Berprestasi secara akademik sangat identik dengan kecerdasarn intelegensia (IQ = Intelegence Quotiens). Tes ini mengukur intelejensia rasional (digunakan untuk menyelesaikan masalah logikal) dan intelektual, yang sudah diakui bertahun-tahun sejak di awal abad 20. Di masyarakat, kadang-kadang malah ”orang bodoh” sering dikatai dengan IQ jongkok, jika tak paham akan sesuatu. Sebaliknya, seorang orang tua akan sangat membangga-banggakan anaknya jika ber-IQ 200 lebih. Tapi apakah ini cukup?
Ternyata IQ tidaklah cukup untuk menggambarkan kecerdasan. Sejak pertengahan tahun 90-an, Daniel Goleman menjabarkan penemuannya dalam neuroscience dan pschycology tentang pentingnya kecerdasan emosional (EQ = Emotional Quotiens). Malah sekarang ini di prasyaratkan IQ harus dibarengi dengan EQ. Karena EQ menggambarkan hubungan perasaan kita baik berupa empati, motivasi, dan iba dengan lingkungan sekitar.
Namun lebih lanjut, di beberapa tahun terakhir juga berkembang kecerdasan spiritual (SQ = Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti dari segala intelejensia. Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga, dan tentu saja dengan sang maha pencipta.
Keseimbangan
Jadi, belajar dari saudara kita, prestasi akademik bukanlah satu-satunya tujuan hidup. Tapi bagaimana menyeimbangkan semua sendi-sendi kehidupan, termasuk bersosialisasi bisa berjalan seirama. Sebagai umat beragama, jauh sebelum teori IQ EQ dan SQ, kita pastinya sudah diajarkan bagaimana kita berhubungan dengan sesama manusia, dengan lingkungan dan tentunya dengan maha pencipta. Jangan pernah kita lupa, bahwa masih ada dunia diluar sana. Dunia yang akan membawa kebahagiaan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar