Selasa, 21 September 2010

Lidah tak bertulang

Lidah Tak Bertulang *kalo bertulang susah ngomong donk? :D *. Pastinya sudah banyak yang mengetahui istilah tersebut. Karena tak bertulang inilah maka lidah bebas bergoyang dan bergerak di dalam mulut. Lidah mudah dan bebas bergerak, dalam hal ini mengatakan atau mengucapkan sesuatu yang menyenangkan orang lain, tetapi juga bisa dengan mudahnya mengucapkan sesuatu yang bisa menyakiti orang lain.
Sebagai orang yang beriman, sudah sepatutnya kita harus pandai-pandai menjaga lidah, mulut dan lisan kita dari menyakiti orang lain. Di sekitar kita sudah berapa banyak orang yang celaka karena ketidakmampuan menjaga lidah, mulut dan lisannya? Sudah berapa banyak persahabatan yang rusak, persaudaraan yang hancur, pernikahan yang berantakan hanya karena tidak mampu menjaga dan mengendalikan lidah dan lisannya?
Benarlah apa kata pepatah Arab di atas bahwa keselamatan seseorang bergantung sejauh mana manusia pandai menjaga lidahnya.

Bahkan ketidakmampuan menjaga lidah dan lisan bisa menghilangkan pahala puasa seseorang. Rasulullah saw. bersabda,
Bukanlah puasa itu hanya dari makan dan minum melainkan puasa itu dari perkataan kotor dan keji. (HR. Ibnu Khuzaimah)
Agar tidak merugi dan juga menyakiti orang lain, sudah sewajarnya kalo kita berusaha memperbaiki dan menjaga lidah kita. Beberapa cara di bawah ini mungkin bisa kita terapkan dalam usaha menjaga lidah kita.
01. Berkata yang baik atau diam
Diceritakan dari Abu Hurairah ra., ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa berimana kepada ALLAH dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tamunya, dan barang siapa beriman kepada ALLAH dan hari akhir, maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
02. Menghindari fitnah atau ghibah
Fitnah adalah mengatakan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh seseorang, sedangkan apabila seseorang itu mengatakan tentang orang lain yang pernah dilakukannya namun jika kata-kata tersebut didengar ia marah, maka itu namanya ghibah.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat [49]: 12)
03. Berhati-hati saat berbicara
“Kalau pedang lukai tubuh, masih ada harapan sembuh, tapi kalau lidah lukai hati, kemana obat hendak dicari”
Sering terjadi kita keceplosan saat berbicara, hal-hal yang seharusnya tidak dikatakan terlanjur meluncur bebas dai mulut kita. Misalnya, kita bermaksud bercanda tetapi ternyata kata-kata yang kita ucapkan ternyata menyinggung orang lain atau bahkan membuatnya sakit hati dan kesal, sehingga membuat suasana menjadi tidak enak. Oleh karena itulah kita harus berhati-hati saat berbicara.
04. Tidak berdusta
Kamu harus berkata jujur, karena sesungguhnya kejujuran itu menuntun kepada kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu menuntun ke surga, da n tidak henti-hentinya seseorang berkata jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia dicatat di sisi ALLAH sebagai ahli jujur. Dan jauhilah dusta, karena sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu menuntun ke neraka, dan tidak henti-hentinya seseorang berdusta dan berusaha berdusta sehingga ia dicatat di sisi ALLAH sebagai ahli dusta.
(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad dari Abdullah bin Mas’ud)
05. Jangan suka mengadu domba
Adu domba ini bukan adu hewan domba sebagai atraksi yang biasa ditemukan di daerah Garut.. :D . Adu domba dalam istilah bahasa Arab disebut Namimah. Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan bahwa namimah adalah mengutip suatu perkataan dengan tujuan untuk mengadu domba antara seseorang dengan si pembicara. Adapun Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalaani rahimahullah mengatakan bahwa namimah tidak khusus itu saja. Namun intinya adalah membeberkan sesuatu yang tidak suka untuk dibeberkan. Baik yang tidak suka adalah pihak yang dibicarakan atau pihak yang menerima berita, maupun pihak lainnya. Baik yang disebarkan itu berupa perkataan maupun perbuatan. Baik berupa aib ataupun bukan.
Coba kita lihat konsekuensi yang akan diterima bagi orang-orang yang suka melakukan namimah berdasarkan sabda Rasulullah saw.,
Tidak akan masuk surga bagi Al Qattat (tukang adu domba). (HR. Al Bukhari)
(suatu hari) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati dua kuburan lalu berkata, lalu bersabda, “Sesungguhnya penghuni kedua kubur ini sedang diadzab. Dan keduanya bukanlah diadzab karena perkara yang berat untuk ditinggalkan. Yang pertama, tidak membersihkan diri dari air kencingnya. Sedang yang kedua, berjalan kesana kemari menyebarkan namimah. (HR. Al-Bukhari)
Salaamatul ‘insaani fii hifzhil lisaan (Keselamatan seseorang bergantung sejauh mana manusia pandai menjaga lidahnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar