Menggelar kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) bukan lagi sebatas wacana. Pengusaha Arifin Panigoro, melalui Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional Indonesia (GRSNI) tampaknya benar-benar serius dan sudah merintis jalan untuk mewujudkan kompetisi tandingan Liga Super Indonesia atau Indonesia Super League (ISL) milik PSSI.
Sejumlah langkah, seperti berkomunikasi dengan FIFA, AFC, Kepolisian RI dan klub-klub peserta Liga Super Indonesia sudah dilakukan. Bahkan banyak klub besar yang berkiprah di ISL menyatakan bersedia terlibat di LPI.
Kabarnya ada 20 klub menyatakan kesediaannya. Benarkah? "Wah itu gosipnya bukan keluar dari mulut saya yah," jelas Arya Abhiseka, juru bicara GRSNI, di Jakarta, Kamis (30/9).
Arya enggan membeberkan siapa-siapa saja yang bakalan ikut, dengan alasan sudah ada perjanjian dengan para klub untuk tidak membocorkan. Baru Persebaya yang secara lantang menyuarakan ikut bergabung di LPI.
Persebaya menjadi salah satu klub ISL yang turun kasta ke Divisi Utama PSSI musim 2009-2010 lalu.
Penggagas LPI Arifin Panigoro [Antara/Ismar Patrizki]
Namun yang pasti GRSNI mengakui kalau pihaknya sudah menjalin komunikasi intens dengan federasi sepak bola negeri tetangga, seperti Australia. Negeri Kanguru, kata Arya, siap meminjamkan wasit dan ofisial pertandingan ke LPI. "Kami yang akan memberikan jaminan izin kerja ke Imigrasi," imbuhnya.
FIFA maupun AFC, kata Arya, tak melarang adanya kompetisi tandingan ISL di Indonesia. "Sebelum ide LPI ini, di Meksiko, Brazil dan Thailand pernah digelar dua kompetisi bersamaan, dan mereka baik-baik saja," ujarnya.
Lalu bagaimana komunikasi dengan PSSI, apakah sudah dilakukan? "Komunikasi akan kami lakukan kalau wadah untuk LPI ini selesai dibentuk. Sekarang penggodokan wadah untuk LPI sudah 85 persen," tuturnya. Arya pun meyakini kalau LPI bisa digelar di tahun 2010 ini.
Jika LPI nanti digelar, konsep dan sistemnya akan berbeda dengan ISL maupun kompetisi-kompetisi yang pernah dihelat PSSI.
Pertama, hak siar televisi dan sponsor utama liga seluruhnya akan dibagi rata ke klub-klub. Klub-klub peserta LPI dijamin akan menikmati pendapatan hak siar televisi dan sponsor utama yang bernilai miliaran rupiah. Tidak seperti sekarang yang semuanya dikuasai PSSI.
Kedua, PSSI tidak lagi menjadi penyelenggara tunggal LPI, melainkan dipegang oleh PT LPI. PSSI dan para klub peserta akan diberikan masing-masing satu kursi di Komite Eksekutif LPI untuk memastikan kalau aturan FIFA dijalankan dengan baik.
Yang ketiga klub-klub peserta LPI, selain memperoleh hak siar televisi dan sponsor utama, juga akan mendapatkan suntikan dana dari PT LPI sebagai bentuk investasi. Besarannya tergantung dari kebutuhan operasional masing-masing klub sesuai dengan laporan keuangan mereka.
"Konsepnya seperti investasi di unit bisnis. Mereka akan diberikan jangka waktu empat hingga tujuh tahun untuk bisa mendapatkan profit dari kegiatan mereka di LPI," terang Arya.
Jika dalam jangka waktu tersebut para klub tidak juga mandiri atau memperoleh keuntungan dari kegiatan mereka di LPI. Maka PT LPI akan memutus subsidi dana.
LPI juga telah menggarap konsep perjanjian keamanan kompetisi dengan Polri. Arya mengaku pihaknya mendapat respons positif dari Polri.
Soal adanya ancaman PSSI yang akan mencoret keanggotaan klub-klub jika mengikuti LPI, Arya mengatakan kalau hal itu tidak mudah dilakukan. Karena PSSI harus menggelar kongres jika akan mencoret keanggotaan setiap klub.
"Lagian belum pernah ada federasi sepak bola di dunia ini yang memecat anggotanya," kata Arya.
LPI memberikan jaminan finansial dalam bentuk pembagian keuntungan penyelenggaraan LPI secara merata kepada klub-klub. Untuk para pemain yang berlaga di LPI, Arya meyakinkan kalau mereka tak perlu takut tak bisa bergabung dengan Timnas atau dicekal di sejumlah agenda kegiatan PSSI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar