – minalloh : intanshurulloh yanshurkum. Rupanya penyakit ini ada sejak dulu. Jadi kalau kita melakukannya, itu tidak aneh. Namun jangan keterusan.
Simaklah hadist berikut;
Dari Abu Dzarr r.a., sesungguhnya beberapa orang dari sahabat-sahabat Rasululloh SAW, mereka berkata kepada Nabi SAW, ‘Ya Rasululloh, orang-orang kaya pergi dengan membawa pahala yang banyak. Mereka mengerjakan sholat sebagaimana kami mengerjakan sholat dan juga berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.’ Nabi SAW kemudian bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya, setiap bacan tasbih itu adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, memerintahkan yang ma;ruf adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan pada persetubuhan yang dilakukan oleh salah satu kalian(yang telah menikah) adalah sedekah.” Mereka lantas bertanya, ‘Ya Rasululloh, apakah salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya lantas dia memperoleh pahala darinya? Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika dia menempatkannya pada sesuatu yang haram? Bukankah dia akan berdoa? Demikian juga jika dia meletakkan pada sesuatu yang halal maka dia akan mendapatkan pahala.” (Rowahu Muslim)
Hadist ini menunjukkan kepada kita, bahwa setiap diri, baik kaya maupun miskin, bisa beramal yang pool menyamai yang lain. Setiap diri dikarunia Allah rohmat, untuk meraih derajat yang tinggi. Setiap insan diberi jalan untuk meraih polnya kebahagiaan. Tidak perlu menunggu. Menjadi kaya untuk bisa beramal lebih. Ataukah iri menjadi miskin, yang nanti masuk surga 500 tahun duluan dari yang kaya? Allah Maha Adil. Kita sungguh harus mengetahui. Kuncinya adalah satu -jangan menunda-nunda dalam beramal. Lakukanlah apa yang kita bisa sesuai kondisi yang ada. Saat ini! Do your best. Masalah hanya satu. Kebanyakan kita malas menggali dan mengenali potensi diri. Apalagi mengembangkannya. Kita sudah terobsesi budaya instant. Padahal pengatur - pengurus sudah menashihati agar setiap diri hendaknya punya amalan andalan. Sudahkan kita dapati?
Simaklah hadist berikut;
Dari Abu Dzarr r.a., sesungguhnya beberapa orang dari sahabat-sahabat Rasululloh SAW, mereka berkata kepada Nabi SAW, ‘Ya Rasululloh, orang-orang kaya pergi dengan membawa pahala yang banyak. Mereka mengerjakan sholat sebagaimana kami mengerjakan sholat dan juga berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.’ Nabi SAW kemudian bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan sesuatu yang dapat kalian sedekahkan? Sesungguhnya, setiap bacan tasbih itu adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, memerintahkan yang ma;ruf adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan pada persetubuhan yang dilakukan oleh salah satu kalian(yang telah menikah) adalah sedekah.” Mereka lantas bertanya, ‘Ya Rasululloh, apakah salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya lantas dia memperoleh pahala darinya? Beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu jika dia menempatkannya pada sesuatu yang haram? Bukankah dia akan berdoa? Demikian juga jika dia meletakkan pada sesuatu yang halal maka dia akan mendapatkan pahala.” (Rowahu Muslim)
Hadist ini menunjukkan kepada kita, bahwa setiap diri, baik kaya maupun miskin, bisa beramal yang pool menyamai yang lain. Setiap diri dikarunia Allah rohmat, untuk meraih derajat yang tinggi. Setiap insan diberi jalan untuk meraih polnya kebahagiaan. Tidak perlu menunggu. Menjadi kaya untuk bisa beramal lebih. Ataukah iri menjadi miskin, yang nanti masuk surga 500 tahun duluan dari yang kaya? Allah Maha Adil. Kita sungguh harus mengetahui. Kuncinya adalah satu -jangan menunda-nunda dalam beramal. Lakukanlah apa yang kita bisa sesuai kondisi yang ada. Saat ini! Do your best. Masalah hanya satu. Kebanyakan kita malas menggali dan mengenali potensi diri. Apalagi mengembangkannya. Kita sudah terobsesi budaya instant. Padahal pengatur - pengurus sudah menashihati agar setiap diri hendaknya punya amalan andalan. Sudahkan kita dapati?
Romantika Kehidupan
Hampir kebaikan adalah kata yang universal. Diajarkan oleh setiap orang dan dikerjakan pula oleh setiap individu. Kadang saya miris, melihat kebaikan orang lain melebihi apa yang bisa saya perbuat. Fastabiqul khoirot, itu maunya. Kadang ada pergolakan yang besar di dalam diri, menyangkut eksistensi ini. Dan pertanyaan itu muncul beberapa waktu yang lalu untuk minta segera di jawab. Alhamdulillah kini sudah ada obatnya. Terus terang, hadits ini cukup membuat saya bahagia. Syukur pol. Puas luar – dalam. Beberapa persoalan yang pernah menggelayut di benak, serasa terjawab tuntas. Memupus dahaga keingintahuan yang terpendam bebatuan kehidupan sekian lama. Mengenalnya membuat hidup jadi begitu lugas, lega tapi menjadi begitu sederhana. Indah dan penuh dinamika. Hanya satu yang mungkin menjadi sebuah penyesalan, kenapa nggak menemukan dan tahu lebih awal. Mungkin itulah qodar. Sebuah perjalanan. Akan tetapi itu semua sudah tidak penting lagi, mengetahuinya sudah merupakan segala – galanya.
Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak menganiaya sedikitpun perbuatan baik seorang mukmin. Dia akan memberikan sebab kebaikan itu – dan didalam riwayat lain – dibalas atas kebaikan itu berupa rejeki di dunia dan dibalas nanti di akhirot. Dan adapun orang kafir, maka ia diberi makan sebab kebaikan yang dikerjakannya karena Allah di dunia, sehingga kelak di akhirot ia tidak memiliki kebaikan sedikitpun yang pantas untuk dibalas.” (Rowahu Muslim (8/135), Imam Ahmad (3/125)).
Alih – alih sebagai penglulu, ketika melihat orang kafir kok kaya banget, sekarang bisa lebih menjelaskan kenapa sebabnya, dengan memahami kontekstual hadits di atas. Kok orang yang nggak ngaji pada kaya sih? Dengan hadits ini mudah – mudahan bisa memupusnya dan memahami betapa sangat bernilainya sebuah hidayah.
Alih – alih hanya orang iman saja yang berbuat baik, dengan hadits di atas, terbuka wawasan bahwa di luar orang iman pun ada yang berbuat baik. Bunda Theresia dapat hadiah nobel karena terkenal kebaikannya menyelamatkan kehidupan kaum papa di India. Nelson Mandela, Gorbachev, dan tokoh lain yang terkenal karena kebaikannya. Mahatma Gandhi, dan seabreg tokoh yang muncul dan dikenang karena perbuatannya. Tapi sayang, Allah hanya berkenan mereka berbuat kebaikan di dunia ini saja, tidak dengan memberikan hidayahnya untuk nanti di akhirat sana.
Dalam pengertian saya selanjutnya, hadits ini juga memantapkan hukum kekekalan energi, kekekalan masa. Kebaikan akan berbalas kebaikan yang banyak. Siapa memberi akan menerima. Siapa pun pelakunya. Dan dengan jelas pula dituturkan bahwa beda orang iman dan kafir, dimana amalan orang iman bisa menembus langit ke tujuh dan akan dibalas nanti di akhirat, sedangkan amal baik orang kafir cukup dibalas di dunia saja.
Nah, jadi cukup beralasan kan, kalau saya mengatakan hadits ini cukup membuat saya bahagia. Untuk berpacu dalam menebar kebaikan – selalu amar ma’ruf dan nahi mungkar. Ada yang tidak setuju?
Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak menganiaya sedikitpun perbuatan baik seorang mukmin. Dia akan memberikan sebab kebaikan itu – dan didalam riwayat lain – dibalas atas kebaikan itu berupa rejeki di dunia dan dibalas nanti di akhirot. Dan adapun orang kafir, maka ia diberi makan sebab kebaikan yang dikerjakannya karena Allah di dunia, sehingga kelak di akhirot ia tidak memiliki kebaikan sedikitpun yang pantas untuk dibalas.” (Rowahu Muslim (8/135), Imam Ahmad (3/125)).
Alih – alih sebagai penglulu, ketika melihat orang kafir kok kaya banget, sekarang bisa lebih menjelaskan kenapa sebabnya, dengan memahami kontekstual hadits di atas. Kok orang yang nggak ngaji pada kaya sih? Dengan hadits ini mudah – mudahan bisa memupusnya dan memahami betapa sangat bernilainya sebuah hidayah.
Alih – alih hanya orang iman saja yang berbuat baik, dengan hadits di atas, terbuka wawasan bahwa di luar orang iman pun ada yang berbuat baik. Bunda Theresia dapat hadiah nobel karena terkenal kebaikannya menyelamatkan kehidupan kaum papa di India. Nelson Mandela, Gorbachev, dan tokoh lain yang terkenal karena kebaikannya. Mahatma Gandhi, dan seabreg tokoh yang muncul dan dikenang karena perbuatannya. Tapi sayang, Allah hanya berkenan mereka berbuat kebaikan di dunia ini saja, tidak dengan memberikan hidayahnya untuk nanti di akhirat sana.
Dalam pengertian saya selanjutnya, hadits ini juga memantapkan hukum kekekalan energi, kekekalan masa. Kebaikan akan berbalas kebaikan yang banyak. Siapa memberi akan menerima. Siapa pun pelakunya. Dan dengan jelas pula dituturkan bahwa beda orang iman dan kafir, dimana amalan orang iman bisa menembus langit ke tujuh dan akan dibalas nanti di akhirat, sedangkan amal baik orang kafir cukup dibalas di dunia saja.
Nah, jadi cukup beralasan kan, kalau saya mengatakan hadits ini cukup membuat saya bahagia. Untuk berpacu dalam menebar kebaikan – selalu amar ma’ruf dan nahi mungkar. Ada yang tidak setuju?
BERKATA BAIK atau LEBIH BAIK DIAM
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”. [Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]Kalimat “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat”, maksudnya adalah barang siapa beriman dengan keimanan yang sempurna, yang (keimanannya itu) menyelamatkannya dari adzab Allah dan membawanya mendapatkan ridha Allah, “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” karena orang yang beriman kepada Allah dengan sebenar-benarnya tentu dia takut kepada ancaman-Nya, mengharapkan pahala-Nya, bersungguh-sungguh melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Yang terpenting dari semuanya itu ialah mengendalikan gerak-gerik seluruh anggota badannya karena kelak dia akan dimintai tanggung jawab atas perbuatan semua anggota badannya, sebagaimana tersebut pada firman Allah :
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya”. (QS. Al Isra’ : 36)
dan firman-Nya:
“Apapun kata yang terucap pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS. Qaff : 18)
Bahaya lisan itu sangat banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda:
“Bukankah manusia terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya”.
Beliau juga bersabda :
“Tiap ucapan anak Adam menjadi tanggung jawabnya, kecuali menyebut nama Allah, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran”.
Barang siapa memahami hal ini dan beriman kepada-Nya dengan keimanan yang sungguh-sungguh, maka Allah akan memelihara lidahnya sehingga dia tidak akan berkata kecuali perkataan yang baik atau diam.
Sebagian ulama berkata: “Seluruh adab yang baik itu bersumber pada empat Hadits, antara lain adalah Hadits “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”. Sebagian ulama memaknakan Hadits ini dengan pengertian; “Apabila seseorang ingin berkata, maka jika yang ia katakan itu baik lagi benar, dia diberi pahala. Oleh karena itu, ia mengatakan hal yang baik itu. Jika tidak, hendaklah dia menahan diri, baik perkataan itu hukumnya haram, makruh, atau mubah”. Dalam hal ini maka perkataan yang mubah diperintahkan untuk ditinggalkan atau dianjurkan untuk dijauhi Karena takut terjerumus kepada yang haram atau makruh dan seringkali hal semacam inilah yang banyak terjadi pada manusia.
Allah berfirman :
“Apapun kata yang terucapkan pasti disaksikan oleh Raqib dan ‘Atid”. (QS.Qaaf : 18)
Para ulama berbeda pendapat, apakah semua yang diucapkan manusia itu dicatat oleh malaikat, sekalipun hal itu mubah, ataukah tidak dicatat kecuali perkataan yang akan memperoleh pahala atau siksa. Ibnu ‘Abbas dan lain-lain mengikuti pendapat yang kedua. Menurut pendapat ini maka ayat di atas berlaku khusus, yaitu pada setiap perkataan yang diucapkan seseorang yang berakibat orang tersebut mendapat pembalasan.
Kalimat “hendaklah ia memuliakan tetangganya…….., maka hendaklah ia memuliakan tamunya” , menyatakan adanya hak tetangga dan tamu, keharusan berlaku baik kepada mereka dan menjauhi perilaku yang tidak baik terhadap mereka. Allah telah menetapkan di dalam Al Qur’an keharusan berbuat baik kepada tetangga dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :
“Jibril selalu menasehati diriku tentang urusan tetangga, sampai-sampai aku beranggapan bahwa tetangga itu dapat mewarisi harta tetangganya”.
Bertamu itu merupakan ajaran Islam, kebiasaan para nabi dan orang-orang shalih. Sebagian ulama mewajibkan menghormati tamu tetapi sebagian besar dari mereka berpendapat hanya merupakan bagian dari akhlaq yang terpuji.
Pengarang kitab Al Ifshah mengatakan : “Hadits ini mengandung hukum, hendaklah kita berkeyakinan bahwa menghormati tamu itu suatu ibadah yang tidak boleh dikurangi nilai ibadahnya, apakah tamunya itu orang kaya atau yang lain. Juga anjuran untuk menjamu tamunya dengan apa saja yang ada pada dirinya walaupun sedikit. Menghormati tamu itu dilakukan dengan cara segera menyambutnya dengan wajah senang, perkataan yang baik, dan menghidangkan makanan. Hendaklah ia segera memberi pelayanan yang mudah dilakukannya tanpa memaksakan diri”. Pengarang juga menyebutkan perkataan dalam menyambut tamu.
Selanjutnya ia berkata : Adapun sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam “maka hendaklah ia berkata baik atau diam” , menunjukkan bahwa perkatan yang baik itu lebih utama daripada diam, dan diam itu lebih utama daripada berkata buruk. Demikian itu karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabdanya menggunakan kata-kata “hendaklah untuk berkata benar” didahulukan dari perkataan “diam”. Berkata baik dalam Hadits ini mencakup menyampaikan ajaran Allah dan rasul-Nya dan memberikan pengajaran kepada kaum muslim, amar ma’ruf dan nahi mungkar berdasarkan ilmu, mendamaikan orang yang berselisih, berkata yang baik kepada orang lain. Dan yang terbaik dari semuanya itu adalah menyampaikan perkataan yang benar di hadapan orang yang ditakuti kekejamannya atau diharapkan pemberiannya.
Minggu, 14 November 2010
Do'a adalah Pedangnya Orang Iman..
Do’a yang sering dipanjatkan oleh Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu adalah do’a berikut,
اللهم اجعل عملي كلها صالحا, واجعله لوجهك خالصا, و لا تجعل لأحد فيه شيئا
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yang shalih, Ikhlas karena mengharap Wajah-Mu, dan janganlah jadikan di dalam amalku bagian untuk siapapun.”
Amal yang tersembunyi -dengan syarat memang amal tersebut patut disembunyikan-, lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut dikerjakan dengan ikhlas.
Seorang mukhlis yang jujur senang menyembunyikan berbagai kebaikannya sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّى أَخَافُ اللَّهَ . وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. mereka adalah seorang pemimpin yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah; seorang pria yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas kecintaan kepada-Nya; seorang pria yang diajak (berbuat tidak senonoh) oleh seorang wanita yang cantik, namun pria tersebut mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang pria yang bersedekah kemudian dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu aa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya berlinang.” (Muttafaqun ‘alaihi).
اللهم اجعل عملي كلها صالحا, واجعله لوجهك خالصا, و لا تجعل لأحد فيه شيئا
“Ya Allah, jadikanlah seluruh amalku sebagai amal yang shalih, Ikhlas karena mengharap Wajah-Mu, dan janganlah jadikan di dalam amalku bagian untuk siapapun.”
Amal yang tersembunyi -dengan syarat memang amal tersebut patut disembunyikan-, lebih layak diterima di sisi-Nya dan hal tersebut merupakan indikasi kuat bahwa amal tersebut dikerjakan dengan ikhlas.
Seorang mukhlis yang jujur senang menyembunyikan berbagai kebaikannya sebagaimana dia suka apabila keburukannya tidak terkuak. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّى أَخَافُ اللَّهَ . وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah ta’ala dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. mereka adalah seorang pemimpin yang adil; seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah; seorang pria yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas kecintaan kepada-Nya; seorang pria yang diajak (berbuat tidak senonoh) oleh seorang wanita yang cantik, namun pria tersebut mengatakan, “Sesungguhnya saya takut kepada Allah”; seorang pria yang bersedekah kemudian dia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu aa yang telah disedekahkan oleh tangan kanannya; seorang pria yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya berlinang.” (Muttafaqun ‘alaihi).
.IKHLAS kunci pembuka KEBAIKAN..
Pernahkah kita mendengarkan ucapan seperti ini : lebih baik memberi sedikiit tapi IKHLAS daripada banyak tapi tidak IKHLAS. makanya yang IKHLAS dong kalau memberi.....kapan IKHLAS nya diungkit-ungkit melulu.yang IKHLAS dong biar plong..
Sesungguhnya keikhlasan niat merupakan kunci utama untuk membuka segala pintu amal kebajikan dan dengan niat yang ikhlas inilah baru akan terpenuhi salah satu dari dua syarat diterimanya suatu amalan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Allah SWT berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang mendapatkan seperti yang dia niatkan.” ( HR. Bukhari 1/1527 dan Muslim 1907)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu perbuatan kecuali yang diikhlaskan semata untuk mencari ridhaNya.” (HR. An-Nasa’i 2/59)
Jama"ah Fesbukiyah....
Jadikan setiap melakukan sesuatu ikhlas karena Allah,semata-mata ingin mencari ridhoNya,jangan berharap pamrih dibalik apa yang kita lakukan.Karena berharap balasan dari manusia hanya akan membuat kita kecewa,karena kuasa manusia amat terbatas sedang Allah Maha Kuasa tidak terbatas kemurahanNya. Balasan Allah berupa kesehatan,ketentraman hati,iman dalam Islam,kemudahan beribadah jauh lebih berharga ketimbang apa-apa yang sanggup diberikan oleh manusia.
Semoga kita semua tergolong dari hamba Allah yang selalu IKHLAS dalam mengamalkan semua Perbuatan.amiin
Sesungguhnya keikhlasan niat merupakan kunci utama untuk membuka segala pintu amal kebajikan dan dengan niat yang ikhlas inilah baru akan terpenuhi salah satu dari dua syarat diterimanya suatu amalan.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Allah SWT berfirman,
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang mendapatkan seperti yang dia niatkan.” ( HR. Bukhari 1/1527 dan Muslim 1907)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu perbuatan kecuali yang diikhlaskan semata untuk mencari ridhaNya.” (HR. An-Nasa’i 2/59)
Jama"ah Fesbukiyah....
Jadikan setiap melakukan sesuatu ikhlas karena Allah,semata-mata ingin mencari ridhoNya,jangan berharap pamrih dibalik apa yang kita lakukan.Karena berharap balasan dari manusia hanya akan membuat kita kecewa,karena kuasa manusia amat terbatas sedang Allah Maha Kuasa tidak terbatas kemurahanNya. Balasan Allah berupa kesehatan,ketentraman hati,iman dalam Islam,kemudahan beribadah jauh lebih berharga ketimbang apa-apa yang sanggup diberikan oleh manusia.
Semoga kita semua tergolong dari hamba Allah yang selalu IKHLAS dalam mengamalkan semua Perbuatan.amiin
TetapLah berdo'a...
Doa adalah kunci yang sangat ampuh dan mujarab untuk melepaskan kepenatan hati, rasa was-was ataupun segala masalah yang sedang kita hadapi. Ingatlah bahwa doa adalah inti ibadah. Kita percaya bahwa dengan terus dan terus memohon kepada Allah maka Allah akan memudahkan urusan kita.
Tentu saja tidak semua doa dapat diterima. Oleh karena itu pandai-pandailah dalam mensiasati agar doa terkabul. ada orang-orang yang beruntung karena doanya terkabul dan waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Akan tetapi hal ini tidak berarti memvonis orang-orang yang tidak termasuk dalam golongan di atas, doanya tidak dikabulkan.
Serahkan semua usaha kita kepada Allah, karena Allah yang berhak menentukan hasil dari proses yang kita usahakan.
Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“ Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ’Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut Nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutkan dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR Bukhari Muslim)
Ada beberapa golongan manusia yang doanya terkabul, antara lain;Doa seorang muslim terhadap saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya Dari Abu Darda’ Radhiyallahu’anhu, dia berkata bahwa Nabi Muhammamad Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidak seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya kecuali ada seorang malaikat yang ditugaskan berkata kepadanya:’Aamiin, dan bagimu seperti yang kau do’akan.” (HR Muslim)Orang yang memperbanyak berdoa pada saat lapang dan bahagia Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang.” (HR At-Tirmidzi, Dishahihkan oleh Dzahabi dan dihasankan oleh Al-albani)Orang yang teraniaya Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Hati-hatilah dengan doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan).” (HR Bukhari & Muslim)Doa orangtua kepada anaknya dan doa seorang musafir Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ”Tiga orang yang doanya pasti terkabullkan; doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir dan doa orangtua terhadap anaknya.” HR Abu Daud dan dihasankan oleh Al-AlbaniDoa orang yang sedang berpuasa Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, dia Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tiga doa yang tidak ditolak; doa orangtua terhadap anaknya, doa orang yang sedang puasa, dan doa seorang musafir.” HR Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani
Kemudian lebih baik lagi tatkala kita tahu waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa sehingga kita bisa maksimal dalam berdoa. Antara lain:Sepertiga Akhir Malam Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga akhir malam terakhir, lalu berfirman: Barangsiapa yang berdoa, pasti akan Kukabulkan, barangsiapa yang memohon pasti akan Aku perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti akan Ku ampuni.” (HR Bukhari)Tatkala berbuka puasa bagi orang yang berpuasa Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu’anhu, dia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (HR Ibnu Majah)Pada setiap dubur shalat fardhu (sesudah tasyahud akhir, sebelum salam) Dari Abu Umamah Radhiyallahu’anhu, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wata’alla, beliau menjawab: “Dipertengahan malam yang akhir dan pada setiap dubur shalat fardhu.” (HR At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)Pada saat perang berkecamuk Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak; doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk.” (HR Abu Daud dishahihkan oleh Imam Nawawi dan Al-Albani)Sesaat pada hari Jum’at Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Abul Qasim Shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya pada hari Jum’at ada sesaat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan dikabulkan. Beliau berisyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sebentarnya waktu tersebut.” (HR Al Bukhari)Pada waktu bangun tidur malam hari bagi orang yang bersuci dan berdzikir sebelum tidur Dari ‘Amr bin ‘Anbasah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya.” (HR Ibnu Majah)Diantara adzan dan iqamah Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah.” (HR Abu Daud, dishahihkan Al-Albani)Pada waktu sujud dalam shalat Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab doa saat itu sangat diharapkan untuk terkabul.” (HR Muslim)Pada saat sedang turun hujan Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua doa yang tidak pernak ditolak; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu turun hujan.” (HR Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani)Pada saat ada orang yang baru saja meninggal Dari Ummu Salamah Radhiyallahu’anha, Rasulullah Shallallahu’alahi wasallam bersabda tatkala Abu Salamah sakaratul maut: “Susungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.” Semua keluarga histeris. Beliau bersabda:”Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat meng-amini apa yang kamu ucapkan.” (HR Muslim)Pada malam lailatul qadr Allah Subhanahu wata’alla berfirman: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Qs Al Qadr: 3-5)Doa pada hari Arafah Dari ‘Amr bin Syu’aib Radhiyallahu’anhu dari bapaknya dari kakeknya, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah.” (HR At Tirmidzi dishahihkan Al-Albani)
Tetaplah percaya ALLAH sdh mendengar doa kita dan saat ini Dia sedang ngejawab doa itu. ALLAH sedang bekerja, bahkan pada saat kita ngerasa Dia diem aja. Tetaplah percaya bahwa pada akhirnya, Allah yang berkuasa. Dan akhirnya: tetaplah berdoa, tetaplah berdoa, dan tetaplah berdoa…
Tentu saja tidak semua doa dapat diterima. Oleh karena itu pandai-pandailah dalam mensiasati agar doa terkabul. ada orang-orang yang beruntung karena doanya terkabul dan waktu-waktu mustajab untuk berdoa. Akan tetapi hal ini tidak berarti memvonis orang-orang yang tidak termasuk dalam golongan di atas, doanya tidak dikabulkan.
Serahkan semua usaha kita kepada Allah, karena Allah yang berhak menentukan hasil dari proses yang kita usahakan.
Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda:
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“ Allah Subhanahu wata’ala berfirman, ’Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku, Aku bersamanya bila dia ingat Aku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia menyebut Nama-Ku dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutkan dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” (HR Bukhari Muslim)
Ada beberapa golongan manusia yang doanya terkabul, antara lain;Doa seorang muslim terhadap saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya Dari Abu Darda’ Radhiyallahu’anhu, dia berkata bahwa Nabi Muhammamad Shalallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidak seorang muslim berdoa untuk saudaranya yang tidak ada dihadapannya kecuali ada seorang malaikat yang ditugaskan berkata kepadanya:’Aamiin, dan bagimu seperti yang kau do’akan.” (HR Muslim)Orang yang memperbanyak berdoa pada saat lapang dan bahagia Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin doanya terkabul pada saat sedih dan susah maka hendaklah memperbanyak berdoa pada saat lapang.” (HR At-Tirmidzi, Dishahihkan oleh Dzahabi dan dihasankan oleh Al-albani)Orang yang teraniaya Dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Hati-hatilah dengan doa orang-orang yang teraniaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan).” (HR Bukhari & Muslim)Doa orangtua kepada anaknya dan doa seorang musafir Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ”Tiga orang yang doanya pasti terkabullkan; doa orang yang teraniaya, doa seorang musafir dan doa orangtua terhadap anaknya.” HR Abu Daud dan dihasankan oleh Al-AlbaniDoa orang yang sedang berpuasa Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, dia Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Tiga doa yang tidak ditolak; doa orangtua terhadap anaknya, doa orang yang sedang puasa, dan doa seorang musafir.” HR Baihaqi dan dishahihkan oleh Al-Albani
Kemudian lebih baik lagi tatkala kita tahu waktu-waktu yang mustajab untuk berdoa sehingga kita bisa maksimal dalam berdoa. Antara lain:Sepertiga Akhir Malam Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia pada sepertiga akhir malam terakhir, lalu berfirman: Barangsiapa yang berdoa, pasti akan Kukabulkan, barangsiapa yang memohon pasti akan Aku perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti akan Ku ampuni.” (HR Bukhari)Tatkala berbuka puasa bagi orang yang berpuasa Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Radhiyallahu’anhu, dia mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (HR Ibnu Majah)Pada setiap dubur shalat fardhu (sesudah tasyahud akhir, sebelum salam) Dari Abu Umamah Radhiyallahu’anhu, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wata’alla, beliau menjawab: “Dipertengahan malam yang akhir dan pada setiap dubur shalat fardhu.” (HR At Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)Pada saat perang berkecamuk Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak; doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk.” (HR Abu Daud dishahihkan oleh Imam Nawawi dan Al-Albani)Sesaat pada hari Jum’at Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Abul Qasim Shalallahu’alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya pada hari Jum’at ada sesaat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan dikabulkan. Beliau berisyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sebentarnya waktu tersebut.” (HR Al Bukhari)Pada waktu bangun tidur malam hari bagi orang yang bersuci dan berdzikir sebelum tidur Dari ‘Amr bin ‘Anbasah Radhiyallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya.” (HR Ibnu Majah)Diantara adzan dan iqamah Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah.” (HR Abu Daud, dishahihkan Al-Albani)Pada waktu sujud dalam shalat Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab doa saat itu sangat diharapkan untuk terkabul.” (HR Muslim)Pada saat sedang turun hujan Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua doa yang tidak pernak ditolak; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu turun hujan.” (HR Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani)Pada saat ada orang yang baru saja meninggal Dari Ummu Salamah Radhiyallahu’anha, Rasulullah Shallallahu’alahi wasallam bersabda tatkala Abu Salamah sakaratul maut: “Susungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.” Semua keluarga histeris. Beliau bersabda:”Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat meng-amini apa yang kamu ucapkan.” (HR Muslim)Pada malam lailatul qadr Allah Subhanahu wata’alla berfirman: “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Qs Al Qadr: 3-5)Doa pada hari Arafah Dari ‘Amr bin Syu’aib Radhiyallahu’anhu dari bapaknya dari kakeknya, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah.” (HR At Tirmidzi dishahihkan Al-Albani)
Tetaplah percaya ALLAH sdh mendengar doa kita dan saat ini Dia sedang ngejawab doa itu. ALLAH sedang bekerja, bahkan pada saat kita ngerasa Dia diem aja. Tetaplah percaya bahwa pada akhirnya, Allah yang berkuasa. Dan akhirnya: tetaplah berdoa, tetaplah berdoa, dan tetaplah berdoa…
Kamis, 11 November 2010
Langganan:
Postingan (Atom)