1. Menyikapi keburukan akhlak dan perangai suaminya dengan penuh kesabaran.
2. Tidak bahagia jika melihat suaminya sedih, dan tidak sedih ketika suaminya gembira.
3. Yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata yang baik, sebagai pengamalan terhadap firman Allah SWT, ...“Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia” (QS. Al-Baqarah [2]: 83)
4. Tidak membalas tindakan buruk suaminya dengan keburukan serupa, tetapi membalasnya dengan kebaikan, karena mengaharapkan pahala-Nya. Karena baginya, sesuatu yang di sisi Allah SWT lebih baik dan lebih abadi.
5. Bersegera mencari keridhaannya. Jika suaminya marah, dia tidak menunggu suaminya menyapa lebih dahulu, karena dia mengamalkan sabda Rasulullah SAW,
وَنِسَاؤُكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ الْوَدُوْدُ الوَلُوْدُ الْعَئُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا, الَّتِي إِذَا غَضِبَ جَائَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِي يَدِ زَوْجِهَا وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوْقُ غَمْضًا حَتَّى تَرْضَى.
“Dan istri-istri kalian yang menjadi penghuni surga adalah yang penyayang, banyak melahirkan anak, dan segera kembali pada suaminya. Yaitu jika suaminya marah, dia mendatanginya dengan meletakkan tangannya di tangan suaminya seraya berkata, “Saya tidak bisa tidur nyenyak sampai engkau ridha.”
Alangkah indahnya seorang wanita yang berakhlak baik,
yang mengukur dunia dan seisinya dengan akhlaknya.
Alangkah indahnya seorang wanita lemah lembut dan tenang, yang patuh pada Tuhan dan suaminya.
Alangkah indahnya seorang wanita rendah hati, yang hatinya tidak tersentuh rasa sombong, ujub, dan pengkhianatan.
Alangkah indahnya seorang wanita rendah hati, yang memiliki suara lembut.
Alangkah indahnya seorang wanita yang selalu berbaik sangka terhadap suaminya.
Alangkah indahnya seorang wanita yang jika mendengar suatu perkataan dan perbuatan, akan miningkatkan rasa takutnya kepada Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar