pintu untuk memperbaiki dan membersihkan hati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُ...ّ الْقُلُوبُ
“Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” [Ar-Ra'd: 28]
Penciptaan Hati
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” [An-Nahl: 78]
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” [Al-Hajj: 46]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” [Qaaf: 37]
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
“أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ, أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ.”
“Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa memiliki daerah terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya daerah terlarang Allah di bumi-Nya adalah perkara-perkara yang diharamkan oleh-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Apabila dia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari no. 52. Imam Muslim no. 1599).
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan kelebihan kepada manusia dan memuliakan-nya atas kebanyakan makhluk-Nya, yaitu dengan memberikannya kemampuan untuk mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengenal Allah merupakan keindahan, kesempurna-an, kebanggaan, kebahagiaan, dan ketenteraman manusia di dunia. Juga bekal dan tabungannya di akhirat.
Manusia hanya mampu mengenal Allah dengan hatinya, bukan dengan anggota tubuh yang lain. Hatilah yang mengenal Allah; dialah yang dekat kepada Allah; dialah yang beramal karena Allah; dialah yang berjalan menuju Allah; dan dialah yang mengetahui apa-apa yang ada di sisi Allah. Adapun anggota-anggota tubuh lainnya hanyalah pengikut, pelayan, dan alat bantu baginya.
Hati mempergunakan dan memperkerjakan anggota-anggota tubuh layaknya seorang majikan memperkerjakan seorang budak; layaknya seorang pemimpin memperkerjakan rakyat; dan layaknya seorang manusia mempergunakan alat bantu.
Hatilah yang diterima di sisi Allah apabila dia selamat dari peribadatan kepada selain Allah. Hati pula yang terhalangi dari Allah apabila dia tenggelam di dalam peribadatan kepada selain Allah.
Dialah yang berbahagia dengan kedekatannya kepada Allah, sehingga dia beruntung apabila dia membersihkannya. Dia pula yang merugi dan sengsara apabila dia mengotorinya dan menghinakannya.
Dialah yang patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hakikatnya. Adapun amal-amal ibadah dan tingkah laku yang keluar dari anggota-anggota tubuh adalah cahaya dan pengaruh hati.
Kebaikan-kebaikan bagian luar manusia dan kejelekan-kejelekannya akan nampak terlihat tergantung dengan cahaya dan kegelapan yang ada di dalam hati, karena setiap bejana akan meneteskan apa yang ada di dalamnya. Hati sama seperti tungku yang akan mendidihkan apa yang ada di dalamnya.
Kebaikan dunia dan kerusakannya tergantung dengan aktifitas manusia di dalam kehidupan, karena dia adalah jantung dunia dan penghuninya. Kebaikan tubuh manusia dan kerusakan-nya tergantung dengan kebaikan hati dan kerusakannya pula, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ, أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ.”
“Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa memiliki daerah terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya daerah terlarang Allah di bumi-Nya adalah perkara-perkara yang diharamkan oleh-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Apabila dia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari no. 52. Imam Muslim no. 1599)
Apabila manusia dapat mengenal hatinya, pasti dia dapat mengenali dirinya. Apabila dia telah mengenal dirinya, niscaya dia dapat mengenal Rabbnya.[1] Namun, apabila manusia bodoh terhadap hatinya, maka diapun akan bodoh terhadap dirinya. Apabila dia bodoh terhadap dirinya, sudah pasti dia bodoh terhadap Rabbnya. Barangsiapa yang mengenal Rabbnya, pasti dia dapat mengenal segala sesuatu.
Namun, barangsiapa yang bodoh terhadap Rabbnya, dia pasti bodoh terhadap segala sesuatu.
Barangsiapa yang bodoh terhadap hatinya, maka dia lebih bodoh terhadap yang lainnya. Kebanyakan manusia bodoh terhadap hati mereka, diri mereka sendiri, dan bahkan terhadap Rabb mereka. Hatinya telah dibatasi antara mereka dan antara diri-diri mereka, karena sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu [2]. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya [3] dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.” [Al-Anfaal: 24]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar