Senin, 17 Mei 2010

Sahabat Sejati dalam Pandangan Islam?

for everyone...
A friend in need a friend indeed, pepatah Inggris
Duduak samo randah tagak samo tinggi, pepatah minang
Mangan ora mangan sing penting ngumpul, pepatah jawa
Orang yang akan ada saat kau membutuhkannya dan mengerti ketika kau butuh ruang
untuk sendiri. Seseorang yang akan menguatkanmu ketika kau lemah, dan ketika
kau menopangnya kau akan menjadi utuh. Bagian yang terpisah dari dirimu,
sekaligus paling mengerti siapa dirimu yang sebenarnya.

Pegang pundakku jangan pernah lepaskan
Bila ku mulai lelah, lelah dan tak bersinar
Pegang sayapku jangan pernah lepaskan
Bila ku ingin terbang terbang meninggalkanmu
(Sheila On 7, riff lagu Sahabat Sejati)

Ingatkanku semua wahai sahabat
Kita untuk selamanya kita percaya
Kita tebarkan lara dan tak pernah lelah
Ingatkanku semua wahai sahabat
(Peterpan, riff lagu Sahabat)

Perintah Allah swt. dan Rasulullah saw. dalam Bersahabat

Allah telah memerintahkan kaum muslim untuk menjadikan nabi-nabi, para
shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh sebagai
sahabat, hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya: “Dan barangsiapa yang
mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang
yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya.” (TQS. an Nisaa’ [4]: 69), dan juga orang-orang mukmin,
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi
teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang
menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami
terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (TQS. Ali-Imran
[3]: 118)

Allah telah melarang kaum muslim untuk mengambil orang kafir sebagai teman
dekat sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah swt:
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman
penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan
di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”(TQS.
an-Nisaa’[4]: 139)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir
menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan
alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?” (TQS. An-Nisaa’ [4]: 144)
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya
lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri
dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap
diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali (mu).” (TQS. Ali-Imran [3]: 28)

Dan Allah swt telah menetapkan hukumnya kepada mereka yang telah menjadikan
syaitan, orang-orang kafir, fasik dan zalim sebagai sahabatnya dengan
meninggalkan Allah dan Rasulullah.
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya,
seraya berkata: "Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul."
Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu
teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Quran ketika
al-Quran itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong
manusia. (TQS. al-Furqan [25]:27-29)
Dan mereka yang berteman itu saling menyalahkan kecuali persahabatan
orang-orang yang bertaqwa. “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi
musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (TQS.
az-Zukhruf [43]: 67).

Rasulullah memberikan perumpamaan tentang persahabatan sebagai berikut: dari
Abu Musa al Asy’ari ra ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang
yang bergaul dengan orang yang shalih dan orang yang bergaul dengan orang
jahat, seperti pergaulan dengan penjual misik (minyak kasturi) dan tukang
peniup api. Adapun dengan penjual minyak kasturi, mungkin saja dia akan memberi
minyak kepadamu, atau kamu membeli minyak kepadanya. Atau paling tidak kamu
akan mendapatkan harumnya. Sedangkan orang yang meniup api, boleh jadi ia akan
membakar pakaianmu, atau (paling tidak) kamu akan mendapatkan bau yang tidak
enak darinya.” (HR. Bukhari Muslim)

Bersahabat dengan Lawan Jenis

Secara umum, kehidupan laki-laki dan wanita adalah terpisah (infishal), artinya
kehidupan sosial mereka sebagian besar dihabiskan bersama keluarganya dan
sesama mereka (laki-laki dengan laki-laki dan wanita dengan wanita). Dalilnya
adalah ketika beberapa wanita bertanya kepada Rasulullah saw.: “Ya Rasulullah,
kami tidak mendapat peluang untuk belajar di majelismu yang dipenuhi kaum
laki-laki, maka berilah kami kesempatan agar kami dapat belajar darimu pada
kesempatan itu.” Kemudian Rasulullah menjawab: “Bagianmu adalah di rumah si
fulanah.” Maka beliau datang kepada mereka (kaum wanita) pada hari dan tempat
yang telah dijanjikan dan beliau mengajar mereka. (Lihat Fathul Barri, jilid
I). Sehingga interaksi yang terjadi antara keduanya sangat kecil dan hanya
terjadi dalam hal-hal tertentu saja.
Tidak bisa dinafikan bahwa laki-laki dan wanita pasti akan berinteraksi satu
dengan yang lain, sehingga perlu pengaturan tehadap interaksi tersebut.
Menjadikan lawan jenis sebagai teman bisa saja dilakukan asal sesuai dengan
syariat Islam. Sesuai dengan syariat Islam maksudnya adalah dalam bergaul
selalu mengikuti kaidah hukum syara’ (Islam). Beberapa hal yang harus
diperhatikan agar persahabatan sesuai dengan syara’ adalah:

1. Menundukkan pandangan. Maksudnya adalah memandang kepada yang bukan aurat
dari lawan jenis dan memandang selain aurat tidak dengan syahwat. Dalilnya
adalah al-Qur’an surat an-Nuur [24]: 30-31.
2. Tidak berkhalwat (menyepi, berdua-duaan dengan lawan jenis). Hal ini
berlandaskan pada sabda Rasulullah saw. yang berbunyi: “Janganlah sekali-kali
salah seorang diantara kalian bersunyi-sunyi dengan perempuan lain, kecuali
disertai dengan muhrimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak masuk ke tempat tinggal wanita. Dalilnya adalah sabda Rasulullah, dari
Uqbah bin Amir ra., bahwasannya Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kalian
untuk bertamu kepada wanita!” seorang laki-laki Anshar bertanya: “bagaimana
kalau saudara ipar (besan)?” Rasulullah bersabda: “Ipar sama dengan kematian.”
(Mutafaq alaih).
4. Berinteraksi hanya pada keadaan yang dibenarkan oleh syara’, misalnya dalam
hal pendidikan, jual beli, dan pengobatan (dalam beberapa kasus).
5. Berteman karena Allah swt semata. Rasulullah memerintahkan hal ini dengan
jelas. Berdasarkan hadist dari Abdullah bin Mas’ud riwayat al-Hakim dalam
al-Mustadrak. Rasullulah bersabda: “Wahai Abdullah bin Mas’ud! Ibnu Mas’ud
berkata: “Ada apa ya Rasulullah? (Ia mengatakannya tiga kali)” Rasulullah
bertanya: “Maukah Engkau tahu, tali keimanan manakah yang paling kuat?” Aku
berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah bersabda: “Tali keimanan
yang paling kuat adalah loyalitas kepada Allah, dengan mencintai dan membenci
(segala sesuatu) hanya karena-Nya.”. Lebih dari itu, tidak menjadikan mereka
yang berbeda agama sebagai bithōnah (teman kepercayaan) dan walî (teman
yang dekat atau pelindung dan penolong).

Selain itu perlu diperhatikan pula, agar teman tetap menjadi teman, yaitu
dengan cara:
a. Kurangi frekwensi pertemuan yang tidak perlu.
b. Jangan berbicara dan berpenampilan yang menimbulkan daya tarik bagi lawan
jenis.
c. Menutup aurat dan memakai jilbab bagi wanita.
d. Kurangi berhubungan. (maksudnya seperti, sms, nelpon, e-mail dan chatting)
e. Menjaga hati.

Hal ini berlaku juga kepada aktivis pengajian, karena dewa cupid merentangkan
busurnya tidak laporan dulu lho! Dekatkan diri kepada Allah swt dengan banyak
mengingatnya dan mengingat dosa-dosa kita yang telah lalu dalam sholat kita
bisa jadi solusi mujarab.
Menjadikan lawan jenis sebagai teman, dilakukan sebatas apa yang telah
dijelaskan diatas, dan tak lebih dari itu. Hukum syara’ yang lain akan berlaku
jika kita menginginkan yang lebih dari yang telah disampaikan di atas.

Aktifitas seperti curhat masalah pelajaran, teman, keluarga, classified
ploblem, minta usulan sambil makan berdua, nemenin beli kado atau hadiah,
nganterin pulang ketika kegiatan berakhir terlalu malam, jalan bareng ke mall
atau plaza, bikin PR, tugas dan laporan berdua, semua hal tersebut bisa
dilakukan jika dan hanya jika keduanya telah diikat dengan simpul agung
pernikahan.

Artinya, aktifitas persahabatan yang sejati hanya bisa berlaku kepada Istri
suami, dan teman yang sejenis (laki-laki dengan laki-laki atau wanita dengan
wanita, gitchu loh...) dan mukmin sebagaimana penjelasan di al-Qur’an
sebelumnya.

Menjadi Sahabat Sejati

Syaikh al-Ghazali menjelaskan lima hal yang harus dilakukan untuk mengikat
persaudaraan, lima hal itu adalah:
1. Dalam hal harta, hendaklah, setidaknya, adalah seperti budakmu, maka
urusannya menjadi bagian dari kepentinganmu. Pertengahannya adalah
menjadikannya setingkat denganmu, karena, persaudaraan memunculkan persekutuan
dan kesamaan. Yang paling tinggi adalah memuliakannya diatas dirimu. Maka
engkau meninggalkan urusan dirimu untuk mengurus kepentingannya. Ini merupakan
tingkatan yang paling tinggi.
2. Membantu memenuhi kebutuhannya sebelum diminta.
3. Tidak mendatangkan sesuatu yang tidak disukainya.
4. Berbicara dengan sesuatu yang disukainya berupa pujian tanpa keluar dari
kebenaran.
5. Memenuhi janji dan keikhlasan.

Menemukan Sahabat Sejati

Selain batasan umum yang telah diberikan al-Qur’an dan Hadist di atas, tentu
perlu pula kita cari penjelasan lebih rinci tentang sahabat sejati ini.
Tipe teman yang patut dijadikan sahabat :
1. Mau berbagi apa saja
Individu dari kategori ini ternyata sanggup menomorduakan krisis yang sedang
dialaminya demi seorang sahabat. Tetapi kamu jangan mengambil kesempatan atas
kebaikan dirinya.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini?
• Dia tidak menipu dan mampu menyimpan rahasia walaupun perkara kecil.
• Dia sering menanyakan kabar tentang dirimu.
• Karier impiannya adalah sebagai seorang ahli psikologi.
2. Memahami
Kamu bisa menerima dan mendengar nasihat serta pandangan yang diberikan dengan
hati terbuka. Nasihat yang diberikan juga amat meyakinkan kamu, individu ini
wajar kamu dampingi sebagai sahabat sejati.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini
• Dia bersedia dihubungi kapan saja... 24 jam sehari, 7 hari seminggu!
• Dia seorang teman yang keukeuh memegang janji. Dalam persahabatan, dia adalah
sahabat yang setia.
• Dalam permasalahan kamu dia banyak membantu. Dia mampu mengenali apakah
individu yang berhubungan denganmu itu, benar-benar ikhlas atau mungkin ingin
memperalatmu.
3. Profesional
Saat kamu mengalami permasalahan, dia akan datang menghampirimu dan berusaha
memahami keadaanmu. Dia berusaha memberi nasihat dengan meletakkan dirimu dalam
dirinya. Nasihat dan pandangannya itu pun tidak mempunyai unsur berat sebelah
dan sekaligus tidak mengkambinghitamkan seseorang. Jelaslah bahwa dia sahabat
yang profesional yang bisa kamu dampingi.

Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini;
• Dia bijak menjaga emosimu setiap kali kamu berada dalam keadaan tegang
• Setiap kali kamu menyatakan pandangan dan usulan, dia mendengarnya dengan
ikhlas dan hormat. Kamu boleh melihat kejujuran itu dari sinar matanya.
• Dia tidak pernah memberi alasan sekiranya kamu ajak bertemu. Walaupun dia
tahu bahwa dirinya akan menjadi tempat curahan masalahmu pada waktu itu!
4. Jujur
Setiap kali ada yang tidak pas dengan penampilan dan keadaanmu, dia akan
menegurmu dengan bijak. Dia berkeinginan agar kamu kelihatan perfect setiap
saat. Dari teguran dan komentar yang diberikan itu ternyata membangun kamu.
Kamu boleh menerima tegurannya dengan hati yang terbuka.
Bagaimana ingin mengenal pasti individu ini:
• Dia adalah individu yang lurus. Walau bagaimanapun, keterus-terangannya itu
tidak menyakitkan hatimu.
• Dia mau menjadi tulang belakangmu.
• Kamu sentiasa merasakan bahawa nasihatnya amat berharga.
Itu beberapa tips yang bisa diambil, Begitupula berlaku sebaliknya terhadap
mereka yang patut dihindari.

Walhasil, Allah swt. telah memberikan rambu-rambunya dalam mencari sahabat.
Setiap aktifitas yang kita lakukan, tentu punya tujuan, dan sebagai seorang
muslim tujuan hidupnya tidak lain adalah untuk mencari ridha Allah swt.,
sehingga ketika mencari sahabat sejati pun demikian, tentu yang dicari adalah
yang bisa saling mengajak kepada keridhaan Allah swt. semata, dan bukan
mengajak kepada kemurkaan Allah swt. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada
tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang
yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah
menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (TQS. Ali Imran [3]: 103)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar