" ketika ku tak sanggup melangkah,, hilang arah dalam kesendirian,, tiada mentari bagai malam yang kelam,, tiada tempat untuk berlabuh,, bertahan terus berharap,, Allah selalu di sisimu.. Insya Allah, Insya Allah, Insya Allah ada jalan.. Insya Allah, Insya Allah, Insya Allah ada jalan.. Ya Allah tuntun langkahku di jalan-MU.. Hanya engkaulah pelitaku Tuntun aku di jalan-MU selamanya. "
Kamis, 08 Juli 2010
Mengapa Cincin Pernikahan Harus Ditaruh di Jari Manis??!
Alasan logis: Ditaruh di jari manis agar cincin awet terlindungi. Karena jari manis dilindungi oleh kelingking dan jari tengah. Dan tiga jari yang pertama adalah jari yang paling sering digunakan (jempol, telunjuk dan jari tengah), jika dipasang disitu cincin akan sering tergores dan terbentur dengan benda2 lain sehingga cepat rusak nantinya.
Alasan romantis: Katanya di jari manis tangan sebelah kiri kita terdapat urat nadi (vein) yang terhubung langsung ke jantung. “Makanya nanti buat Mas2nya harus kasih cincin yang begini ke cewek yg menjadi tambatan hati anda..” sambil membalikan badan dia nunjuk cincin berlian yang terpajang di display image gambar atas lalu di pasangkan di jari manis? tentunya saat acara ND sebagai Mas kawin dlm pernikahan?Hmmm.. “Romantis kan?!”. Tradisi ini dimulai semenjak masyarakat Yunani dan Romawi kuno yg percaya bahwa pembuluh atau nadi (vein) menghubungkan jari ini dengan hati. Mereka yakin bahwa jari manis merupakan pusat dari segala perasaan. Karena penggunaan cincin di jari manis bisa mencegah lari atau menghilangnya perasaan2 itu dari hati pemakainya. -ini hanya sekedar sugesti boleh percaya boleh tidak?-
Rabu, 07 Juli 2010
Piala dunia-Akhirat?
Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia, dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imran(3) :148)

Kebebasan berbuat yang kita miliki di dunia ini, semacam surat izin yang membuat kita mampu menyadari, bahwa ketika kita bertindak dengan cara yang paling efisien dan harmonis, maka kita tidak memiliki pilihan lain kecuali berbuat sesuai dengan kaedah yang telah ditentukan. Kata bebas mengisyaratkan banyaknya pilihan, dan juga mengandung kemungkinan bimbang dan gagal.
Orang yang mengetahui apa yang harus dikerjakan agar meraih sukses tak memiliki pilihan lain kecuali berbuat sesuai aturan. Orang yang berpengetahuan menyadari bahwa semakin banyak pengetahuan yang ia miliki, semakin sedikitlah kebebasannya.Keep the faith till the end of your life
Selasa, 06 Juli 2010
Nasehat Buat Calon Keluarga Moslem?
*Janganlah mencari isteri, tapi carilah ibu bagi anak-anak kita.
*Janganlah mencari suami, tapi carilah ayah bagi anak-anak kita.
2. KETIKA MELAMAR
Anda bukan sedang meminta kepada orang tua/wali si gadis, tetapi meminta kepada Alloh melalui orang tua/wali si gadis. dengan diniati ingin menyempurnakan 2/3 agama? dengan tujuan ingin meraih kebahagiaan hidup di dunia & akhirat. -amiinn-..
3. KETIKA AKAD NIKAH
Anda berdua bukan menikah di hadapan penghulu, tetapi menikah dihadapan Alloh
4. KETIKA RESEPSI PERNIKAHAN
Catat dan hitung semua tamu yang datang untuk mendoakan anda, karena anda harus berpikir untuk mengundang mereka semua dan meminta maaf apabila anda berpikir untuk BERCERAI karena menyia-nyiakan doa mereka.
5. SEJAK MALAM PERTAMA
Bersyukur dan bersabarlah. Anda adalah sepasang anak manusia dan bukan sepasang malaikat.
6. SELAMA MENEMPUH HIDUP BERKELUARGA
Sadarilah bahwa jalan yang akan dilalui tidak melalui jalan
bertabur bunga, tapi juga semak belukar yg penuh onak dan duri. kita harus menyadarinya? jangan sampai kita lari di tengah jalan?Hmmm...
7. KETIKA BIDUK RUMAH TANGGA OLENG
Jangan saling berlepas tangan, tapi sebaliknya justru
semakin erat berpegang tangan. Perjalanan masih panjang. bahtera rumah tangga harus terus di arungi. perahu harus tetap sesuai jalurnya. back to QHJ
8. KETIKA BELUM MEMILIKI ANAK.
Cintailah isteri atau suami anda 100% -(tak ada yang lain di hati)-
9. KETIKA TELAH MEMIKI ANAK.
Jangan bagi cinta anda kepada (suami) isteri dan anak anda, tetapi cintailah isteri atau suami anda 100% dan cintai anak-anak anda masing-masing 100%. berusaha mencintainya dengan segala kelebihan dan kekurangannya? jangan sampai membandingkan atau melihat rumput tetangga lebih hijau? ini konsekwensi yang harus kita hadapi..
10.KETIKA EKONOMI KELUARGA BELUM MEMBAIK
Yakinlah bahwa pintu rezeki akan terbuka lebar berbanding lurus
dengan tingkat ketaatan suami dan isteri. tetap perpegang teguh deng koridor hukum yang berlaku? jangan membuat hukum sendiri.
11.KETIKA EKONOMI MEMBAIK
Jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi
kita semasa menderita. Karena suami yang sukses pasti ada sosok seorang isteri yang setia dan tegar mendampinginya. -ingat itu-
12.KETIKA ANDA ADALAH SUAMI
Boleh bermanja-manja kepada isteri tetapi jangan lupa untuk bangkit secara bertanggung jawab apabila isteri membutuhkan pertolongan Anda. harus seimbang *take and give*
13.KETIKA ANDA ADALAH ISTERI
Tetaplah berjalan dengan gemulai dan lemah lembut, tetapi selalu berhasil menyelesaikan semua pekerjaan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
14. KETIKA MENDIDIK ANAK
Jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak. Ajarkan mulai dari kecil anak itu sebuah kejujuran dan kasih sayang yang tulus?
15.KETIKA ANAK BERMASALAH
Yakinilah bahwa tidak ada seorang anakpun yang tidak mau bekerjasama dengan orangtua, yang ada adalah anak yang merasa tidak didengar oleh orang tuanya. berikan perhatian lebih kepada mereka.
16.KETIKA ADA PIL.
Jangan diminum, cukuplah suami sebagai obat. -ingat komitmen awal saat pernikahan? jangan malah mencari2 alasan atau membanding2kan dengan yang lain? suami adalah jembatan syurga isteri?Hmmm...
17.KETIKA ADA WIL
Jangan dituruti, cukuplah isteri sebagai pelabuhan hati. jangan turuti nafsu setan. -kembalikan semua masalah sesuai hukum yang benar(QHJ). klo memang mampu dan mendapat ijin dari isteri.. why not?hehehe... *peaCE...
18.KETIKA MEMILIH POTRET KELUARGA
Pilihlah potret keluarga sekolah yang berada dalam proses pertumbuhan menuju potret keluarga bahagia. sebagai tambahan semangat utk motivasi diri melangkah lebih maju lagi?
19.KETIKA INGIN LANGGENG DAN HARMONIS
Gunakanlah formula 7 K
1 Ketakwaan
2 Kasih sayang
3 Kesetiaan
4 Komunikasi dialogis
5 Keterbukaan
6 Kejujuran
7 Kesabaran
*semoga Tulisan ini bermanfaat bagi kita semoga.
-alhmdlh jz kumullohu khoiro-
Source: di ambil dari berbagai sumber & pengalaman pribadi?***
Hidup untuk belajar
Sejauh kaki bisa berjalan,
Sejauh tangan bisa meraih.
Selama itulah aku akan terus belaja...
Banyak orang yang gemar membaca buku, menonton televisi, atau berolahraga. Mereka melakukan hal itu dengan berbagai macam latar belakang. Ada yang karena memang suka atau hobi, ada yang karena tuntutan tugas dan pekerjaan, keinginan untuk menjadi lebih baik dan masih banyak lagi alasan lainnya yang bisa mereka ungkapkan. Saya pribadi gemar membaca karena hobi, bukan karena ingin pintar atau ingin menjadi orang yang serba tahu.
Dulu buku yang saya baca hanya kumpulan cerita anak-anak, dongeng dan buku sekolah. Komik yang merupakan cerita bergambar baru saya kenal saat saya duduk di kelas 3 SD, itupun karena dipinjami oleh teman. Lambat laun, minat saya akan ragam buku yang lebih 'berat' isinya semakin bertambah lantaran saya mulai bosan dengan sedikitnya hal yang saya peroleh dari buku-buku favorit saya dulu. Kamus bahasa asing, ensiklopedi, novel terjemahan, berbagai kitab agama, semua saya lahap karena rasa rakus akan informasi yang begitu besar saya rasakan.
Saat duduk dibangku SMP, saya mulai menekuni olahraga beladiri PERISAI DIRI. Saya mempelajarinya bukan karena ingin bisa, namun lebih pada ketertarikan akan gerakan-gerakannya yang di mata saya indah. Saya juga bergabung dengan ekskul PMR karena tertarik pada cara mereka mempelajari obat-obatan dan berbagai cara penyelamatan. Sungguh, jauh di dalam hati saya sama sekali tidak ada keinginan untuk belajar. Yang saya inginkan hanya melahap apa saja yang saya ingin ketahui.
Saat SMA, saya mengikuti ekskul melukis. Saya juga memilih masuk ke jurusan Ilmu Sosial alih-alih Ilmu Alam seperti yang saya cita-citakan dulu. Semua didorong oleh rasa ingin tahu dan penasaran saja, bukan karena ambisi atau apa.
Ketika itulah salah seorang teman saya bertanya, "Berapa banyak hal yang telah kamu pelajari dari berbagai kegiatan dalam hidupmu itu?"
Saya bingung harus menjawab apa. Jauh di dalam hati saya malah balik bertanya, "Kapan saya belajar? Rasanya waktu saya habis hanya untuk main dan melakukan hal-hal aneh lainnya"
Ternyata, tak lama kemudian, saya baru menyadari bahwa sesungguhnya selama ini saya memang telah belajar. Bukan di dalam kelas namun di alam bebas. Melalui beladiri saya belajar bagaimana melindungi diri, melalui melukis saya belajar memperhatikan sekitar saya, melalui PMR saya belajar bahwa hidup itu mahal harganya. Melalui hidup ini saya belajar bahwa tidak ada yang sia-sia.
Karena itu, saya ingin berpesan, gunakan waktu dengan sebaik-baiknya karena dia tidak akan kembali. Lakukan apa yang kalian suka karena itu merupakan bagian dari proses belajar. Hidup adalah belajar, jadi jangan pernah merasa kecil dengan hidupmu.
Bagaimanakah Istri yang Sholihat itu ?
``ketika dipandang oleh suaminya,,wajahnya terlihat menyenangkan
``ketika suami memanggilnya,,maka dia langsung mendatangi panggilan tersebut
``menthoati semua perintah sang suami,,selama perintah itu tidak maksiat
``selalu menyupport suami terutama dalam urusan jihad fissabilillah
``tidak menghambur*kan harta yang telah diberikan suami dalam urusan dunia dan tanpa seidzin sang suami
``selalu menjaga aurot dan suarana selama diluar rumah atau selama berpergian
``melaksanakan dan tidak membantah nasehat* yang diberikan suami
``menjaga keutuhan rumah tangga
``selalu SETiA terhadap suami baik suka maupun duka,,sehat maupun sakit,,kaya maupun miskin,,bangkit maupun jatuh
``tidak berani memasukkan suami simpanan lewat pintu belakang saat suami sedang tidak berada di rumah
``hanya ALLOH dan suaminya yang dia tetapkan didalam hatinya
~~dan yang lebih penting~~
tidak menyakiti hati sang suami sedikit pun
** jujur,,memang berat sekali menjadi istri yang sholihat,,begitu pun saia,,tapi bagaimana pun juga poin* diatas harus dilaksanakan,,karena saat kita telah menikah,,diri kita adalah milik suami kita bukan milik orang tua kita lagi,,dan yang perlu kita ketahui ::
JEMBATAN MENUJU SURGA SANG iSTRi adalah SUAMi KiTA
sumber :: berdasarkan quran hadits dan menurut pandangan saia sendiri ^^
PS : maaf kalo notesna ada yang kurang berkenan,,kalau suka silahkan klik LiKE dan beri koment dan kalau gag suka silahkan koment saja
Alhamdulillahi jazaa kumullohu khoiro
Senin, 05 Juli 2010
DUIT? mau..
Maaf lamaran-mu Ku Tolak?Hmmm...

Maka, di suatu pagi, di sebuah rumah, di sebuah ruang tamu, seorang lelaki muda menghadapi seorang lelaki setengah baya untuk ‘merebut’ sang perempuan muda dari sisinya.
“Oh, jadi engkau yang akan melamar itu?” tanya sang setengah baya.
“Iya, Pak,” jawab sang pemuda.
“Engkau telah mengenalnya dalam-dalam?” tanya sang setengah baya sambil menunjuk si perempuan.
“Ya Pak, sangat mengenalnya,” jawab sang pemuda, mencoba meyakinkan.
“Lamaranmu kutolak. Berarti engkau telah memacarinya sebelumnya? Tidak bisa. Aku tidak bisa mengizinkan pernikahan yang diawali dengan model seperti itu!” balas sang setengah baya.
Si pemuda tergagap, “Enggak kok pak, sebenarnya saya hanya kenal sekedarnya saja, ketemu saja baru sebulan lalu.”
“Lamaranmu kutolak. Itu serasa ‘membeli kucing dalam karung’ kan? Aku tak mau kau akan gampang menceraikannya karena kau tak mengenalnya. Jangan-jangan kau nggak tahu aku ini siapa?” balas sang setengah baya keras.
Ini situasi yang sulit. Sang perempuan muda mencoba membantu sang lelaki muda. Bisiknya, “Ayah, dia dulu aktivis lho.”
“Kamu dulu aktivis ya?” tanya sang setengah baya.
“Ya Pak, saya dulu sering memimpin aksi demonstrasi di kampus,” jawab sang pemuda percaya diri.
“Lamaranmu kutolak. Nanti kalau kamu lagi kecewa dan marah sama istrimu, kamu bakal mengerahkan rombongan teman-temanmu untuk mendemo rumahku ini kan?”
“Anu Pak, nggak kok. Wong dulu demonya juga cuma kecil-kecilan. Banyak yang nggak datang kalau saya suruh berangkat.”
“Lamaranmu kutolak. Lha wong kamu ngatur temanmu saja nggak bisa, kok mau ngatur keluargamu?”
Sang perempuan membisik lagi, membantu, “Ayah, dia pinter lho.”
“Kamu lulusan mana?”
“Saya lulusan DKV ISI Denpasar, Pak. ISI itu salah satu kampus terbaik di Bali lho, Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu sedang menghina saya yang cuma lulusan SMA ini, tho? Menganggap saya bodoh kan?”
“Enggak kok, Pak. Wong saya juga nggak pinter-pinter amat, Pak. Lulusnya saja enam tahun, IP-nya juga cuma dua koma, Pak.”
“Lha, lamaranmu ya kutolak. Kamu saja bego gitu, gimana bisa mendidik anak-anakmu kelak?”
Bisikan itu datang lagi, “Ayah dia sudah bekerja lho.”
“Jadi kamu sudah bekerja?”
“Iya Pak. Saya bekerja sebagai DESAINER. Keliling Pulau Bali menjual jasa desain saya, Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kalau kamu keliling dan jalan-jalan begitu, kamu nggak bakal sempat memperhatikan keluargamu.”
“Anu kok, Pak. Kelilingnya jarang-jarang. Wong produknya saja nggak terlalu laku.”
“Lamaranmu tetap kutolak. Lha, kamu mau kasih makan apa keluargamu, kalau kerja saja nggak becus begitu?”
Bisikan kembali, “Ayah, yang penting kan ia bisa membayar maharnya.”
“Rencananya maharmu apa?”
“Seperangkat alat shalat, Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kami sudah punya banyak. Maaf.”
“Tapi saya siapkan juga emas satu kilogram dan uang lima puluh juta, Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kau pikir aku itu matre, dan menukar anakku dengan uang dan emas begitu? Maaf anak muda, itu bukan caraku.”
Bisikan, “Dia jago IT lho Pak”
“Kamu bisa apa itu, internet?
“Oh iya, Pak. Saya rutin pakai internet. Hampir setiap hari lho, Pak. Saya nge-net.”
“Lamaranmu kutolak. Nanti kamu cuma nge-net thok. Menghabiskan anggaran untuk internet dan nggak ngurus anak istrimu di dunia nyata.”
“Tapi saya ngenet cuma ngecek e-mail saja kok, Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Jadi kamu nggak ngerti Facebook, Blog, Twitter, You Tube, Kaskus, Bali Orange, dan Tokobagus? Aku nggak mau punya mantu gaptek gitu.”
Bisikan, “Tapi Ayah…”
"Kamu ke sini tadi naik apa?”
“Mobil, Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu mau pamer tho, kalau kamu kaya. Itu namanya riya’. Nanti hidupmu juga bakal boros. Harga BBM kan makin naik.”
“Anu, saya cuma mbonceng mobilnya kakak kok, Pak. Saya nggak begitu jago nyetir”.
“Lamaranmu kutolak. Lha nanti kamu minta diboncengin istrimu juga? Ini namanya payah. Memangnya anakku supir?”
Bisikan, “Ayahh..”
“Kamu merasa ganteng ya?”
“Nggak, Pak. Biasa saja kok”
“Lamaranmu kutolak. Mbok kamu ngaca dulu sebelum melamar anakku yang cantik ini.”
“Tapi pak, di kampung, sebenarnya banyak pula yang naksir kok, Pak.”
“Lamaranmu kutolak. Kamu berpotensi playboy. Nanti kamu bakal selingkuh!”
Sang perempuan kini berkaca-kaca, “Ayah, tak bisakah engkau tanyakan soal agamanya, selain tentang harta dan fisiknya?”
Sang setengah baya menatap wajah sang anak, dan berganti menatap sang pemuda yang sudah menyerah pasrah.
“Nak, apa adakah yang engkau hapal dari Al Qur’an dan Hadits?”
Si pemuda telah putus asa, tak lagi merasa punya sesuatu yang berharga. Pun pada pokok soal ini ia menyerah, jawabnya, “Pak, dari tiga puluh juz saya cuma hapal juz ke tiga puluh, itu pun yang pendek-pendek saja. Hadits pun cuma dari Arba’in yang terpendek pula.”
Sang setengah baya tersenyum, “Lamaranmu kuterima anak muda. Itu cukup. Kau lebih hebat dariku. Agar kau tahu saja, membacanya saja pun, aku masih tertatih.”
Mata sang pemuda ikut berkaca-kaca.
(Bukankah semua akan indah jika berakhir happy ending? Piss ah!)
*Catatan dari teman saya? -David Malaikat Jalanan-
Minggu, 04 Juli 2010
JILBAB -cantik dunia-akhirat-

1. Selamat dari adzab Alloh (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari)
Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki padahal wanita pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada jaman sekarang??? Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini telah terbukti dengan tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).
3. Memelihara kecemburuan laki-laki
Sifat cemburu adalah sifat yang telah Alloh subhanahu wata’ala tanamkan kepada hati laki-laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam.
“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim)
Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika terjadi pelecehan tidak ada yang akan membela.
4. Akan seperti biadadari surga
“Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: 56)
“Mereka laksana permata yakut dan marjan.” (QS. Ar-Rahman: 58)
“Mereka laksan telur yang tersimpan rapi.” (QS. Ash-Shaffaat: 49)
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga.
Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.
5. Mencegah penyakit kanker kulit
Kanker adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh berubah sifatnya. Kanker kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang disebabkan oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan sebagainya.
Penelitian menunjukkan kanker kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV) yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanker ini banyak menyerang orang berkulit putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.
Kanker tidaklah membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita. Hanya saja, wanita memiliki daya tahan tubuh lebih rendah daripada laki-laki. Oleh karena itu, wanita lebih mudah terserang penyakit khususnya kanker kulit.
Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanker kulit adalah dengan menutupi kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit kita dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.
6. Memperlambat gejala penuaan
Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang yaitu lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.
Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari memang penting bagi pembentukan vitamin Dyang berperan penting terhadap kesehatan kulit. Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen dan elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.
Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah.
Krim-krim pelindung kulit pun tidak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari. Sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab.
Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah. Dan jilbab pun memiliki manfaat. Ternyata tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya. Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.
Ternyata jilbab tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya.
Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.
Demikianlah Alloh memberi kasih sayangnya kepada wanita melalui syariat islam yang sempurna. JILBAB adalah kecantikkan dunia dan Akhirat.
-alhmdlh jz kumullohu khoiro-
biasakan mengucap Salam.. (*)

Salah satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat muslim adalah menyebarkan salam. Karena dengannya akan tumbuh rasa saling cinta di antara mereka, biarpun tidak saling mengenal.
Betapa banyak kita temui anjuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita untuk menyebarkan salam. Sebagaimana disampaikan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ. قِيْلَ: مَا هُنَّ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang muslim atas muslim yang lain ada enam.” Beliau pun ditanya, “Apa saja, ya Rasulullah?” Jawab beliau, “Jika engkau bertemu dengannya, ucapkan salam kepadanya. Jika dia memanggilmu, penuhi panggilannya. Jika dia meminta nasihat kepadamu, berikan nasihat kepadanya. Jika dia bersin lalu memuji Allah, doakanlah dia1. Jika dia sakit, jenguklah dia; dan jika dia meninggal, iringkanlah jenazahnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dinukilkan pula oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim )
Beliau juga menjelaskan bahwa ucapan salam merupakan pintu pertama kerukunan dan kunci pembuka yang membawa rasa cinta. Dengan menyebarkan salam, semakin kokoh kedekatan antara kaum muslimin, serta menampakkan syi’ar mereka yang berbeda dengan para pemeluk agama lain. Di samping itu, di dalamnya juga terdapat latihan bagi jiwa seseorang untuk senantiasa berendah diri dan mengagungkan kehormatan kaum muslimin yang lainnya.
Kategori IDOLA KELUARGA MUSLIM?Hmmm
“الأرواح جنود مجندة، فما تعارف منها ائتلف وما تناكر اختلف”
“Ruh-ruh manusia adalah kelompok yang selalu bersama, maka yang saling bersesuaian di antara mereka akan saling dekat, dan yang tidak bersesuaian akan saling berselisih”[1].
Oleh karena itulah, metode pendidikan dengan menampilkan contoh figur untuk diteladani adalah termasuk salah satu metode pendidikan yang sangat efektif dan bermanfaat.
Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah Ta’ala menceritakan kisah-kisah keteladanan para Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjadi panutan bagi orang-orang yang beriman dalam meneguhkan keimanan mereka. Allah Ta’ala berfirman,
{وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}
“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Huud:120).
Ketika menjelaskan makna ayat ini, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Yaitu: supaya hatimu tenang dan teguh (dalam keimanan), dan (supaya kamu) bersabar seperti sabarnya para Rasul ‘alaihimush sholaatu wa salaam, karena jiwa manusia (cenderung) senang meniru dan mengikuti (orang lain), dan (ini menjadikannya lebih) bersemangat dalam beramal shaleh, serta berlomba dalam mengerjakan kebaikan…”[2].
Fenomena Pemilihan Idola dalam Masyarakat
Jika kita memperhatikan kondisi mayoritas kaum muslimin, kita akan mendapati suatu kenyataan yang sangat memprihatikan, karena kebanyakan mereka justru mengagumi dan mengidolai orang-orang yang tingkah laku dan gaya hidup mereka sangat bertentangan dengan ajaran Islam, seperti para penyanyi, bintang film, pelawak dan bintang olah raga. Bahkan mereka lebih mengenal nama-nama idola mereka tersebut dari pada nama-nama para Nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam dan orang-orang yang bertakwa kepada Allah Ta’ala.
Kenyataan ini tentu saja sangat buruk dan berakibat fatal, karena setiap pengidola, tentu akan membeo segala tingkah laku dan gaya hidup idolanya, tanpa menimbang lagi apakah hal itu bertentangan dengan nilai-nilai agama atau tidak, karena toh memang mereka mengidolakannya bukan karena agama, tapi karena pertimbangan dunia dan hawa nafsu semata-mata.
Lebih fatal lagi, jika pengidolaan ini berakibat mereka mengikuti sang idola meskipun dalam hal-hal yang merusak keimanan dan akidah Islam, dan lambat laun sampai pada tahapan mengikuti keyakinan kafir dan akidah sesat yang dianut sang idola tersebut. Karena merupakan watak bawaan dalam jiwa manusia, bahwa kesamaan dalam hal-hal yang lahir antara seorang manusia dengan manusia lainnya, lambat laun akan mewariskan kesamaan dalam batin antara keduanya, disadari atau tidak. Ini berarti jika seorang muslim suka meniru tingkah laku dan gaya hidup orang kafir, maka lambat laun hatinya akan menerima dan mengikuti keyakinan rusak orang kafir tersebut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan dengan keras bahaya perbuatan ini dalam sabda beliau: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka”[3].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah – semoga Allah Ta’ala merahmatinya – berkata, “Sesungguhnya kesamaan dalam (penampilan) lahir (antara dua orang manusia) akan mewariskan kasih sayang, cinta dan loyalitas (antara keduanya) dalam batin/hati, sebagaimana kecintaan dalam hati akan mewariskan kesamaan dalam (penampilan) lahir.
Hal ini dapat dirasakan dan dibuktikan dengan percobaan. Sampai-sampai (misalnya ada) dua orang yang berasal dari satu negeri, kemudian mereka bertemu di negeri asing, maka (akan terjalin) di antara mereka berdua kasih sayang dan cinta yang sangat mendalam, meskipun di negeri asal mereka keduanya tidak saling mengenal atau (bahkan saling memusuhi”[4].
Memilih Teladan dan Idola yang Baik bagi Keluarga
Sebagai seorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tentu kita wajib memilih idola yang baik bagi keluarga kita, yang akan memberi manfaat bagi pembinaan rohani mereka.
Dalam hal ini, idola terbaik bagi seorang muslim adalah Nabi mereka, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang diutus oleh Allah Ta’ala untuk menyempurnakan akhlak yang mulia, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”[5].
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling kuat dan sempurna dalam menjalankan petunjuk Allah Ta’ala, mengamalkan isi al-Qur’an, menegakkan hukum-hukumnya dan menghiasi diri dengan adab-adabnya[6]. Oleh karena itulah Allah Ta’ala sendiri yang memuji keluhuran budi pekerti beliau dalam firman-Nya,
{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung” (QS al-Qalam:4).
Dan ketika Ummul mu’minin ‘Aisyah t ditanya tentang ahlak (tingkah laku) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab, “Sungguh akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah al-Qur’an“[7].
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok teladan dan idola yang sempurna bagi orang-orang yang beriman kepada Allah yang menginginkan kebaikan dan keutamaan dalam hidup mereka.
Allah Ta’ala berfirman,
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS al-Ahzaab:21).
Dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala sendiri yang menamakan semua perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai “teladan yang baik“, yang ini menunjukkan bahwa orang yang meneladani sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti dia telah menempuh ash-shirathal mustaqim (jalan yang lurus) yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah Y[8].
Kemudian setelah itu, idola yang utama bagi seorang mukmin adalah orang-orang yang teguh dalam menegakkan tauhid dan keimanan mereka, sehingga Allah Ta’ala sendiri yang memuji perbuatan mereka sebagai “suri teladan yang baik” dalam firman-Nya,
{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ}
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri (nabi) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya (yang mengikuti petunjuknya); ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah semata” (QS al-Mumtahanah:4).
Ketika mengomentari ayat ini, syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Sesungguhnya keimanan dan pengharapan balasan pahala (dalam diri seorang muslim) akan memudahkan dan meringankan semua yang sulit baginya, serta mendorongnya untuk senantiasa meneladani hamba-hamba Allah yang shaleh, (utamanya) para Nabi dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dia memandang dirinya sangat membutuhkan semua itu” [9].
Demikian pula para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan shaleh yang utama bagi orang yang beriman, karena Allah memuji mereka dalam banyak ayat al-Qur’an, di antaranya firman-Nya,
{مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآَزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا}
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia (para sahabat y) adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi penyayang di antara sesama mereka, kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar” (QS al-Fath:29).
Dalam hal ini, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa di antara kamu yang ingin mengambil teladan, maka hendaknya dia berteladan dengan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena mereka adalah orang-orang yang paling baik hatinya di umat ini, paling dalam pemahaman (agamanya), paling jauh dari sikap berlebih-lebihan, paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya, mereka adalah orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi sahabat nabi-Nya, maka kenalilah keutaman mereka dan ikutilah jejak-jejak mereka, karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk yang lurus”[10].
Menjadikan Diri sebagai Teladan dalam keluarga
Termasuk teladan yang utama bagi kelurga kita adalah diri kita sendiri, karena tentu saja kita adalah orang yang paling dekat dengan mereka dan paling mudah mempengaruhi akhlak dan tingkah laku mereka. Maka menampilkan teladan yang baik dalam sikap dan tingkah laku di depan anggota keluarga adalah termasuk metode pendidikan yang paling baik dan utama. Bahkan para ulama menjelaskan bahwa pengaruh yang ditimbulkan dari perbuatan dan tingkah laku yang langsung terlihat terkadang lebih besar dari pada pengaruh ucapan[11].
Hal ini disebabkan jiwa manusia itu lebih mudah mengambil teladan dari contoh yang terlihat di hadapannya, dan menjadikannya lebih semangat dalam beramal serta bersegera dalam kebaikan[12].
Dalam hal ini, imam Ibnul Jauzi membawakan sebuah ucapan seorang ulama salaf yang terkenal, Ibarahim al-Harbi[13]. Dari Muqatil bin Muhammad al-’Ataki, beliau berkata, Aku pernah hadir bersama ayah dan saudaraku menemui Abu Ishak Ibrahim al-Harbi, maka beliau bertanya kepada ayahku: “Mereka ini anak-anakmu?”. Ayahku menjawab: “Iya”. (Maka) beliau berkata (kepada ayahku): “Hati-hatilah! Jangan sampai mereka melihatmu melanggar larangan Allah, sehingga (wibawamu) jatuh di mata mereka“[14].
Syaikh Bakr Abu Zaid, ketika menjelaskan pengaruh tingkah laku buruk seorang ibu dalam membentuk kepribadian buruk anaknya, beliau berkata, “Jika seorang ibu tidak memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), tidak menjaga kehormatan dirinya, sering keluar rumah (tanpa ada alasan yang dibenarkan agama), suka berdandan dengan menampakkan (kecantikannya di luar rumah), senang bergaul dengan kaum lelaki yang bukan mahramnya, dan lain sebagainya, maka ini (secara tidak langsung) merupakan pendidikan (yang berupa) praktek (nyata) bagi anaknya, untuk (mengarahkannya kepada) penyimpangan (akhlak) dan memalingkannya dari pendidikan baik yang membuahkan hasil yang terpuji, berupa (kesadaran untuk) memakai hijab (pakaian yang menutup aurat), menjaga kehormatan dan kesucian diri, serta (memiliki) rasa malu, inilah yang dinamakan dengan ‘pengajaran pada fitrah (manusia)’ “[15].
Pengaruh Positif Teladan yang Baik bagi Keluarga
Di antara pengaruh positif teladan yang baik adalah hikmah yang Allah Ta’ala sebutkan dalam ayat tersebut di atas:
{وَكُلا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ}
“Dan semua kisah para rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Huud:120).
Dalam ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa kisah-kisah dalam al-Qur’an tentang ketabahan dan kesabaran para Nabi ‘alaihimush shalaatu wa salaam dalam memperjuangkan dan mendakwahkan agama Allah sangat berpengaruh besar dalam meneguhkan hati dan keimanan orang-orang yang beriman di jalan Allah Ta’ala.
Ketika menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah Ta’ala berfirman: semua yang kami ceritakan padama tentang kisah para rasul yang terdahulu bersama umat-umat mereka, ketika mereka berdialog dan beradu argumentasi (dengan umat-umat mereka), ketabahan para Nabi dalam (menghadapi) pengingkaran dan penyiksaan (dari musuh-musuh mereka), serta bagaimana Allah menolong golongan orang-orang yang beriman dan menghinakan musuh-musuh-Nya (yaitu) orang-orang kafir, semua ini adalah termasuk perkara yang (membantu) meneguhkan hatimu, wahai Muhammad, agar engkau bisa mengambil teladan dari saudara-saudaramu para Nabi yang terdahulu”[16].
Imam Abu Hanifah pernah berkata: “Kisah-kisah (keteladanan) para ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai dari pada kebanyakan (masalah-masalah) fikh, karena kisah-kisah tersebut (berisi) adab dan tingkah laku mereka (untuk diteladani)” [17].
Demikian pula termasuk manfaat besar teladan yang baik bagi keluarga adalah menumbuh suburkan rasa kagum dan cinta dalam diri mereka kepada orang-orang bertakwa dan mulia di sisi Allah Ta’ala, yang ini merupakan sebab utama meraih kemuliaan yang agung di sisi Allah Ta’ala, yaitu dikumpulkan bersama orang-orang shaleh tersebut di surga kelak, karena seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya pada hari kiamat nanti.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Engkau bersama orang yang kamu cintai (di surga kelak)”. Sahabat yang mulia, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, yang meriwayatkan hadits ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, berkata: “Kami (para sahabat) tidak pernah merasakan suatu kegembiraan (setelah masuk Islam) seperti kegembiraan kami sewaktu mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Engkau bersama orang yang kamu cintai (di surga kelak)”, maka aku mencintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr dan Umar radhiyallahu ‘anhuma, dan aku berharap akan (dikumpulkan oleh Allah Ta’ala) bersama mereka (di surga nanti) karena kecintaanku kepada mereka, meskipun aku belum mengerjakan amalan seperti amalan mereka”[18].
Penutup
Demikianlah, semoga Allah Ta’ala senantiasa memudahkan kita untuk mengambil teladan dan petunjuk yang baik dari kisah-kisah para Nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam dalam al-Qur’an, serta memuliakan kita dengan dikumpulkan di surga kelak bersama para Nabi, para shidiq, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shaleh, Amin.
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا}
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan (dikumpulkan) bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” (QS an-Nisaa’:69).
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id
Andai ku tahu kpn tiba ajaL-ku?

Sebagaimana Firman Allah Swt :
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذا جاءَ أَجَلُهُم لا يَستَأخِرونَ ساعَةً ۖ وَلا يَستَقدِمونَ
Artinya :Tiap2 umat akan menemui ajalnya,maka ketika ajal tiba, tak ada seorangpun yg mampu mengakhirkan ataupun meminta didahulukan.(Al-A'raf 34)
Seandainya kita tahu bahwa hari ini hari terakhir kita, Apa yang hendak kita kerjakan?
o Apakah kita akan mengingat dosa dan bersimpuh untuk bertaubat nasuha dengan memperpanjang sujud dan istighfar?
o Apakah kita akan membersihkan rumah dari barang haram yang membuat malu didunia dan menjadi beban di akhirat?
o Apakah kita akan menegakkan sholat dengan berjamaah dimasjid, dengan tuma’ninah dan sekusyuk mungkin, dan tidak akan beranjak sebelum melantunkan dzikir yang menggetarkan hati?
o Apakah kita akan meminta maaf kepada orang yang telah kita dzalimi, baik dalam ucapan, perilaku maupun dalam hal harta?
o Apakah kita akan menyampaikan amanah yang dititipkan kepada kita, kepada mereka yang berhak?
o Apakah kita akan banyak membaca Al Qur’an, setelah sekian lama kita tinggalkan?
o Apakah kita akan memperbanyak sedekah kepada orang yang membutuhkan?
o Apakah kita akan menjauhi segala dosa dan segala hal yang tidak berguna?
Jika demikian, mengapa tidak kita kerjakan mulai sekarang? Bukankah, bisa jadi ini hari terakhir kita?
Bukankah Rasulullah SAW telah bersabda, “Sesungguhnya, amal ( yang paling menentukan) adalah amal terakhirnya”.(HR.Bukhari).
Smoga Allah SWT berkenan memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang khusnul khatimah. Amin! Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
INGATLAH Firman Allah Swt berikut ini :
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu pasti berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan sholeh”. (QS. AL-Ashr : 1-3).
Rasulullah Shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk-bentuk dan harta-harta kalian tetapi Allah melihat kepada hat-hati dan amalan-amalan kalian”. (HR. Muslim)
*Ingatlah bahwa perubahan harus dimulai dari diri sendiri? memang gampang sekali teorinya tp prakteknya amatlah sulit butuh proses yg panjang dgn penuh kesabaran dan keikhlasan hati? utk itu kita harus paksakan diri kita masing2 utk melakukan perubahan? -klo tidak skrg lalu nunggu kapan lg?-Hmmm- sebagaimana firman Alloh di bwh ini:
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ......
“... Lihat SelengkapnyaSesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mrk merubah keadaan yg ada pada diri mrk sendiri” (Qs. ar Ra’d(13) : 11).
كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَڪُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلۡغُرُورِ
“Setiap jiwa pasti merasakan kematian, sesungguhnya pahala atas amal-amal kalian hanya akan disempurnakan pada hari kiamat kelak. Barangsiapa yang dibebaskan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka sungguh dia telah beruntung, sedangkan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yg menipu.” (QS. Ali Imran(3): 185).
إِنَّ اللّهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيعَادَ.....
“Sesungguhnya Alloh tidak mengingkari janji” (Qs. Ali Imran(3): 9)
*Mari kita sebarkan terus virus2 kebaikan bg kemaslatan umat :)
-alhmdlh jz kumullohu khoiro-
Jumat, 02 Juli 2010
Dilema?
''kalau laki-laki yang menikah lebih dari satu disebut apa ya?'' dan dijawab oleh yang lain ''mungkin itu adalah penghuni neraka''. Piss, ah.. Masa menjadi pelaku poligami lalu masuk neraka..?
''pintu surga itu banyak dan semoga saya bisa masuk surga tidak melalui pintu itu (poligami)''. Ada juga yang berkomentar ''kalau jadi lilin aja belum mampu menyinari kamar, bagaimana menjadi matahari yang harus membagi sinarnya ke planet lain?'' Sebuah perumpamaan yang cukup dalam maknanya.
"Kalo ditanya, mau madu apa racun? Pasti jawabannya ''madu''. Tapi kalo ditanya, mau dimadu apa mau diracun, jawabannya ''diracun ga mau, dimadu juga ga mau''?
Antara madu dan racun ?
Poligami atau menikah lebih dari satu orang perempuan, adalah kata-kata yang banyak disukai oleh kaum pria tapi dibenci oleh kaum wanita (lhoo..!) Hal ini bukan karena berat dalam pelaksanaannya, tapi karena ini melibatkan hati. Hati dimana seorang perempuan yang tidak rela jikalau laki-laki yang begitu dicintainya, berbagi cintanya dengan perempuan lain. Kalau kata pepatah Arab, ''itu pohon kurma kalau dijadikan sandaran, langsung kering akibat panasnya hati''.
Ketidakrelaan perempuan untuk dimadu bukan hanya milik perempuan zaman sekarang. Sejak dari dulu, mungkin, jikalau ada catatan sejarahnya, diadakan polling pendapat soal poligami, tentu hasilnya sangat mengejutkan. Tapi, sesuai dengan budaya masing-masing daerah, masing-masing negara, masing-masing bangsa, poligami seolah menjadi hal yang tidak bisa dihindari.
Mungkin ada yang pernah mendengar cerita bahwa di pedalaman Papua sana, di Afrika, para raja-raja di Indonesia, di Eropa, China dan lain sebagainya, orang-orang yang punya kuasa dan harta, mereka punya istri lebih dari satu. Istrinya disebut Permaisuri dan anak yang dilahirkannya akan menjadi Pangeran atau Putra Mahkota. Lalu perempuan yang lainnya yang menjadi istri sang penguasa disebut selir.
Kembali ke bahasan..
Banyak yang mengira bahwa poligami itu adalah pelaksanaan dari ''sunnah Rasul''. Entah dari mana pendapat itu bermuasal, tapi tampaknya mereka hanya melihat bahwa karena Nabi SAW memang banyak istrinya, maka ''boleh dong'' para laki-laki juga ''mengikuti jejak dalam rangka mengikuti sunnah''.
Bunda bercerita pada saya bahwa menurut para ''ulama, sebab seseorang itu menikah lagi ada tiga :
Pertama, karena ia orang yang berilmu, dalam artian bahwa dengan ilmunya ia akan bisa berlaku adil, ia akan bisa berlaku tidak berat sebelah, bisa menempatkan semua istrinya secara proporsional.
Kedua, karena orang itu punya harta yang cukup untuk membiayai kehidupannya dengan istri-istrinya. Jadi tiap-tiap istri diberikan rumah, kendaraan, uang belanja yang sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing.
Ketiga, karena gila. Lho, kenapa begitu? Karena kalau dia itu sudah tidak berilmu, juga tidak punya harta, kok berani-beraninya punya istri lebih dari satu? Apa ngga dibilang, ''gila lo ye, satu aja udah ngos-ngosan nyariin duit..!''
Tapi.. ada tapinya nih.. Tukang becak di depan rumah itu, ternyata dia punya istri dua. Entah bagaimana ceritanya, tapi memang pernah si tukang becak bercerita, sambil malu-malu, mengakui bahwa dia saat itu sedang butuh uang karena salah satu istrinya sedang sakit. Salah satunya? Dijawab, iya istrinya ada dua. Hidup dalam satu rumah kontrakan dan rukun sentosa selalu. Saling mendukung bahu membahu membantu suaminya meningkatkan penghasilan dengan berdagang.
Kok bisa ya? Seorang tukang becak yang bisa dikatakan ''kurang berilmu'' apalagi berharta. Apa dia gila ya? Tentu saja tidak. Karena taqdir? Wah, kalau bicaranya ujungnya ke situ, cukup dijawab Maa Syaa Allah.. apapun yang memang menjadi kehendak dari Allah, sang Maha Berkehendak.
Tukang ojek dekat rumah juga ada yang bercerita dengan wajah polos dan merendah, bahwa dia punya istri tiga..! Saya sampai terperangah mendengarnya. Bagaimana bisa dia punya ''kisah sukses'' sampai beristrikan tiga seperti itu? Tidak terbetik dalam hati saya untuk mengikuti jejak si tukang ojek. Saya cukup tahu diri untuk tidak coba-coba akan hal itu. Saya ini kurang berilmu dan tidak berharta. Yang ada cuma ''gila'' kalau-kalau saya berani berpoligami.
Seorang komentator status mengatakan begini, ''Poligami salah satu hal untuk mencegah perzinaan dan maksiat wanita. Sesungguhnya bila wanita itu menyadari dia telah mencegah maksiat bila ikhlas suaminya menikah lagi'' serta ''Yang penting tujuannya apa? Karena nafsu, kasihan, harta, cinta atau karena sunnah rasul. Kalau satu istri sudah mencukupi kenapa harus nikah lagi, harus selalu bersyukur''.
Karena sunnah Rasul, itu kebanyakan yang menjadi alasan seseorang berpoligami. Seolah karena Nabi SAW memang punya istri banyak, lalu menjadi ''keharusan mengikuti sunnah''. Hehehe.. itu sih memang hak pribadi, asal memang seperti kriteria para ''ulama tadi, yaitu berilmu dan berharta.
Adalah memang ketika seorang perempuan dimadu, rasa sakit hati yang mendera karena cinta suaminya dibagi, lalu menimbulkan pikiran dan perasaan yang kadang membuat si perempuan bersikap berlebihan. Ada kasus dimana istri tuanya menganggap bahwa istri mudanya adalah bukan perempuan baik-baik karena merebut suami orang. Bahkan yang ekstrim, sampai dikatain ''pelacur''..! Soal ini, saya tidak bisa berkomentar karena rasa sakit hati itu kadang membuat hilang akal sehat.
Jangankan si suami melakukan poligami, berniat saja sudah bisa-bisa palang pintu pindah ke jidat, kalau kata teman saya. Bahkan perceraian menjadi jalan keluar bagi seorang istri yang tidak rela bila cintanya pada suaminya harus dibagi dengan perempuan lain. Kecemburuan akan adanya ''si dia yang lain'' yang membakar hati, membuat gelap mata. Di beberapa kisah, istri muda ada yang sampai disiksa oleh istri tua. Ada yang sampai diguyur air keras dan ada pula yang berujung kematian.
Seorang suami yang sukses sebagai pengusaha, duitnya banyak. Lalu ia berniat menikah lagi dan direstui oleh istri tuanya. Awalnya berjalan baik sampai akhirnya istri tuanya tidak kuat. Yang menjadi perkara di sini bukan masalah hati karena cemburu, tapi karena ternyata kelakuan istri mudanya yang menurut dia ''malu-maluin''. Tidak bisa bersikap yang sepadan dengan status serta kedudukan suaminya.
Pernah seseorang bercerita kepada saya tentang sakit hati seorang istri saat ia dimadu. Si istri yang merasa selama ini ia telah bersama dengan suaminya bahu membahu memberi dukungan baik moril maupun materil agar usaha suaminya sukses. Lalu ketika suaminya sudah sukses, tau-tau datanglah perempuan lain yang belum-belum sudah dibelikan ini dan itu oleh suaminya dan dijadikan istri muda. Dan suaminya lebih betah tinggal dengan yang muda. Apapun alasannya, memang sudah menjadi kecenderungan bahwa suami ''punya mainan baru'' lalu yang lama ditinggalkan atau ditelantarkan.
Na''udzubillah min tilka..
Nah, nah, nah, nah.. Kalau nih ya, kalau, seandainya umpamanya misal, istri mudanya berusia yang lebih tua dari istri tuanya, gimana? Hehehe.. si Bunda ketawa..
Penutup
Punya istri lebih dari satu, ada kisah sukses, ada kisah sedih. Ada yang bisa mengatur para istrinya, ada juga yang akhirnya banyak mengalah melihat para istrinya saling gontok-gontokan.
Jadi ingat lagunya Elvy Sukaesih, ''mana mungkin suamiku pulang ke rumahmu'', kenapa? Karena tidak disediakan ''gula-gula'' seperti di rumahnya. Segala kemanisan yang didapat agar suaminya bahagia dan betah menetap di rumahnya. Jadi saling bersaing untuk membahagiakan suaminya, bukan saling mencela, menghina bahkan menyakiti fisik.
Menulis tentang poligami tidak akan pernah selesai. Terlalu banyak akhir kisah yang sedih yang saya anggap karena dua poin dari kata ''ulama tadi, karena kurang ilmu dan harta. Susah untuk mengatur dua kepala yang walau sama hitam rambutnya, tapi punya pikiran masing-masing. Lebih gampang pelihara kucing, yang walau suka berebutan makanan sambil menggeram-geram, mereka tidak sampai berkelahi.
Kalau mau bisa sukses, pertama pilihlah istri yang memang sudah kita persiapkan nantinya untuk dipoligami. Pilih istri yang memang dari tempat yang baik. Kalau istri kita jauh dari agama, pengetahuan minim, hobi hura-hura, dijamin ngga bakalan suskes. Punya istri cantik, siap-siap saja nanti dia minta cerai dan berucap, ''mendingan cerai, toh masih bisa laku''. Jadi jangan yang cantik, yang sedang-sedang saja..
Ini bukan tips lho ya. Kalau memang bisa sukses, alhamdulillah. Kalau ternyata belum bisa sukses, jangan tanya ke saya karena sayapun belum mencoba untuk terapkan itu. Kalaupun ada yang mau dengan saya yang kurang berilmu dan tidak berharta ini.. Perlu dipertanyakan nih.. Dari segi apa mau sama saya..?
Wanita Ibarat...
jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah...
WANITA itu ibarat kaca yang berdebu
...jangan terlalu lembut membersihkannya...
Nanti ia mudah keruh dan ternoda...
bersabarlah bila menghadapinya
terimalah ia dengan keikhlasan
karna ia kaca yang berdebu
Semoga kau temukan dirinya...
BERCAHAYAKAN IMAN...
kedudukan wanita dalam Islam?
Kesesatan dan penyimpangan umat tidaklah terjadi melainkan karena jauhnya mereka dari petunjuk Allah dan dari ajaran yang dibawa oleh para nabi dan rasul-Nya. Rasulullah bersabda, “Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, di mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang dengan keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam al-Muwaththa’ kitab Al-Qadar III)
Sungguh telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an betapa pentingnya peran wanita, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan, mapun sebagai anak. Demikian pula yang berkenaan dengan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya. Adanya hal-hal tersebut juga telah dijelaskan dalam sunnah Rasul.
Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah,
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14)
Begitu pula dalam firman-Nya, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548)
Dari hadits di atas, hendaknya besarnya bakti kita kepada ibu tiga kali lipat bakti kita kepada ayah. Kemudian, kedudukan isteri dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa seseorang (suami) telah dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan menjadikan rasa kasih dan sayang di antara kalian.” (QS. Ar-Rum: 21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir -semoga Alah merahmatinya- menjelaskan pengertian firman Allah: “mawaddah wa rahmah” bahwa mawaddah adalah rasa cinta, dan rahmah adalah rasa kasih sayang.
Seorang pria menjadikan seorang wanita sebagai istrinya bisa karena cintanya kepada wanita tersebut atau karena kasih sayangnya kepada wanita itu, yang selanjutnya dari cinta dan kasih sayang tersebut keduanya mendapatkan anak.
Sungguh, kita bisa melihat teladan yang baik dalam masalah ini dari Khadijah, isteri Rasulullah, yang telah memberikan andil besar dalam menenangkan rasa takut Rasulullah ketika beliau didatangi malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama kalinya di goa Hira’. Nabi pulang ke rumah dengan gemetar dan hampir pingsan, lalu berkata kepada Khadijah, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku khawatir dengan diriku.” Demi melihat Nabi yang demikian itu, Khadijah berkata kepada beliau, “Tenanglah. Sungguh, demi Allah, sekali-kali Dia tidak akan menghinakan dirimu. Engkau adalah orang yang senantiasa menyambung tali silaturahim, senantiasa berkata jujur, tahan dengan penderitaan, mengerjakan apa yang belum pernah dilakukan orang lain, menolong yang lemah dan membela kebenaran.” (HR. Bukhari, Kitab Bad’ al-Wahyi no. 3, dan Muslim, Kitab al-Iman no. 160)
Kita juga tentu tidak lupa dengan peran ‘Aisyah. Banyak para sahabat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, menerima hadits darinya berkenaan dengan hukum-hukum agama.
Kita juga tentu mengetahui sebuah kisah yang terjadi belum lama ini berkenaan dengan istri Imam Muhammad bin Su’ud, raja pertama kerajaan Arab Saudi. Kita mengetahui bahwa isteri beliau menasehati suaminya yang seorang raja itu untuk menerima dakwah Imam al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab. Sungguh, nasehat isteri sang raja itu benar-benar membawa pengaruh besar hingga membuahkan kesepakatan antara Imam al-Mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab dengan Imam Muhammad bin Su’ud untuk menggerakkan dakwah. Dan -alhamdulillah— kita bisa merasakan hasil dari nasehat istri raja itu hingga hari ini, hal mana aqidah merasuk dalam diri anak-anak negeri ini. Dan tidak bisa dipungkiri pula bahwa ibuku sendiri memiliki peran dan andil yang besar dalam memberikan dorongan dan bantuan terhadap keberhasilan pendidikanku. Semoga Allah melipat gandakan pahala untuknya dan semoga Allah membalas kebaikannya kepadaku tersebut dengan balasan yang terbaik.
Tidak diragukan bahwa rumah yang penuh dengan rasa cinta, kasih dan sayang, serta pendidikan yang islami akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Dengan izin Allah seseorang yang hidup dalam lingkungan rumah seperti itu akan senantiasa mendapatkan taufik dari Allah dalam setiap urusannya, sukses dalam pekerjaan yang ditempuhnya, baik dalam menuntut ilmu, perdagangan, pertanian atau pekerjaan-pekerjaan lain.
Kepada Allah-lah aku memohon semoga Dia memberi taufik-Nya kepada kita semua sehingga dapat melakukan apa yang Dia cintai dan Dia ridhai. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan sahabat-sahabatnya.
Wanita Racun Dunia, Benarkah?
Jadi mana yang benar?
Bagi orang punya pengalaman buruk dengan yang namanya wanita, misal pernah diputusin, diselingkuhin dan dikhianati oleh seorang wanita, pasti akan dengan tegas mengatakan bahwa wanita itu memang “racun dunia” tapi… bagi mereka yang punya istri setia, cantik, baik hati dan tentunya berbudi pekerti luhur tentu akan sangat tidak setuju kalau wanita itu disebut racun dunia, baginya wanita itu adalah hidup dan mati, mutiara hati yang mesti selalu dilindungi dan disayangi.
Sekali lagi, mana yang benar?
Sangat tidak adil bila kita memandang bahwa semua wanita itu racun dunia hanya karena sikap jelek segelintir wanita, sebab masih banyak kok di dunia ini wanita-wanita yang punya budi pekerti luhur dan tentunya wanita yang memang layak dan pantas untuk dicintai dan disayangi oleh kaum laki-laki.
Wanita itu ibarat mutiara terpendam, untuk mengetahui dan mendapatkan kecantikan yang sesungguhnya kita harus menyelam sampai ke dasar samudera hatinya sebab kalau kita hanya melihat di permukaannya tanpa membuka tabir di balik hatinya, tentulah yang akan kita dapatkan adalah kecantikan semu yang kadang menipu. Dan itulah yang banyak dialami oleh kita, seringkali kita memandang wanita dari sisi luarnya saja tanpa mau menyelam, menerjang ombak dan menghadapi badai untuk mengetahui keindahan mutiara sampai ke dasar hatinya, hingga tak mengherankan terkadang dengan mudahnya kita mengatakan bahwa wanita itu racun dunia.
Jadi, apakah benar wanita itu racun dunia?
Wanita, Madu Dunia ( amiiinn..) ??
Ini nih syarat2nya?Hmmm :
1. Seorang wanita yang berbudi pekerti baik dan dapat menentramkan jiwa suami atau calon suaminya. Rasululloh SAW bersabda : Perempuan terbaik ialah yang menyenangkan bila dipandang (suaminya), yang penurut bila suaminya memerintah, yang tidak menentang (ketika suami menginginkan bersenang-senang), dan tidak mengalokasikan hartanya dengan cara yang tidak disukai suaminya. Hadist ini menandakan betapa indahnya seorang wanita, yang mampu menentramkan hati sang suami di kala gundah.
2. Wanita yg tidak matrealistis, diakui atau tidak ini sangat sulit menemukan wanita yang tidak selalu menilai sesuatu diukur dengan materi. Maka dari itu, jika seorang wanita mampu menjaga dan mengendalikan nafsu materialisnya, maka dialah perhiasan dunia.
3. Wanita yang tidak membuka auratnya, yang tidak mau auratnya di eksploitasi untuk dipertontonkan di depan publik, apalagi untuk kepentingan bisnis, atas nama iklan lah, cover girl lah apalagi kontes kecantikan. Wanita madu dunia akan merasa malu seandainya auratnya diumbar di depan umum.
4. Wanita yang sanggup menjadikan rumahnya laksana surga. Rasululloh SAW bersabda, “ wanita yang mengurus rumahnya, senantiasa taat pada suami, dan mengasuh anak-anaknya, maka nilainya sama dengan orang yang berjihad ke medan perang. Wanita seperti ini umumnya enggan keluar rumah apabila tidak ada keperluan yang mengharuskannya keluar rumah. Dia sadar bahwa apabila dirinya keluar rumah, setan akan terus menguntitnya. Seperti sabda Nabi, Wanita adalah aurat (membangkitkan syahwat lawan jenisnya). Jika ia keluar, maka setan selalu mengintainya.
5. Wanita yang tidak suka ghibah atawa bergosip. Dia tidak suka bertutur hal-hal yang tidak bermanfaat. Wanita madu dunia tak ubahnya lebah, yang tidak suka hinggap di tempat kotor. Dia juga selalu memilih makanan yang halal dan baik, mengeluarkan sesuatu yang bermanfaat. Itulah wanita madu dunia sejati. Wahai kaum wanita, apabila anda dapat berperilaku sesuai dengan 5 kriteria di atas, maka di akhirat nanti, anda akan menjadi ratunya bidadari-bidadari surga? Amiinn...
Cermin diri...
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا
“Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri.” (Fushilat: 46)
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari agama dan mengamalkannya. Bukan menjadi orang yang sibuk memerhatikan orang lain sementara dia melupakan keselamatan dirinya. Ketahuilah, setiap orang selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia akan melakukan berbagai aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk menjalankan ketaatan, berarti dia telah menjual dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sedangkan orang yang melakukan aktivitasnya untuk berbuat kemaksiatan maka sesungguhnya dia telah mencelakai dirinya sendiri.