Sudah menjadi sifat manusia untuk selalu mengeluh dan kurang bersyukur. Apapun yang menimpa dirinya selalu mengeluh, merasa masih kurang dan kurang bersyukur. Misalnya pada waktu musim hujan . Hujan yang turun terus menerus, manusia mengeluh, ”Kok hujan terus-terusan , menyebabkab banjir dimana-mana”. Pada waktu musim kemarau pun mengeluh, ”Kok panas sekali, mata air mengering, susah dapat air, kapan hujan turun”. Ketika matahari bersinar kemudian turun hujan pada saat bersamaan manusia pun masih berkomentar ”Wah ini udan kethek ( bhs jawa : hujan kera), hujan turun kok ketika panas”. Itulah sekelumit gambaran betapa sifat manusia yang suka mengeluh dan kurang bersyukur.
Mengingat hal tersebut pentinglah kiranya kita selalu mengingatkan diri kita untuk selalu dapat bersyukur kepada Allah SWT.
Dalam Q.S !4 (ibrahim) : 7. Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Berdasarkan firman Allah di atasn jelaslah bahwa Allah akan memberikan 2 hal : reward dan Punisment sehubungan dengan syukur ini. Reward berupa tambahan nikmat dan punisment berupa adzab yang sangat pedih (semoga kita terhindar dari hal ini).
Mengingat dari dua hal di atas, kita sebagai hamba Allah sudah selayaknyalah untuk pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah. Ada beberapa hal yang sering menjadi pertanyaan dalam benak kita seputar masalah syukur ini, diantaranya adalah : bagaimana supaya kita selalu dapat bersyukur ? bagaimana cara mengungkapkan syukur itu? Mari kita coba mengurai hal tersebut.
Supaya kita selalu ingat untuk bersyukur, ada beberapa cara sbb:
1.berpikir positip
selalu berusaha melihat sisi positif dari setiap kejadian dan kemudian mensyukurinya. Yakinlah bahwa selalu ada rahmat Allah dari setiap kejadian. Inilah yang membedakan antara orang yang beriman dan yang tidak. Seburuk-buruknya peristiwa yang menimpa kita, maka kita harus bertawakkal dan yakin pasti ada manfaat di balik itu. Allah tidak akan membebankan sesuatu kepada umatNya diluar kemempuan manusia.
Alangkah baiknya kita belajar dari kisah berikut:
Siapa yang tidak kenal Gito Rollies, penyanyi yang lincah dan energik, beberapa tahun silam. Sangat berbeda dengan kondisi nya sekarang, untuk berjalan saja harus dengan bantuan tongkat bahkan nyawapun sempat berada diujung tenggorokan. Justru saat ini ia begitu merasakan , betapa sehat itu nikmat.
Awalnya ia merasakan pegal linu dan sakit luar biasa di pinggang. Ia berusaha melakukan pemijatan dan minum obat-obatan tapi tak juga bisa meredakan serangan rasa sakit. Jamu juga dicobanyadan ramuan anti pegal linu tapi itu hanya menghilangkan rasa linunya sebentar saja, tetapi segera kambuh kembali. Dokter membantu dengan menyuntikkan obat penghilang rasa sakit, namun rasa sakit itu kembali datang beberapa hari kemudian.
Setelah harus bolak-balik berobat ke singapura, akhirnya diketahui bahwa ia menderita kanker kelenjar getah bening. Kakinya tak lagi mampu digerakkan , menjadi lumpuh tiba-tiba. Akhirnya , selain harus menderita sakit yang luar biasa, ia pun seperti anak kecil yang senantiasa harus bergantung kepada orang lain. Dengan bijak ia mengambil hikamahnya, ”kenyataan ini , membuat saya bersyukur dan sadar, bahwa kita tidak berarti apa-apa tanpa bantuan orang lain”.
Dalam hitungan pekan , berat badannya turun hingga 10 kg. Wajahnya pucat dan rambutnya rontok, ibu jari dan kaki kehitam-hitaman pada ujungnya. Sariawan dan ambien juga turut menggerogoti. ”tak hanya sakit, tapi menderita” begitu katanya.
Alhamdulillah, hingga seberat itu ujian yang menimpanya , Gito tetap menyikapinya dengan positip. ”saya tetap berusaha mengambil hikmahnya. Mungkin iini karena ini kehidupan saya dulu yang salah” ujarnya.
Di sisi pendanaan , tentu tak mudah baginya untuk menyediakan dana hampir 1 milyar. Hingga ketika ia berniat menjual rumahnya di kawasan bintaro, ia berusaha berpikir positip, ”mungkin tuhan ingin kami hidup dirumah yang lebih kecil”.
Hampir setahun ia harus menjalani ujian berat ini, justru semakin mendekatnya kepada sang pencipta. Bahkan dirasakan satu berkah yang luar biasa telah ia dapatkan, ketika selama itu ia mendapatkan limpahan kasih sayang sang istri, yang setia mendampinginya. ”Dialah yang setia mendampingi dan memberi dorongan menghadapi masa terberat dalam hidup saya hingga sekarang,” kenangnya tentang Michellevan der Rest, istri tercintanya.
Akhirnya, Gito berpesan betapa nikmat sehat itu adalah anugrah luar biasa, wajib disyukuri sekaligus dijaga dengan pilihan hidup sehat. ”Jadi tidak harus sakit dulu baru kita sadar, betapa nikmat sehat luar biasa.” (sumber : KCM : 2006)
2. Paradigma Masih Untung
Falasafah ini sering kita dengar dalam kebiasaan masyarakat jawa. Tetapi saya yakin masyarakat suku lain juga mengenal falsafah ini walaupun dengan istilah yang berbeda. Paradigma masih untung ini bukanlah sekedar untuk menghibur diri sendiri akan tetapi sikap ini didasari bahwa Allah SWT senantiasa melindungi dan memberi rahmat kepada kita, betapapun kecilnya. Ini akan mengubah penolakan menjadi penerimaan, kekeruhan menjadi kejernihan. Kadang kalo kita baru tertimpa sebuah musibah , kita merasa dunia tidak adil kepada kita, tapi kalau kita cepat-cepat mengambil falsafah ini perasaan ketidak adilan, sedih, galau dll perlahan akan hilang dan berganti kepada rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Paradigma ini mungkin bisa berlaku pada kasus berikut. Seperti kita ketahui beberapa waktu yang lalu di sejumlah daerah di Indonesia mengalami musibah banjir besar. Banjir tidak hanya terjadi di pemukiman sekitar bantaran kali tetapi juga di daerah perumahan yang jauh dari kali, bahkan tak sedikit perumahan mewah yang terkena juga. Banyak saudara-saudara kita yang rumahnya terendam air. Tapi ia masih untung bisa menyelamatkan harta bendanya ke lantai 2 rumahnya. Bagi yang tidak bisa menyelamatkan harta bendanya karena tidak mempunyai lantai loteng toh masih bisa merasa untung, paling nggak rumahnya tidak terbawa arus banjir. Kalau air sudah surut toh rumahnya masih bisa dibersihkan dan ditempati lagi. Sementara untuk yang rumahnya dan segala harta bendanya terbawa arus banjir juga masih bisa merasa untung, paling nggak nyawa masih bisa diselamatkan. Harta benda masih bisa dicari tapi kalau nyawa tidak ada duanya, itulah rahmat Allah SWT yang paling harus disyukuri.
Demikian dan seterusnya , kita harus berusaha menerapkan paradigma masih untung bila kita merasa dalam keadaan tidak menyenangkan, kesusahan , tertekan, terpojok ,merasa tersisih dan lain sebagainya. Sehingga perlahan-lahan kita akan bangkit dari keterpurukan, keterpojokkan dll dan akan merasa sangat bersyukur ternyata Allah SWT masih melimpahkan rahmatNya kepada kita.
3. Janganlah ”Take for granted”. Menerima sesuatu seolah seperti yang biasa, tanpa rasa syukur.
Kita sering kali tak dapat menemukan hal-hal yang patut disyukuri karena kita sering merasa bahwa sesuatu itu sudah semestinya terjadi. Padahal segala sesuatu itu tidak terjadi begitu saja tanpa rahmat Allah SWT. Mungkin kita tidak merasa mendapat hal yang istimewa, punya rumah mewah, yang ada kolam renangnya, villa yang indah di tempat yang sejuk, mobil mewah, tabungan yang banyak tersimpan dimana-mana, investasi properti yang bertebaran di seantero pelosok negri, menjadi pejabat penting yang disegani dan lain sebagainya yang serba hebat. Tapi bukanlah kita masih sehat ? seluruh anggota keluarga kita sehat, anak , istri , orang tua dll sehat tak kurang suatu apa? Bukanlah jantung kita masih berdetak? Nafas kita pun tak pernah berhenti ? bukankah seluruh organ kita masih berfungsi dengan noramal ? mata kita masih bisa melihat ? telinga kita masih bisa mendengar ? ginjal kita masih berfungsi dengan baik? Bukan kah kita masih bisa menikmati makanan yang lezat?
Apakah semua itu terjadi dengan sendirinya ? tanpa ada campur tangan dari Allah SWT? siapa yang mengontrol detak jantung kita selagi kita tidur? Siapa yang mengontrol kerja ginjal , paru-paru, hati dan organ –organ lain dari mulai kita tidur , terjaga sampai tidur lagi? Coba kita bayangkan bila salah satu organ tubuh kita tidak bekerja dengan semestinya: misalnya ginjal kita mengalami gagal ginjal terminal. Orang yang sudah mengalami gagal ginjal terminal hanya mempunyai tiga pilihan ; meninggal dengan pelan-pelan (walaupun ini semua juga dengan kehendak Allah SWT), melakukan cuci darah, atau melakukan transplantasi (cangkok ginjal).yang pertama tidak akan kita bahas. Kalau cuci darah, sekarang ini biaya untuk sekali cuci darah adalah Rp. 600.000 padahal cuci darah dilakukan seminggu 2-3 kali. Bisa dibayangkan betapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan dalam sebulan ? setahun? Padahal cuci darah harus dilakukan seumur hidup. Kalau tidak mau melakukan cuci darah terus menerus penderita gagal ginjal harus melakukan cangkok ginjal. Biaya operasi cangkok ginjal sekitar 300-500 juta dan pasca operasi harus melakukan kontrol rutin yang membutuhkan biaya sekitar 12 juta per bulan selama setahun.
Source : http://soeroto.multiply.com/journal/item/8/Carilah_1001_Cara_Untuk_Selalu_Dapat_Bersyukur_Kepada_Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar