-Bergulirnya kompetisi sepak bola Liga Primer Indonesia (LPI) ternyata tidak membuat pusing Indonesia Super League (ISL) atau Liga Super Indonesia (LSI), kompetisi yang berada di bawah PSSI.
CEO atau Ketua Eksekutif PT Liga Indonesia yang menyelenggarakan LSI, Joko Driyono, mengatakan jika LPI itu bukan saingan mereka. "Pekerjaan kami jauh lebih banyak," kata Joko.
Bola panas dua kompetisi ini mencapai puncaknya, kemarin, dengan mulai digulirkannya LPI. Partai yang mempertemukan Persema Malang dan Solo FC menjadi laga pembuka di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah. Kompetisi yang digagas pengusaha Arifin Panigoro muncul sebagai liga tandingan. Diikuti 19 klub, LPI mengklaim diri sebagai kompetisi yang lebih baik dari ISL.
Klaim boleh saja dilontarkan. Dukungan juga mengalir pada LPI. Namun ISL tak mau menanggapi berlebihan persoalan kompetisi tandingan itu. Joko mengatakan mereka tidak akan memikirkan soal LPI karena masalah itu bukan ranah kewenangannya.
Menurut Joko, ISL adalah kompetisi yang sah karena berada di bawah naungan asosiasi resmi yaitu PSSI.
"Tidak perlu berbusa-busa bicara soal ini. Kami punya banyak kerjaan di depan. Kami tak mau ambil pusing untuk hal yang minor. Menurut saya ini minor. Kalau kita melihat ini adalah hal yang besar, kita akan kehilangan konsentrasi dan hanya akan menghabiskan energi," kata Joko di kantornya, Jumat lalu.
Joko mengatakan jika dilihat dari organisasi, ISL tak perlu ambil pusing karena LPI adalah urusan PSSI. Sedangkan PT Liga Indonesia berkonsentrasi urusan operasional liga. Mengenai persaingan yang nantinya akan timbul, ia merasa hal itu bukanlah hal baru. "Saya merasakan persaingan dalam usaha adalah pekerjaan kami sehari-hari. Kita siap menghadapi persaingan sekuat apapun," katanya.
Joko juga mengatakan tak takut kehilangan penonton. Saat ini dukungan terhadap LPI cukup tinggi sebagai bentuk protes terhadap PSSI yang menjadi induk ISL. "Tidak ada yang ditakutkan. Berkompetisi bisa dengan siapa saja, entah itu LPI atau apapun namanya. Urusan kita adalah melaksanakan liga, konteksnya industri."
Munculnya LPI sedikit banyak memang mempengaruhi ISL yang sudah bergulir sejak 26 September 2010. Tiga klub, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, dan PSM Makassar dinyatakan mundur sejak 6 Januari karena membelot ke LPI. Alhasil, pelaksaan, jadwal, dan penilaian, terpaksa berubah. Namun, Joko berkeyakinan semua akan berjalan seperti rencana walaupun secara kuantitas ada pengurangan jumlah pertandingan sampai 70-an.
Joko mengatakan secara umum tidak ada perubahan. Sedikit perubahan hanya akan terjadi nanti di putaran kedua, mulai pertengahan Maret nanti. Ini terjadi karena ada sedikit penyesuaian dengan jadwal tiga klub peserta ISL yang akan tampil di AFC Cup (Arema Malang, Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura), Mei mendatang.
"Konsentrasi kita jangan sampai terlarut-larut hanya karena masalah ini, kami harus memproteksi event ini berjalan sampai akhir di 19 Juni nanti. Amanat kami untuk mengelola sebaik-baiknya agar 15 klub ini bisa menyelesaikan liga sampai selesai," kata Joko.
Joko justru menantang kesanggupan LPI membuktikan kemampuannya menggelar kompetisi. "Bebannya ada pada mereka karena kita sudah puluhan tahun. Biarlah waktu dan publik untuk menilai. Saya tidak kawatir," kata Joko.
CEO atau Ketua Eksekutif PT Liga Indonesia yang menyelenggarakan LSI, Joko Driyono, mengatakan jika LPI itu bukan saingan mereka. "Pekerjaan kami jauh lebih banyak," kata Joko.
Bola panas dua kompetisi ini mencapai puncaknya, kemarin, dengan mulai digulirkannya LPI. Partai yang mempertemukan Persema Malang dan Solo FC menjadi laga pembuka di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah. Kompetisi yang digagas pengusaha Arifin Panigoro muncul sebagai liga tandingan. Diikuti 19 klub, LPI mengklaim diri sebagai kompetisi yang lebih baik dari ISL.
Klaim boleh saja dilontarkan. Dukungan juga mengalir pada LPI. Namun ISL tak mau menanggapi berlebihan persoalan kompetisi tandingan itu. Joko mengatakan mereka tidak akan memikirkan soal LPI karena masalah itu bukan ranah kewenangannya.
Menurut Joko, ISL adalah kompetisi yang sah karena berada di bawah naungan asosiasi resmi yaitu PSSI.
"Tidak perlu berbusa-busa bicara soal ini. Kami punya banyak kerjaan di depan. Kami tak mau ambil pusing untuk hal yang minor. Menurut saya ini minor. Kalau kita melihat ini adalah hal yang besar, kita akan kehilangan konsentrasi dan hanya akan menghabiskan energi," kata Joko di kantornya, Jumat lalu.
Joko mengatakan jika dilihat dari organisasi, ISL tak perlu ambil pusing karena LPI adalah urusan PSSI. Sedangkan PT Liga Indonesia berkonsentrasi urusan operasional liga. Mengenai persaingan yang nantinya akan timbul, ia merasa hal itu bukanlah hal baru. "Saya merasakan persaingan dalam usaha adalah pekerjaan kami sehari-hari. Kita siap menghadapi persaingan sekuat apapun," katanya.
Joko juga mengatakan tak takut kehilangan penonton. Saat ini dukungan terhadap LPI cukup tinggi sebagai bentuk protes terhadap PSSI yang menjadi induk ISL. "Tidak ada yang ditakutkan. Berkompetisi bisa dengan siapa saja, entah itu LPI atau apapun namanya. Urusan kita adalah melaksanakan liga, konteksnya industri."
Munculnya LPI sedikit banyak memang mempengaruhi ISL yang sudah bergulir sejak 26 September 2010. Tiga klub, Persema Malang, Persibo Bojonegoro, dan PSM Makassar dinyatakan mundur sejak 6 Januari karena membelot ke LPI. Alhasil, pelaksaan, jadwal, dan penilaian, terpaksa berubah. Namun, Joko berkeyakinan semua akan berjalan seperti rencana walaupun secara kuantitas ada pengurangan jumlah pertandingan sampai 70-an.
Joko mengatakan secara umum tidak ada perubahan. Sedikit perubahan hanya akan terjadi nanti di putaran kedua, mulai pertengahan Maret nanti. Ini terjadi karena ada sedikit penyesuaian dengan jadwal tiga klub peserta ISL yang akan tampil di AFC Cup (Arema Malang, Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura), Mei mendatang.
"Konsentrasi kita jangan sampai terlarut-larut hanya karena masalah ini, kami harus memproteksi event ini berjalan sampai akhir di 19 Juni nanti. Amanat kami untuk mengelola sebaik-baiknya agar 15 klub ini bisa menyelesaikan liga sampai selesai," kata Joko.
Joko justru menantang kesanggupan LPI membuktikan kemampuannya menggelar kompetisi. "Bebannya ada pada mereka karena kita sudah puluhan tahun. Biarlah waktu dan publik untuk menilai. Saya tidak kawatir," kata Joko.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar