Tanya :Saya baru saja bercerai dari suami, kini saya harus memulai kehidupan tanpa pasangan. Ada perasaan campuraduk antara lega karena bia terbebas dari beban hidup dan ketakutan untuk memulai hidup baru. Saya ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, apa yang harus saya lakukan?
Jawab : Memang, ikatan perkawinan bukan sekedar catatan pada selembar kertas yang begitu saja bisa dihapus ketika palu hakim memutuskan buyarnya ikatan tersebut, ada jutaan benang emosional halus yang sudah terlanjur terpilin antara dua pribadi, bahkan bisa lebih rumit dengan hadirnya anak-anak. Perceraian bukan berarti segala persoalan sudah tertuntaskan lewat palu hakim, pasutri yang bercerai mesti membuat langkah-langkah pemulihan sehingga peluang untuk membangun kembali hidup yang lebih bermakna tidak dilumpuhkan oleh trauma dan berbagai emosi negatif akibat perceraian.
· Penyembuhan Diri Sendiri
Secermat dan setabah apa pun seseorang ketika menghadapi kenyataan bahwa dirinya sudah “terpisah” dari pasangan akan merasakan perihnya luka , seperti ada bagian dirinya yang disayat. Jika perkawinan menyatukan dua pribadi menjadi sejiwa-seraga, maka perceraian benar-benar mengoyak persatuan tersebut kembali menjadi dua belahan. Jangankan pertautan jiwa yang dipisah, tubuh yang diamputasi pun bukan kepalang sakitnya. Oleh sebab itu, langkah pertama yang mesti anda lakukan adalah menyembuhkan diri sendiri dari luka yang diakibatkan oleh perceraian. Namun demikian, tingkat keparahan luka sangat bergantung pada kondisi dan alasan untuk bercerai. Perceraian yang dihendaki dua belah pihak dengan pertimbangan panjang dan dewasa akan meninggalkan luka tidak separah dengan mereka yang melakukannya masih dalam suasana saling dendam dan disertai persengketaan.
Sering kita saksikan pasutri yang sudah bercerai masih saling tuntut soal harta dan anak, saling cacimaki dan menyalahkan. Cara seperti ini hanya didorong nafsu untuk saling menghancurkan, saling memperdalam luka dan membuang energi sia-sia hanya demi harga diri. Yakinlah bahwa yang anda butuhkan saat ini adalah bagaimana bisa menyembuhkan luka sehingga anda bisa menata kembali hidup yang sedang porak poranda. Selama anda masih memelihara dendam berarti anda juga memelihara luka, dan yang lebih esensial lagi anda justru tetap “terikat” secara emosional kepada mantan suami padahal tujuan anda bercerai untuk memisahkan diri dari keterikatan dengannya. Setelah bercerai, anda menjadi pribadi yang mandiri, bebas menentukan apa yang terbaik untuk diri sendiri. Ibarat sebuah kapal di tengah lautan, ketika mau berbelok arah memang terasa berat sekali, bahkan harus berhenti sejenak, namun begitu arah dipilih, kapal itu akan melaju ke tujuan yang sudah ditetapkan. Apa pun kesalahan mantan pasangan yang menyakiti anda, pelahan harus dilupakan dan dimaafkan seperti kapal yang membuang muatan yang tak berguna, supaya kapal anda lebih ringan melaju ke pulau harapan. Hindari segala hal yang mengingatkan dan membuka luka lama, gantilah dengan harapan-harapan yang lebih indah di masa depan. Gunakan daya imajinasi dan visualisasi Anda untuk menggambarkan kehidupan macam apa yang anda harapkan di masa mendatang. Dengan cara demikian, energi positif akan mengalir dalam diri anda dan akan menyembuhkan luka-luka bathin anda. Memaafkan adalah kata kunci untuk menyembuhkan diri sendiri.
· Membangun Percaya Diri
Perceraian seringkali juga menimbulkan trauma , orang merasa diri gagal dan tak berharga. Akibatnya, ada yang menutup diri dengan terus menyesali kegagalannya, atau ada juga yang melarikan diri dengan kebiasaan yang kurang baik. Keduanya pada prinsipnya sama, yakni runtuhnya rasa percaya diri yang pada ujungnya bisa kehilangan harapan hidup, yang ditandai dengan frustrasi dan depresi secara berlebihan. Anda harus bangkit dari keterpurukan yang semakin menyeret anda pada kegagalan-kegagalan selanjutnya. Dalam hidup ini, ada banyak hal dan kejadian yang menimpa , dan kita tak mampu untuk mengelak. Ambil contoh, tiba-tiba anda sakit, kecelakaan, bahkan musibah, yang tak bisa tidak hanya bisa diterima dengan tawakal. Menyesali kejadian yang di luar wewenang dan kendali anda hanya buang-buang energi. Namun ada satu hal yang sangat penting, yakni reaksi terhadap kejadian semacam itu sepenuhnya ada pada diri anda. Terhadap kejadiannya anda memang tak bisa mengelak, namun bagaimana anda bereaksi terhadap kejadian tersebut sepenuhnya pilihan dan tanggungjawab anda. Apakah anda mau terus tiarap atau bangkit berdiri, terserah pada pilihan anda. Perceraian bukan berarti hidup anda berakhir, justru anda memiliki peluang menemukan hidup yang lebih bermakna daripada sebelumnya. Pengalaman memang guru yang baik sejauh anda mau jadi murid yang baik pula, yang mau belajar darinya.
Rasa percaya diri akan tumbuh jika anda punya keyakinan pada diri sendiri terhadap apa yang anda yakini benar untuk dijalani sebagai yang terbaik. Keputusan untuk cerai pun mesti diyakini sebagai jalan terbaik yang harus anda ambil. Sekarang anda harus dengan ikhlas menanggung semua konsekuensi dari suatu keputusan, entah itu tepat atau keliru itu soal lain. Tak ada yang perlu disesali, anda harus terus melangkah. Bahwa ada perasaan takut dan ragu adalah hal wajar sebagaimana anda sedang memasuki wilayah baru. Dengan membangun rasa percaya diri, anda akan terhindar dari rasa takut yang justru akan melumpuhkan langkah anda ke depan.
· Merumuskan Tujuan Hidup
Perceraian bisa dipandang sebagai titik awal untuk memulai hidup baru yang mengandung berbagai kemungkinan yang bisa diraih, bukan kegagalan yang mesti terus disesali. Persepsi optimis ini mesti dibangun dengan menyusun kembali tujuan hidup anda. Apa yang anda dambakan dalam hidup ini? Apa impian yang ingin anda raih ? Buatlah prioritas dan susun langkah-langkah konkretnya. Tujuan hidup yang dirumuskan dengan baik akan memandu seluruh aktivitas anda dan memberi gairah untuk memperjuangkannya. Harapan akan timbul jika anda merasa ada sesuatu yang pantas untuk diraih dalam hidup ini. Dari sini anda akan menemukan bahwa hidup ini sangat berharga dan bermakna, maka terlalu sayang untuk disia-siakan. Perceraian bukan akhir segala-galanya, masih ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memaknai hidup ini.
Tujuan hidup bisa menjadi mercusuar sebagai fokus orientasi anda sehingga anda tidak terombang-ambing atau terus menoleh ke belakang. Anda mungkin memiliki cita-cita, bakat , atau dambaan tertentu sebelum menikah, namun akhirnya terlupakan karena anda harus menyesuaikan dengan kepentingan pasangan. Saatnya untuk menggali lagi, dan sekarang anda punya waktu dan perhatian penuh untuk mewujudkannya Dengan menggali potensi-potensi yang terpendam seperti ini, tidak tertutup kemungkinan justru anda akan menemukan jati diri anda yang sesungguhnya. Perkawinan tak jarang justru mematikan potensi seseorang karena kondisi hidup sebagai pasangan adakalanya menuntut “pengorbanan” semacam itu. Ada seorang istri yang punya bakat melukis, namun karena harus mendampingi suami yang pejabat publik sehingga tak ada waktu untuk mengasah talentanya. Oleh sebab itu, perceraian bisa dipandang sebagai momen untuk menemukan kembali potensi diri yang tersembunyi dan hidup baru pun masih terbentang di hadapan anda.
· Menunda Hubungan Baru
Untuk sementara waktu, jangan membuat hubungan serius dengan lawan jenis. Biarlah waktu untuk pemulihan berproses sampai anda memang benar-benar siap untuk memulai hubungan. Rasakan dan hayati betapa indahnya hidup dengan kebebasan tanpa tuntutan dan kewajiban dari suami. Saatnya anda untuk memanjakan diri sendiri, mengejar harapan pribadi yang selama ini tertunda. Kalau pun anda menjalin hubungan, biarlah tetap terbuka untuk siapa saja agar semakin luas cakrawala pergaulan anda. Percayalah pada saatnya anda akan menjumpai calon pasangan yang tepat. Kata kuncinya, sabar dan jangan tergesa-gesa menikah lagi.
Tak jarang orang merasa tak berdaya hidup sendiri atau malu dengan status janda sehingga tergesa-gesa menikah lagi. Akibatnya bisa fatal karena anda tidak saksama dalam memilih calon pasangan. Tak tertutup kemungkinan hubungan yang tergesa-gesa semacam ini juga akan berakhir pada perceraian lagi. Menikah bukan sekedar untuk status atau legalitas melainkan benar-benar untuk meraih kebahagiaan hidup bersama.
Jawab : Memang, ikatan perkawinan bukan sekedar catatan pada selembar kertas yang begitu saja bisa dihapus ketika palu hakim memutuskan buyarnya ikatan tersebut, ada jutaan benang emosional halus yang sudah terlanjur terpilin antara dua pribadi, bahkan bisa lebih rumit dengan hadirnya anak-anak. Perceraian bukan berarti segala persoalan sudah tertuntaskan lewat palu hakim, pasutri yang bercerai mesti membuat langkah-langkah pemulihan sehingga peluang untuk membangun kembali hidup yang lebih bermakna tidak dilumpuhkan oleh trauma dan berbagai emosi negatif akibat perceraian.
· Penyembuhan Diri Sendiri
Secermat dan setabah apa pun seseorang ketika menghadapi kenyataan bahwa dirinya sudah “terpisah” dari pasangan akan merasakan perihnya luka , seperti ada bagian dirinya yang disayat. Jika perkawinan menyatukan dua pribadi menjadi sejiwa-seraga, maka perceraian benar-benar mengoyak persatuan tersebut kembali menjadi dua belahan. Jangankan pertautan jiwa yang dipisah, tubuh yang diamputasi pun bukan kepalang sakitnya. Oleh sebab itu, langkah pertama yang mesti anda lakukan adalah menyembuhkan diri sendiri dari luka yang diakibatkan oleh perceraian. Namun demikian, tingkat keparahan luka sangat bergantung pada kondisi dan alasan untuk bercerai. Perceraian yang dihendaki dua belah pihak dengan pertimbangan panjang dan dewasa akan meninggalkan luka tidak separah dengan mereka yang melakukannya masih dalam suasana saling dendam dan disertai persengketaan.
Sering kita saksikan pasutri yang sudah bercerai masih saling tuntut soal harta dan anak, saling cacimaki dan menyalahkan. Cara seperti ini hanya didorong nafsu untuk saling menghancurkan, saling memperdalam luka dan membuang energi sia-sia hanya demi harga diri. Yakinlah bahwa yang anda butuhkan saat ini adalah bagaimana bisa menyembuhkan luka sehingga anda bisa menata kembali hidup yang sedang porak poranda. Selama anda masih memelihara dendam berarti anda juga memelihara luka, dan yang lebih esensial lagi anda justru tetap “terikat” secara emosional kepada mantan suami padahal tujuan anda bercerai untuk memisahkan diri dari keterikatan dengannya. Setelah bercerai, anda menjadi pribadi yang mandiri, bebas menentukan apa yang terbaik untuk diri sendiri. Ibarat sebuah kapal di tengah lautan, ketika mau berbelok arah memang terasa berat sekali, bahkan harus berhenti sejenak, namun begitu arah dipilih, kapal itu akan melaju ke tujuan yang sudah ditetapkan. Apa pun kesalahan mantan pasangan yang menyakiti anda, pelahan harus dilupakan dan dimaafkan seperti kapal yang membuang muatan yang tak berguna, supaya kapal anda lebih ringan melaju ke pulau harapan. Hindari segala hal yang mengingatkan dan membuka luka lama, gantilah dengan harapan-harapan yang lebih indah di masa depan. Gunakan daya imajinasi dan visualisasi Anda untuk menggambarkan kehidupan macam apa yang anda harapkan di masa mendatang. Dengan cara demikian, energi positif akan mengalir dalam diri anda dan akan menyembuhkan luka-luka bathin anda. Memaafkan adalah kata kunci untuk menyembuhkan diri sendiri.
· Membangun Percaya Diri
Perceraian seringkali juga menimbulkan trauma , orang merasa diri gagal dan tak berharga. Akibatnya, ada yang menutup diri dengan terus menyesali kegagalannya, atau ada juga yang melarikan diri dengan kebiasaan yang kurang baik. Keduanya pada prinsipnya sama, yakni runtuhnya rasa percaya diri yang pada ujungnya bisa kehilangan harapan hidup, yang ditandai dengan frustrasi dan depresi secara berlebihan. Anda harus bangkit dari keterpurukan yang semakin menyeret anda pada kegagalan-kegagalan selanjutnya. Dalam hidup ini, ada banyak hal dan kejadian yang menimpa , dan kita tak mampu untuk mengelak. Ambil contoh, tiba-tiba anda sakit, kecelakaan, bahkan musibah, yang tak bisa tidak hanya bisa diterima dengan tawakal. Menyesali kejadian yang di luar wewenang dan kendali anda hanya buang-buang energi. Namun ada satu hal yang sangat penting, yakni reaksi terhadap kejadian semacam itu sepenuhnya ada pada diri anda. Terhadap kejadiannya anda memang tak bisa mengelak, namun bagaimana anda bereaksi terhadap kejadian tersebut sepenuhnya pilihan dan tanggungjawab anda. Apakah anda mau terus tiarap atau bangkit berdiri, terserah pada pilihan anda. Perceraian bukan berarti hidup anda berakhir, justru anda memiliki peluang menemukan hidup yang lebih bermakna daripada sebelumnya. Pengalaman memang guru yang baik sejauh anda mau jadi murid yang baik pula, yang mau belajar darinya.
Rasa percaya diri akan tumbuh jika anda punya keyakinan pada diri sendiri terhadap apa yang anda yakini benar untuk dijalani sebagai yang terbaik. Keputusan untuk cerai pun mesti diyakini sebagai jalan terbaik yang harus anda ambil. Sekarang anda harus dengan ikhlas menanggung semua konsekuensi dari suatu keputusan, entah itu tepat atau keliru itu soal lain. Tak ada yang perlu disesali, anda harus terus melangkah. Bahwa ada perasaan takut dan ragu adalah hal wajar sebagaimana anda sedang memasuki wilayah baru. Dengan membangun rasa percaya diri, anda akan terhindar dari rasa takut yang justru akan melumpuhkan langkah anda ke depan.
· Merumuskan Tujuan Hidup
Perceraian bisa dipandang sebagai titik awal untuk memulai hidup baru yang mengandung berbagai kemungkinan yang bisa diraih, bukan kegagalan yang mesti terus disesali. Persepsi optimis ini mesti dibangun dengan menyusun kembali tujuan hidup anda. Apa yang anda dambakan dalam hidup ini? Apa impian yang ingin anda raih ? Buatlah prioritas dan susun langkah-langkah konkretnya. Tujuan hidup yang dirumuskan dengan baik akan memandu seluruh aktivitas anda dan memberi gairah untuk memperjuangkannya. Harapan akan timbul jika anda merasa ada sesuatu yang pantas untuk diraih dalam hidup ini. Dari sini anda akan menemukan bahwa hidup ini sangat berharga dan bermakna, maka terlalu sayang untuk disia-siakan. Perceraian bukan akhir segala-galanya, masih ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memaknai hidup ini.
Tujuan hidup bisa menjadi mercusuar sebagai fokus orientasi anda sehingga anda tidak terombang-ambing atau terus menoleh ke belakang. Anda mungkin memiliki cita-cita, bakat , atau dambaan tertentu sebelum menikah, namun akhirnya terlupakan karena anda harus menyesuaikan dengan kepentingan pasangan. Saatnya untuk menggali lagi, dan sekarang anda punya waktu dan perhatian penuh untuk mewujudkannya Dengan menggali potensi-potensi yang terpendam seperti ini, tidak tertutup kemungkinan justru anda akan menemukan jati diri anda yang sesungguhnya. Perkawinan tak jarang justru mematikan potensi seseorang karena kondisi hidup sebagai pasangan adakalanya menuntut “pengorbanan” semacam itu. Ada seorang istri yang punya bakat melukis, namun karena harus mendampingi suami yang pejabat publik sehingga tak ada waktu untuk mengasah talentanya. Oleh sebab itu, perceraian bisa dipandang sebagai momen untuk menemukan kembali potensi diri yang tersembunyi dan hidup baru pun masih terbentang di hadapan anda.
· Menunda Hubungan Baru
Untuk sementara waktu, jangan membuat hubungan serius dengan lawan jenis. Biarlah waktu untuk pemulihan berproses sampai anda memang benar-benar siap untuk memulai hubungan. Rasakan dan hayati betapa indahnya hidup dengan kebebasan tanpa tuntutan dan kewajiban dari suami. Saatnya anda untuk memanjakan diri sendiri, mengejar harapan pribadi yang selama ini tertunda. Kalau pun anda menjalin hubungan, biarlah tetap terbuka untuk siapa saja agar semakin luas cakrawala pergaulan anda. Percayalah pada saatnya anda akan menjumpai calon pasangan yang tepat. Kata kuncinya, sabar dan jangan tergesa-gesa menikah lagi.
Tak jarang orang merasa tak berdaya hidup sendiri atau malu dengan status janda sehingga tergesa-gesa menikah lagi. Akibatnya bisa fatal karena anda tidak saksama dalam memilih calon pasangan. Tak tertutup kemungkinan hubungan yang tergesa-gesa semacam ini juga akan berakhir pada perceraian lagi. Menikah bukan sekedar untuk status atau legalitas melainkan benar-benar untuk meraih kebahagiaan hidup bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar