Rabu, 03 Maret 2010

Mengapa hati menjadi keras dan membatu?

Hati adalah sumber penalaran, tempat pertimbangan, tumbuhnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan keras kepala, ketenangan dan kegoncangan.

Hati juga sumber kebahagiaan, jika kita mampu membersihkannya, namun sebaliknya merupakan sumber bencana jika menodainya. Aktiviti badan sangat bergantung lurus bengkoknya hati. Abu Hurairah RA berkata, “Hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentera. Jika raja itu bagus, maka akan bagus pula tentaranya. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tentaranya.”

Tanda-Tanda Kerasnya Hati

Hati yang keras memiliki tanda-tanda yang dapat diketahui, di antara yang terpenting sebagai berikut:

1. Malas Melakukan Ketaatan dan Amal Kebaikan
Terutama malas untuk menjalankan ibadah, bahkan mungkin meremehkannya, menunaikan sembahyang (asal sembahyang) tanpa kekhusyukan dan kesungguhan, merasa berat dan enggan, merasa berat menjalankan ibadah-ibadah sunnah. Allah telah menyifati kaum munafiqin. Firman-Nya, ertinya: “Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (At-Taubah : 54)

2. Tidak Tersentuh Oleh Ayat Al-Qur’an dan Petuah
Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, ia tidak tidak terpengaruh sama sekali, tidak mahu khusyu’ atau tunduk, dan juga lalai dari membaca al-Qur’an serta mendengarkannya, bahkan tidak mahu berpaling darinya. Sedangkan Allah SWT telah memperingatkan, ertinya: “Maka beri peringatanlah dengan al-Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” (Qaaf : 45)

3. Tidak Tersentuh dengan Ayat Kauniyah
Tidak tergerak dengan adanya peristiwa-peristiwa yang dapat memberikan pelajaran, seperti kematian, sakit, bencana dan sebagainya. Dia memandang kematian atau orang yang sedang diusung ke kubur sebagai sesuatu yang tidak ada apa-apanya, padahal cukuplah kematian itu sebagai nasihat. “Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahawa mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?” (At-Taubah :126)

4. Berlebihan Mencintai Dunia dan Melupakan Akhirat
Himmah dan segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata. Segala sesuatu ditimbang dari sisi dunia dan kebendaan. Cinta, benci dan hubungan dengan sesama manusia hanya untuk urusan dunia saja. Ujungnya, jadilah dia seorang yang dengki, ego dan individualistik, bakhil dan tamak terhadap dunia.

5. Kurang Mengagungkan Allah.
Sehingga hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman melemah, tidak marah ketika larangan Allah diterjang, serta tidak mengingkari kemungkaran. Tidak mengenal yang ma’ruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.

6. Kegersangan Hati
Kesempitan dada, mengalami kegoncangan, tidak pernah merasakan ketenangan dan kedamaian sama sekali. Hatinya gersang terus-menerus dan selalu gundah terhadap segala sesuatu.

7. Kemaksiatan Berantai
Termasuk fenomena kerasnya hati adalah lahirnya kemaksiatan baru akibat dari kemaksiatan yang telah dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah lingkaran setan yang sangat sulit bagi seseorang untuk melepaskan diri.

Sebab-Sebab Kerasnya Hati

Di antara faktor kerasnya hati, yang penting untuk kita ketahui:

1. Ketergantungan Hati kepada Dunia serta Melupakan Akhirat
Kalau hati sudah keterlaluan mencintai dunia melebihi akhirat, maka hati tergantung terhadapnya, sehingga lambat laun keimanan menjadi lemah dan akhirnya merasa berat untuk menjalankan ibadah. Kesenangannya hanya kepada urusan dunia belaka, akhirat terabaikan dan bahkan ter-lupakan. Hatinya lalai mengingat maut, maka jadilah dia orang yang panjang angan-angan. Seorang salaf berkata, “Tidak ada seorang hamba, kecuali dia mempunyai dua mata di wajahnya untuk memandang seluruh urusan dunia, dan mempunyai dua mata di hati untuk melihat seluruh perkara akhirat. Jika Allah menghendaki kebaikan seorang hamba, maka Dia membuka kedua mata hatinya dan jika Dia menghendaki selain itu (keburukan), maka dia biarkan si hamba sedemikian rupa (tidak mampu melihat dengan mata hati), lalu dia membaca ayat, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci.” ( Muhammad : 24)

2. Lalai
Lalai merupakan penyakit yang berbahaya apabila telah menjalar di dalam hati dan bersarang di dalam jiwa, kerana akan mengakibatkan anggota badan saling bersekongkol untuk menutup pintu hidayah, sehingga hati akhirnya menjadi terkunci. Allah berfirman, “Mereka itulah orang-orang yang hati, pendengaran dan penglihatannya telah dikunci mati oleh Allah, dan mereka itu lah orang-orang yang lalai” (QS.16:10)

Allah SWT memberitahu, bahawa orang yang lalai adalah mereka yang memiliki hati keras membatu, tidak mahu lembut dan lunak, tidak menerima nasihat. Dia seperti batu atau bahkan lebih keras lagi, kerana mereka mempunyai mata, namun tak mampu melihat kebenaran dan hakikat setiap perkara. Tidak mampu membezakan antara yang bermanfaat dan membahayakan. Mereka juga memiliki telinga, tetapi hanya digunakan untuk mendengar berbagai bentuk kebatilan, kedustaan dan kesia-siaan. Tidak pernah digunakan untuk mendengarkan al-haq dari Kitabullah dan Sunnah Rasul SAW (QS. Al A’raf 179)

3. Kawan yang Buruk
Ini juga merupakan salah satu sebab terbesar yang mempengaruhi kerasnya hati seseorang. Orang yang hidupnya di tengah gelombang kemaksiatan dan kemungkaran, bergaul dengan manusia yang banyak berku-bang dalam dosa, banyak bergurau dan ketawa tanpa batas, banyak mendengar muzik dan menghabiskan hari-harinya untuk film, mungkin akan sangat berpengaruh dengan keadaan ini.

4. Terbiasa dengan Kemaksiatan dan Kemungkaran
Dosa merupakan penghalang seseorang untuk sampai kepada Allah. Ia merupakan pendinding perjalanan menuju kepada-Nya serta menukarkan dari perjalanan yang lurus.

Maksiat walaupun kecil, terkadang menjadi punca terjadinya bentuk kemaksiatan lain yang lebih besar dari yang pertama, sehingga semakin hari semakin bertumpuk tanpa rasa dosa. Dianggapnya hal ini biasa-biasa saja, padahal satu persatu kemaksiatan tersebut masuk ke dalam hati, sehingga menjadi sebuah ketergantungan yang amat payah untuk dilepaskan. Ini melemahkan kebesaran dan keagungan Allah di dalam hati, dan melemahkan pula jalannya hati menuju Allah dan kampung akhirat, sehingga terhalang dan terhenti untuk lagi bergerak menuju Allah.

5. Melupakan Maut, Sakarat, Kubur dan Kedahsyatannya.
Termasuk seluruh perkara akhirat baik berupa azab, nikmat, timbangan amal, mahsyar, sirat, Syurga dan Neraka, semua telah hilang dari ingatan dan hatinya.

6. Melakukan perkara-perkara Perosak Hati
Yang merosak hati sebagaimana dikatakan Imam Ibnul Qayyim ada lima perkara, yaitu banyak bergaul dengan sembarang orang, panjang angan-angan, bergantung kepada selain Allah, berlebihan makan dan berlebihan tidur.

Cara Mengatasi

Hati yang lembut merupakan nikmat Allah yang sangat besar, kerana ianya mampu menerima segala perkara yang datang dari Allah. Allah mengancam orang yang berhati keras melalui firman-Nya: “Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Az-Zumar: 22)

Di antara hal-hal yang dapat membantu menghilangkan kerasnya hati dan menjadikannya lembut dan terbuka untuk menerima kebenaran dari Allah yakni:

1. Ma’rifat (mengenal) Allah
Siapa yang kenal Allah, maka hatinya pasti akan lembut, dan siapa yang jahil terhadap-Nya, maka akan keras hatinya. Semakin bodoh seseorang terhadap Allah, maka akan semakin berani melanggar batasan-Nya. Dan semakin seseorang berfikir tentang Allah, maka semakin sadar akan kebesaran Allah, keluasan nikmat serta kekuasaan Nya.

2. Mengingat Maut
Pertanyaan kubur, kegelapannya, sempit dan sepinya, juga penderitaan menjelang sakaratul maut termasuk ke dalam mengingat maut. Memperhatikan pula orang-orang yang telah mendekati kematian dan menghadiri jenazah. Hal itu dapat membangunkan ketertiduran hati kita, dan mengingatkan dari keterlenaan. Sa’id bin Jubair berkata, “Seandainya mengingat mati lepas dari hatiku, maka aku takut kalau akan merusak hatiku.”

3. Berziarah Kubur dan Memikirkan Penghuninya.
Bagaimana mereka yang telah ditimbun tanah, bagaimana mereka dulu makan, minum dan berpakaian dan kini telah hancur di dalam kubur, mereka tinggalkan segala yang dimiliki, harta, kekuasaan mahupun keluarga, lalu diingat dan berfikir, bahawa kita juga akan mengalami hal yang sama.

4. Memperhatikan Ayat-ayat Al- Qur’an.
Memikirkan ancaman dan janjinya, perintah dan larangannya, kerana dengan memikirkan kandungannya, maka hati akan tunduk, iman akan bergerak mendorong untuk berjalan menuju Rabbnya, hati menjadi lembut dan takut kepada Allah.

5. Mengingat Akhirat dan Kiamat
Huru-hara dan kedahsyatannya, Syurga dengan kenikmatannya, neraka dengan penderitaannya yang disediakan bagi para pelaku dosa dan kemaksiatan.

6. Memperbanyak Zikir dan Istighfar
Zikir dapat melembutkan hati yang keras, kerana itu sepatutnya seorang hamba mengubati hatinya dengan berzikir kepada Allah, sebab ketika kelalaian bertambah, kekerasan hati semakin memuncak.

7. Mendatangi Orang Soleh dan Bergaul dengan Mereka.
Orang soleh akan memberikan semangat ketika kita lemah, mengingatkan ketika lupa, dan memberikan jalan ketika kita bingung dan pertemuan dengan mereka akan membantu kita dalam melakukan ketaatan kepada Allah

8. Berjuang, dan Melihat Kekurangan Diri.
Manusia, jika tidak mahu berjuang, dan melihat kekurangan diri, maka dia tidak tahu, bahwa dirinya sakit dan banyak kekurangan. Jika dia tidak merasa sakit atau punya kekurangan, maka bagaimana mungkin dia akan memperbaiki diri atau berobat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar