Sobat.. Allah telah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad lewat malaikat Jibril atas dasar CintaNya terhadap hambaNya. Dan atas dasar cinta pula, Nabi Muhammad dan para Sahabat rela disiksa oleh kaum kfir Quraisy Mekkah demi agar Agama ini (baca:Islam) sampai kepada kita umat akhir zaman.
Cinta adalah fitrah yang Allah berikan terhadap manusia, agar mereka saling peduli dan saling menyayangi satu sama lain. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ar-Rum:21:
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya aialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”
Sungguh, cinta yang sebenarnya haruslah membawa rasa tentram dalam jiwa orang yang merasakannya-baik dalam keadaan senang maupun sedih- bukan justru menimbulkan keresahan, rasa benci dan dendam, seperti yang senantiasa dirasakan oleh para aktivis pacaran. Rasa gundah dan gelisah serta ketakutan pacarnya direbut orang. Singkatnya, cinta yang sebenarnya adalah segala cinta yang berlandaskan kecintaan terhadap Allah SWT. Cinta kepada Allah mampu membuat seorang hamba manjadi sangat soleh, santun, dan baik budi pekerti karna orang yang hatinya selalu lekat dengan namaNya, maka Allah akan menjadi matanya ketika dia melihat, Allah akan menjadi kakinya ketika dia melangkah, Allah akan menjadi tangannya ketika dia berbuat, Allah akan menjadi otaknya ketika dia berfikir. Dan sudah barang tentu, cinta kepada Allah juga harus disertai dengan cinta kita terhadap Rasul dan terhadap apa saja yang Allah cintai… jika Allah mencintai orang yang menjauhkan diri dari berbuat zina, maka berusahalah untuk menjauhkan diri dari berbuat zina… dan jika Allah mencintai hambaNya yang menjaga kehormatan dan memuliakan cintanya terhadap lawan jenis HANYA dengan menikah, maka menikahlah….
Next, bagaimana dengan orang yang mencintai lawan jenisnya lalu mengekspresikannya dengan pacaran??
Yang Pertama, jelas sedikitnya orang itu sudah membenci apa yang Allah cintai, yaitu HANYA mengekspresikan cinta terhadap lawan jenis dengan jalan pernikahan.
Yang Kedua, perhatikanlah kedua hadis di bawah ini:
“Barangsiapa memunculkan di dalam Agama kami ini sesuatu yang bukan berasal darinya, maka dia tertolak.”(Muttafaq’alaih dari Aisyah).
“Barangsiapa beramal dengan suatu amalan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka dia tertolak.”(HR. Muslim).
Kata”Raddun” (tertolak) dalam hadis di atas bermakna ditolak amalnya juga mendapatkan dosa…
Nah sekarang saya mo tanya, adakah 1 pun dalil atau hadis yang memerintahkan kita untuk pacaran?? Jawab dengan jujur!! Jelas Tidak ada. Maka mengapa masih ada saja yang melaksanakannya. Adapun orang menyama-nyamakan antara pacaran dengan ta’aruf menuju khitbah (lamaran), itu hanya bentuk penglegalisasian segolongn orang. Ta’aruf sangat beda jauh dengan pacaran. Ta’aruf memiliki adab-adab tertentu, seperti salah satunya Jangan Berkhalwat. Sedangkan dalam pacaran, justru aktivitas khalwat adalah hal yang wajib dan pasti dilakukan oleh para pelaku pacaran. Sekalipun raganya ga khalwat, tapi HP-nya bisa mewakili mereka berkhalwat dengan saling telpon atau sms untuk mengungkapkan perhatian. Bahkan surat pun bisa mewakili khalwat mereka.
Yang Ketiga, dalam pacaran, atas nama cinta, mereka melakukan hal-hal yang dilarang Allah, bahkan ga jarang atas nama cinta juga mereka melakukan hubungan seks… Naudzubillah, sesungguhnya pacaran hanya akan mengotori kemuliaan dan kesucian cinta itu sendiri. So, kalo cinta, Jangan Pacaran…
Dan terakhir, yang Keempat, karna pacaran adalah pintu gerbang sekaligus jalan bebas hambatan melakukan berbagai bentuk perzinaan, maka Pacaran hukumnya HARAM, berdasarkan Kaidah Ushul Fikih,”Al wasilatu alal haromi, muharromatun.”, artinya, sarana yang mengantarkan pada keharaman, maka hukumnya Haram.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar