اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُه
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيقِهِ الْمُسْتَقِيمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِينِهِ الْقَوِيمِ وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلَى جَنَّةِ النَّعِيمِ وَتَكُونُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُولِي الْفَضْلِ الْجَسِيمِ
Segala puji bagi Allah Swt yang telah menganugrahkan akal pikiran sebagai bekal manusia dalam menjalani hidup.
Allah Swt telah menganugrahkan kepada manusia sesuatu yang begitu berharga, yang bernilai tinggi, yang dapat mengantarkan manusia mencapai kemuliaan melebihi makhluk lainnya. Anugrah tersebut tak lain adalah akal pikiran. Tanpa akal pikiran, manusia hanyalah sosok makhluk yang tak lebih dari seekor hewan, ia tak berbeda dengan kambing, kerbau dan sapi. Allah Swt berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. at-Tiin; 4)
Pembaca yang dirahmati Allah…
Allah Swt memberi anugrah akal kepada manusia untuk mengangkat derajat manusia. Dengan akal ia bisa menemukan jalan, membedakan antara hitam dan putih, antara yang membuatnya selamat atau celaka. Kita diberi akal agar cerdas, kita dianugrahi pikiran agar menjadi pandai. Cerdas dan pandai menurut Rasulullah Saw adalah sebagaimana dijelaskan dalam sabda beliau:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: "Orang cerdas adalah orang yang yang mau memaksa diri beribadah dan beramal untuk (bekal) setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang menganutkan nafsu pada keinginannya, sementara ia berharap (surga) kepada Allah." (HR. Baihaqi)
Anugrah agung ini harusnya tidak kita sia-siakan. Karunia berharga ini mestinya tak kita biarkan berlalu tanpa guna. Kita harus mensyukurinya dengan menggunakannya sesuai tujuan penciptaannya. Kita harus memanfaatkannya secara maksimal untuk menimba dan menuntut ilmu, khususnya ilmu agama. Sebab, ilmu agama adalah kunci kebaikan seseorang. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّههُّ فِي الدِّينِ
Artinya: "Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, Allah akan memintarkannya dalam urusan agama." (HR. Bukhari & Muslim)
Generasi muda muslim yang kami banggakan…
Usia remaja adalah usia yang sangat produktif untuk menuntut ilmu. Tubuh yang masih bugar dan akal pikiran yang masih tajam harus terus di asah selagi kesempatan masih terbuka lebar. Tantangan zaman yang kelak akan kalian hadapi tentu lebih berat dari masa sekarang. Generasi muda sekarang harus bersiap menjadi generasi yang tangguh menatap gelombang badai yang siap menghantam. Generasi muda muslim harus menjadi 'syababul yaum rijalul ghod' (pemuda zaman sekarang, pemimpin masa depan). Karena masa depan agama dan negara tergenggam di tangan, terpikul di atas pundak generasi muda.
Pemuda muslim yang kami banggakan…
Selagi pintu masih terbuka lebar, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin. Tapi, bukan hanya dicari dan disimpan. Setelah diperoleh, ilmu juga harus diamalkan semaksimal mungkin. Dengan mengamalkan ilmu, Allah Swt akan membuka pengetahuan baru tentang hal-hal yang belum diketahui. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ عَمِل بِمَا عَلِمَ وَرَّثَهُ اللَّهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: "Barang siapa mengamalkan apa yang telah ia ketahui, niscaya Allah akan menganugrahkan pengetahuan tentang apa yang belum ia ketahui." (HR. Abu Nu'aim)
Pembaca yang budiman…
Kepada para orang tua khususnya, melihat kenyataan zaman yang kian 'bobrok', moral budaya hidup yang kian merosot, kita harus memberikan perhatian lebih kepada putra-putri kita. Pengawasan yang lebih terhadap pergaulan mereka. Jangan sampai, putra-putri kita turut menjadi korban kebobrokan moral zaman yang kian parah.
Sebagai orang tua, kiranya kita perlu belajar kepada Nabi Ya'qub. Saat mendekati ajal, beliau bertanya kepada putra-putra beliau perihal nasib agama mereka sepeninggal beliau kelak. Akankah mereka tetap memegang teguh agama yang selama ini diajarkannya, ataukah mereka akan kembali mengulangi kesesatan? Kisah ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Artinya: "Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS, al-Baqarah: 133)
Dari kisah itu, kita tahu bahwa perhatian terpenting orang tua kepada anak adalah pada masalah agama dan keselamatan moral putra-putrinya. Bukan hanya pada nasib kehidupan duniawi saja. Bukan harta dunia yang perlu kita wariskan kepada putra-putri kita, melainkan ilmu dan adab sebagai bekal menjalani hidup di zaman yang penuh rintangan dan tantangan. Warisan harta benda cenderung membuat putra-putri tidak rukun karena memperebutkannya, jika mereka tak dibekali ilmu dan adab. Sedangkan warisan ilmu akan menuntunnya menjadi generasi bermoral dan berbudi luhur.
Rasulullah Muhammad Saw juga tidak meninggalkan harta benda sebagai warisan untuk keluarga dan umatnya. Beliau meninggalkan dua perkara yang akan menjadi penuntun umat sepanjang masa, menunjukkan mereka pada jalan keberuntungan dunia akhirat. Dua perkara itu tak lain adalah al-Qur`an dan sunnah Rasul. Rasulullah bersabda:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ
Artinya: "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama kalian tetap berpegang pada keduanya, yaitu Kitabullah (al-Qur`an) dan sunnah Rasulullah." (HR. Malik).
Semoga, kita selalu dianugrahi hidayah dan inayah oleh Allah Swt dalam menjalani segala aktifitas dalam hidup ini. Sehingga, kelak kita akan dapat menjemput keselamatan dan keberuntungan dunia akhirat. Menjemput ridla Allah Swt di akhirat kelak. Amin..
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُه
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيقِهِ الْمُسْتَقِيمِ وَفَقَّهَنَا فِي دِينِهِ الْقَوِيمِ وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلَى جَنَّةِ النَّعِيمِ وَتَكُونُ سَبَبًا لِلنَّظَرِ لِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيمُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُولِي الْفَضْلِ الْجَسِيمِ
Segala puji bagi Allah Swt yang telah menganugrahkan akal pikiran sebagai bekal manusia dalam menjalani hidup.
Allah Swt telah menganugrahkan kepada manusia sesuatu yang begitu berharga, yang bernilai tinggi, yang dapat mengantarkan manusia mencapai kemuliaan melebihi makhluk lainnya. Anugrah tersebut tak lain adalah akal pikiran. Tanpa akal pikiran, manusia hanyalah sosok makhluk yang tak lebih dari seekor hewan, ia tak berbeda dengan kambing, kerbau dan sapi. Allah Swt berfirman:
لَقَدْ خَلَقْنَا الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (QS. at-Tiin; 4)
Pembaca yang dirahmati Allah…
Allah Swt memberi anugrah akal kepada manusia untuk mengangkat derajat manusia. Dengan akal ia bisa menemukan jalan, membedakan antara hitam dan putih, antara yang membuatnya selamat atau celaka. Kita diberi akal agar cerdas, kita dianugrahi pikiran agar menjadi pandai. Cerdas dan pandai menurut Rasulullah Saw adalah sebagaimana dijelaskan dalam sabda beliau:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: "Orang cerdas adalah orang yang yang mau memaksa diri beribadah dan beramal untuk (bekal) setelah mati. Sedangkan orang lemah adalah orang yang menganutkan nafsu pada keinginannya, sementara ia berharap (surga) kepada Allah." (HR. Baihaqi)
Anugrah agung ini harusnya tidak kita sia-siakan. Karunia berharga ini mestinya tak kita biarkan berlalu tanpa guna. Kita harus mensyukurinya dengan menggunakannya sesuai tujuan penciptaannya. Kita harus memanfaatkannya secara maksimal untuk menimba dan menuntut ilmu, khususnya ilmu agama. Sebab, ilmu agama adalah kunci kebaikan seseorang. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللَّّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّههُّ فِي الدِّينِ
Artinya: "Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan baginya, Allah akan memintarkannya dalam urusan agama." (HR. Bukhari & Muslim)
Generasi muda muslim yang kami banggakan…
Usia remaja adalah usia yang sangat produktif untuk menuntut ilmu. Tubuh yang masih bugar dan akal pikiran yang masih tajam harus terus di asah selagi kesempatan masih terbuka lebar. Tantangan zaman yang kelak akan kalian hadapi tentu lebih berat dari masa sekarang. Generasi muda sekarang harus bersiap menjadi generasi yang tangguh menatap gelombang badai yang siap menghantam. Generasi muda muslim harus menjadi 'syababul yaum rijalul ghod' (pemuda zaman sekarang, pemimpin masa depan). Karena masa depan agama dan negara tergenggam di tangan, terpikul di atas pundak generasi muda.
Pemuda muslim yang kami banggakan…
Selagi pintu masih terbuka lebar, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin. Tapi, bukan hanya dicari dan disimpan. Setelah diperoleh, ilmu juga harus diamalkan semaksimal mungkin. Dengan mengamalkan ilmu, Allah Swt akan membuka pengetahuan baru tentang hal-hal yang belum diketahui. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ عَمِل بِمَا عَلِمَ وَرَّثَهُ اللَّهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Artinya: "Barang siapa mengamalkan apa yang telah ia ketahui, niscaya Allah akan menganugrahkan pengetahuan tentang apa yang belum ia ketahui." (HR. Abu Nu'aim)
Pembaca yang budiman…
Kepada para orang tua khususnya, melihat kenyataan zaman yang kian 'bobrok', moral budaya hidup yang kian merosot, kita harus memberikan perhatian lebih kepada putra-putri kita. Pengawasan yang lebih terhadap pergaulan mereka. Jangan sampai, putra-putri kita turut menjadi korban kebobrokan moral zaman yang kian parah.
Sebagai orang tua, kiranya kita perlu belajar kepada Nabi Ya'qub. Saat mendekati ajal, beliau bertanya kepada putra-putra beliau perihal nasib agama mereka sepeninggal beliau kelak. Akankah mereka tetap memegang teguh agama yang selama ini diajarkannya, ataukah mereka akan kembali mengulangi kesesatan? Kisah ini diabadikan oleh Allah dalam firman-Nya:
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ
Artinya: "Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS, al-Baqarah: 133)
Dari kisah itu, kita tahu bahwa perhatian terpenting orang tua kepada anak adalah pada masalah agama dan keselamatan moral putra-putrinya. Bukan hanya pada nasib kehidupan duniawi saja. Bukan harta dunia yang perlu kita wariskan kepada putra-putri kita, melainkan ilmu dan adab sebagai bekal menjalani hidup di zaman yang penuh rintangan dan tantangan. Warisan harta benda cenderung membuat putra-putri tidak rukun karena memperebutkannya, jika mereka tak dibekali ilmu dan adab. Sedangkan warisan ilmu akan menuntunnya menjadi generasi bermoral dan berbudi luhur.
Rasulullah Muhammad Saw juga tidak meninggalkan harta benda sebagai warisan untuk keluarga dan umatnya. Beliau meninggalkan dua perkara yang akan menjadi penuntun umat sepanjang masa, menunjukkan mereka pada jalan keberuntungan dunia akhirat. Dua perkara itu tak lain adalah al-Qur`an dan sunnah Rasul. Rasulullah bersabda:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةِ نَبِيِّهِ
Artinya: "Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara. Kalian tidak akan tersesat selama kalian tetap berpegang pada keduanya, yaitu Kitabullah (al-Qur`an) dan sunnah Rasulullah." (HR. Malik).
Semoga, kita selalu dianugrahi hidayah dan inayah oleh Allah Swt dalam menjalani segala aktifitas dalam hidup ini. Sehingga, kelak kita akan dapat menjemput keselamatan dan keberuntungan dunia akhirat. Menjemput ridla Allah Swt di akhirat kelak. Amin..
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُه
Tidak ada komentar:
Posting Komentar