Komunikasi dalam keluarga harus terjalin dengan baik.
Antara suami,istri maupun anak-anak. Ada masalah apapun harus diselesaikan dengan cara "musyawarah". Semua saling terbuka dan saling menghargai pendapat masing-masing.
Walaupun pada akhirnya keputusan ada di tangan suami, namun semua bisa menerima dengan hati
yang lapang, tidak ada yang merasa dirugikan.
Solidaritas dalam keluarga harus bisa diwujudkan. Kekurangan atau kelemahan dari masing2 anggota
keluarga disikapi dengan saling pengertian. Tidak saling menyalahkan. Tetapi berusaha untuk dapat
bersinergi sehingga tercipta suatu keluarga yang dinamis,rukun,kompak dan kerjasama yang baik.
Walaupun suami adalah kepala rumah tangga yang punya wewenang penuh mengatur seisi rumah,namun ia selalu menyediakan waktunya untuk mendengar kritik, saran maupun nasehat dari istri maupun anak2nya.
Sebab walau bagaimanapun suami adalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf. Umar bin Khotob sang "preman" Quraisy yang garang pun menghargai istrinya yang sedang marah padanya. Beliau diam mendengarkan, tidak membalas kemarahan istrinya.
Beliau hanya berkomentar,"Kemarahan istriku terhadapku jika dibandingkan dengan ketaatan dan kesetiaannya,masih lebih banyak ketaatan dan kesetiaannya terhadapku...."
Suami terhadap keluarga harus memiliki sifat "tegas tapi tidak keras" dan "lembut tapi tidak lemah".
Selalu tegas dalam menegakkan peraturan2 Allah Rasul dalam keluarganya. Namun semua anggota keluarga tetap merasa nyaman dengan ketegasan suami.
Karena tegas yang disertai dengan kelembutan dan kebijakan. Sehingga walaupun suami bersikap gemulai seperti Raden Arjuna,namun tetap berwibawa,berkharisma dan dihormati oleh istri dan anak2nya.
Suami harus bisa mencukupi semua kebutuhan anak dan istrinya sesuai dengan kemampuannya. Dan selalu melatih anak dan istrinya menerapkan pola hidup mujhid muzhid.
Bisa memberikan pengertian2 pada anak dan istri tentang kemampuan ekonomi keluarga. Sehingga
anak dan istri tetap merasa puas walaupun kebutuhan atau keinginannya ada yang belum bisa dicukupi oleh suami.
Antara suami,istri maupun anak-anak. Ada masalah apapun harus diselesaikan dengan cara "musyawarah". Semua saling terbuka dan saling menghargai pendapat masing-masing.
Walaupun pada akhirnya keputusan ada di tangan suami, namun semua bisa menerima dengan hati
yang lapang, tidak ada yang merasa dirugikan.
Solidaritas dalam keluarga harus bisa diwujudkan. Kekurangan atau kelemahan dari masing2 anggota
keluarga disikapi dengan saling pengertian. Tidak saling menyalahkan. Tetapi berusaha untuk dapat
bersinergi sehingga tercipta suatu keluarga yang dinamis,rukun,kompak dan kerjasama yang baik.
Walaupun suami adalah kepala rumah tangga yang punya wewenang penuh mengatur seisi rumah,namun ia selalu menyediakan waktunya untuk mendengar kritik, saran maupun nasehat dari istri maupun anak2nya.
Sebab walau bagaimanapun suami adalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf. Umar bin Khotob sang "preman" Quraisy yang garang pun menghargai istrinya yang sedang marah padanya. Beliau diam mendengarkan, tidak membalas kemarahan istrinya.
Beliau hanya berkomentar,"Kemarahan istriku terhadapku jika dibandingkan dengan ketaatan dan kesetiaannya,masih lebih banyak ketaatan dan kesetiaannya terhadapku...."
Suami terhadap keluarga harus memiliki sifat "tegas tapi tidak keras" dan "lembut tapi tidak lemah".
Selalu tegas dalam menegakkan peraturan2 Allah Rasul dalam keluarganya. Namun semua anggota keluarga tetap merasa nyaman dengan ketegasan suami.
Karena tegas yang disertai dengan kelembutan dan kebijakan. Sehingga walaupun suami bersikap gemulai seperti Raden Arjuna,namun tetap berwibawa,berkharisma dan dihormati oleh istri dan anak2nya.
Suami harus bisa mencukupi semua kebutuhan anak dan istrinya sesuai dengan kemampuannya. Dan selalu melatih anak dan istrinya menerapkan pola hidup mujhid muzhid.
Bisa memberikan pengertian2 pada anak dan istri tentang kemampuan ekonomi keluarga. Sehingga
anak dan istri tetap merasa puas walaupun kebutuhan atau keinginannya ada yang belum bisa dicukupi oleh suami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar