Allah SWT berfirman dalam QS. Ibrahim ayat 2 : "Allahil lazi ma fii samaawaati wa maa fil ardh" artinya: "Semua yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah".
apabila dikaji lebih jauh, makna ayat tersebut adalah manusia dan semua mahluk ciptaan Allah hanya mendapatkan "pinjaman" saja. Tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan oleh mahluk melebihi kekuasaan penciptaNYA. Oleh karena status kepemilikan segala yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah, maka sebagai "peminjam" suatu saat nanti harus dikembalikan atau diambil kembali oleh "sang pemilik". Dalam kondisi inilah, tidak sepatutnya manusia mengingkari betapa besar karunia Allah SWT kepada manusia dengan bersikap misalnya: sombong, tinggi diri, takabur, dan lain sebagainya. Sebagai peminjam yang baik, kita seharusnya merawat dan menjaga pinjaman tersebut dengan baik. Tentu saja bentuknya dengan selalu mensyukuri ni'mat Allah dengan lisan dan perbuatan.
Selanjutnya Alah berfirman dalam QS.Ibrahim ayat 7 : "la in syakartum laa adziidanakum wa la'in kafartum inna azabi lasyadid" artinya "sesungguhnya jika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih".
Makna ayat tersebut secara sederhana dapat diartikan, adanya reward bagi yang melakukan (syukur nikmat), namun ada punishment bagi yang tidak melakukan (kufur nikmat). Sejauh ini kita tidak cukup cerdas untuk konsisten memahami betapa rasa syukur itulah yang akan membuat manusia menemukan cahaya illahi dalam kehidupannya. Contoh sederhana adalah betapa nikmat Allah berupa adanya Oksigen atau Zat Asam yang kita hirup untuk tetap hidup. Sampai saat ini tidak perlu dibeli, namun kualitasnya dari waktu ke waktu semakin buruk karena ulah manusia seperti polusi udara, penebangan hutan dan berbagai bentuk kerusakan yang disebabkan oleh keserakahan manusia.Daerah yang semula berudara sejuk dan nyaman untuk ditempati karena terletak di dataran tinggi, kini udaranya ketika siang hari nyaris tidak berbeda dengan daerah dataran rendah atau tepian pantai yang panas.
Untuk dapat mentasyakuri nikmat Allah, harus dilakukan dengan mentafakuri betapa besar kasih sayang Allah. Hal-hal kecil dan besar yang mungkin luput dari pandangan kita sebagai manusia dapat diingatkan untuk selalu disyukuri. Bentuk atau wujud rasa syukur itu dapat dilakukan antara lain dengan beberapa cara :
1. Bersyukur dengan hati dan perasaan
2. Bersyukur dengan lisan
3. Bersyukur dengan perbuatan
4. Bersyukur dengan harta benda
Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT manusia akan mendapat berkah dan karunia yang lebih banyak lagi dariNYA, sebagaimana QS Ad-Dhuha ayat 11 : "Dan terhadap Nikmat Tuhanmua, maka hendaklah kamu menyebutNYA (dengan bersyukur)".Demikian pula QS. Ar-Rahman berkali-kali menyebutkan : "maka Nikmat Rabb yang manalagi yang kamu dustakan". Bila masih ada Pertanyaan tentang adanya keraguan kita untuk tidak mensyukuri nikmat Allah, baiknya anda berhenti sejenak dari kesibukan dunia untuk menyadari segeralah bersyukur. Semoga Allah senantiasa meridhoi langkah hidup kita semua. Amien.
apabila dikaji lebih jauh, makna ayat tersebut adalah manusia dan semua mahluk ciptaan Allah hanya mendapatkan "pinjaman" saja. Tidak ada sesuatu yang patut dibanggakan oleh mahluk melebihi kekuasaan penciptaNYA. Oleh karena status kepemilikan segala yang ada di langit dan di bumi adalah milik Allah, maka sebagai "peminjam" suatu saat nanti harus dikembalikan atau diambil kembali oleh "sang pemilik". Dalam kondisi inilah, tidak sepatutnya manusia mengingkari betapa besar karunia Allah SWT kepada manusia dengan bersikap misalnya: sombong, tinggi diri, takabur, dan lain sebagainya. Sebagai peminjam yang baik, kita seharusnya merawat dan menjaga pinjaman tersebut dengan baik. Tentu saja bentuknya dengan selalu mensyukuri ni'mat Allah dengan lisan dan perbuatan.
Selanjutnya Alah berfirman dalam QS.Ibrahim ayat 7 : "la in syakartum laa adziidanakum wa la'in kafartum inna azabi lasyadid" artinya "sesungguhnya jika (kamu) bersyukur pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-KU) maka sesungguhnya azab-KU akan sangat pedih".
Makna ayat tersebut secara sederhana dapat diartikan, adanya reward bagi yang melakukan (syukur nikmat), namun ada punishment bagi yang tidak melakukan (kufur nikmat). Sejauh ini kita tidak cukup cerdas untuk konsisten memahami betapa rasa syukur itulah yang akan membuat manusia menemukan cahaya illahi dalam kehidupannya. Contoh sederhana adalah betapa nikmat Allah berupa adanya Oksigen atau Zat Asam yang kita hirup untuk tetap hidup. Sampai saat ini tidak perlu dibeli, namun kualitasnya dari waktu ke waktu semakin buruk karena ulah manusia seperti polusi udara, penebangan hutan dan berbagai bentuk kerusakan yang disebabkan oleh keserakahan manusia.Daerah yang semula berudara sejuk dan nyaman untuk ditempati karena terletak di dataran tinggi, kini udaranya ketika siang hari nyaris tidak berbeda dengan daerah dataran rendah atau tepian pantai yang panas.
Untuk dapat mentasyakuri nikmat Allah, harus dilakukan dengan mentafakuri betapa besar kasih sayang Allah. Hal-hal kecil dan besar yang mungkin luput dari pandangan kita sebagai manusia dapat diingatkan untuk selalu disyukuri. Bentuk atau wujud rasa syukur itu dapat dilakukan antara lain dengan beberapa cara :
1. Bersyukur dengan hati dan perasaan
2. Bersyukur dengan lisan
3. Bersyukur dengan perbuatan
4. Bersyukur dengan harta benda
Dengan mensyukuri nikmat Allah SWT manusia akan mendapat berkah dan karunia yang lebih banyak lagi dariNYA, sebagaimana QS Ad-Dhuha ayat 11 : "Dan terhadap Nikmat Tuhanmua, maka hendaklah kamu menyebutNYA (dengan bersyukur)".Demikian pula QS. Ar-Rahman berkali-kali menyebutkan : "maka Nikmat Rabb yang manalagi yang kamu dustakan". Bila masih ada Pertanyaan tentang adanya keraguan kita untuk tidak mensyukuri nikmat Allah, baiknya anda berhenti sejenak dari kesibukan dunia untuk menyadari segeralah bersyukur. Semoga Allah senantiasa meridhoi langkah hidup kita semua. Amien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar