Senin, 11 April 2011

Saatnya Yang Muda Pimpin PSSI

FIFA mengintruksikan agar Komite Normalisasi (KN) yang dipimpin Agun Gumelar menggelar kongres Pemilihan Ketum PSSI, Waketum, dan anggota Exco sebelum 21 Mei. KN yang juga bertindak sebagai KOmite Pemilihan (KP) sudah memutuskan bakal menggelar kongres pemilihan pada 20 Mei.

Menjelang kongres, saat ini sudah muncul beberapa nama yang bakal menjadi bakal calon. Baik itu yang diusung oleh pemilik suara ataupun yang menawarkan dirinya untuk dipilih. Diantara nama yang mulai mengemuka ada mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, mantan manajer PSM Makassar dan Persija Diza Ali, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Evert Erenst Mangindaan, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) Erwin Aksa, Ketua klub Persatuan Sepak Bola Indonesia Kota Gorontalo (Persigo) , Adhan Dambea, mantan manajer Persijatim G.H Sutejo dan Deputy Bidang Teknik BTN (Badan Tim Nasional), Iman Arif.

Selain itu, KSAD Geoerge Toisutta dan pengusaha Arifin Panigoro juga tetap dicarikan jalan oleh pendukungnya untuk bisa tetap bisa maju meski dalam suratnya 4 April lalu FIFA jelas-jelas tidak memperbolehkan keduanya.     

Terkait mengemukanya beberapa nama tersebut sebagian pemilik suara mulai mengambil sikap. Beni Erwin, asisten manajer Persija Jakarta kepada Jawa Pos mengatakan sudah waktunya PSSI pengurusnya diisi oleh orang-orang muda yang memiliki visi memajukan persepakbolaan tanah air.

"Saya kira sudah waktunya generasi tua minggir. Mari kita beri kesempatan kepada darah-darah muda untuk memegang PSSI," kata Beni. Pria yang sudah belasan tahun berkiprah di sepak bola itu bahkan menyebut nama Iman Arif dan Joko Driyono ( CEO PT Liga Indonesia) layak diberi kepecayaan menempati pos-pos penting di PSSI. "Kalau Pak Iman Arif maju pasti  kami dukung," ujar Beni.

Sekum PSSI Sulawesi Tenggara Rifai Budiman menyatakan hal serupa. Sudah saatnya kaum muda duduk di kursi pimpinan PSSI pusat. Alasannya induk organisasi sepak bola tertinggi se Indonesia itu butuh penyegaran. Dan kecenderungan kaum muda adalah selalu mencoba hal-hal baru. "Kaum muda selalu kaya inovasi dan imajinasi. Mereka tak takut mencoba hal baru dan mendobrak kemapanan," ujar Rifai. Pria 46 tahun itu juga menyebut nama Iman Arif sebagai salah satu tokoh yang layak. Peran mantan ketua BTN itu dalam mengantar timnas PSSI sebagai runner up Piala AFF 2010 lalu pantas diapresiasi.

"Figur Pak Iman tak diragukan lagi dikancah sepak bola Indonesia. Dia membawa sejumlah perubahan positif. Totalitas yang ditunjukkannya, walau baru dua tahun terakhir ini aktif, layak dicontoh pengurus lain," sambungnya. Karena itu, pria asal Muna, Sultra itu sepakat Iman Arif sebagai salah satu figur di kongres pemilihan mendatang.

Jika Rifai mendukung munculnya sosok muda sebagai pemimpin, tidak demikian dengan Johar Lin Eng. Sekum PSSI Jawa Tengah tersebut mengatakan pengalaman figur muda untuk menahkodai PSSI Pusat belumlah teruji. Dan nama Iman Arif dianggapnya belum layak dijagokan.  "Pak Iman itu masih nama baru di PSSI Pusat. Namanya melesat setelah Piala AFF 2010 lalu," tutur Johar. Untuk pria asli Semarang, Jawa Tengah itu permasalahan PSSI bukan melulu soal timnas. Namun lebih kepada pembibitan dan pembinaan sepak bola daerah.

Namun, Johar menolak pengkotakan sosok pemimpin yang dibatasi usia. Yang terpenting untuk pria berusia 47 tahun tersebut calon ketua harus punya komitmen tinggi memajukan sepak bola Indonesia. "Sosok pemimpin alangkah baiknya perpaduan kaum muda yang mau berkarya dan kaum tua bertipe pekerja," beber Johar.

Iman Arif sendiri mengaku siap maju jika ada yang mencalonkannya. "Jika ada yang mencalonkan, saya pasti tidak akan menghindar," ujar Iman Arif kepada Jawa Pos tadi malam. "Tapi bagi saya, berkontribusi untuk memajukan sepakbola tanah itu tidak harus masuk dalam system. Di luar system pun bisa," sambungnya.

Lulusan Fellow Columbia University New York yang menguasai lima bahasa asing ini ( Inggris, Spanyol, Jerman, Jepang, Tagalog ) sudah lama berkecimpung di dunia bola meski barua tahun kemarin ditarik ke BTN.

Pria kelahiran 27 November 1970 tercatat sebagai Presdir SSI Arsenal yang saat in memiliki lebih dari 500 siswa, Iman Arif juga tercatat sebagai Presiden IFA ( Indonesia Football Akademy). Di akademi yang baru dibentuk pada 2010 itu kini berkumpul 24 pemain U-15 dan 24 pemain U-14 pilihan. Mereka disiapkan untuk menjadi pemain-pemain hebat di masa mendatang. Tak hanya diajari bagaimana bermain bola dengan kurikulum Eropa, siswa-siswa tepilih itu tiap hari juga diberi asupan gizi berstandar Benua Biru. Besok (11/4) IFA akan memberangkatkan tiga pemainnya magang ke tim cadangan Leicester City. Iman Arif memiliki link bagus dengan perspekbolaan Eropa. Dia kerap bertemu dan berdiskusi dengan Arsene Wenger ( pelatih Arsenal ) dan Sven Goran Eriksson ( mantan pelatih timnas Inggris yang kini melatih Leicester City).

Selain Iman Arif, tokoh muda yang namanya mulai mengemuka adalah Erwin Aksa, mantan manajer PSM Makassar. Ketua Umum Badan Pengurus Pusat HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia) yang baru berusia 33 tahun itu kepada Koran ini tadi malam juga menyatakan kesiapannya jika ad yang mencalonkan.

"Saya dengar beberapa pemilik suara menginginkan saya maju. Tapi saya mau  lihat dulu dinamikanya seperti apa. Saat ini kan Komite Normalisasi sudah bekerja tapi PO (Peraturan Organisasinya) belum jadi," ujar Erwin. "Sebagai insan bola dan pernah lama bergelut didalamnya, saya a tentu ingin memberi kontribusi," sambung Presiden Direktur Bosowa Corporation ini. Erwin juga mengatakan dirinya masih terus mencermati upaya yang dilakukan para pemilik suara yang memperjuangkan reformasi di tubuh PSSI.

Sebelumnya, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) Evert Ernest Mangindaan juga menyatakan siap maju ke pencalonan Ketum PSSI."Tai itu kan harus ada yang mengusulkan," kata Mangindaan. Dia menyatakan tidak ingin terburu-buru mengiyakan usulan pihak yang ingin mengusungnya menjadi orang nomor satu di tubuh PSSI. Antara lain dari masyarakat di Sulawesi Utara yang mencalonkannya. EE Mangindaan memang tercatat sebagai mantan Gubernur Sulut dan Pembina Persma Manado. "Lebih baik KN cepat menentukan, prosesnya bagaimana, persyaratannya bagaimana. Di situ baru kita lihat," katanya.

Menurut Mangindaan, figur yang pas menjadi ketua umum PSSI adalah yang betul-betul mau berjuang untuk sepakbola. Dia berpendapat, sebaiknya tidak terlalu banyak pembatasan atau syarat menjadi ketum PSSI. "Saya di dalam atau di luar, tetap berjuang untuk sepakbola," kata putra tokoh sepakbola nasional Erents Alberth Mangindaan itu.

Sementara itu, sampai kemarin KN tenyata belum merampungkan draft PO yang akan menjadi tuntunan pelaksanaan kongres pemilihan Ketum, Waketum, dan anggota Exco. Ketika dihubungi media kemarin sore Ketua KN Agum GUmelar mengatakan KN berusaha secepat mungkin menuntaskannya. "Mungkin Senin atau Selasa kami selesaikan," ujar Agum.

Molornya penyusunan PO hamper pasti akan berdampak pada tahapan-tahapan kongres yang sebelumnya sudah ditetapkan KN. Antara lain KN sudah menetapkan masa pendaftaran bakal calon pada 12 -17 April. Padahal sampai hari  ini (10 April) PO belum juga beres, Belum lagi PO terlebih dulu harus dikirimkan ke FIFA dan selanjutnya dikirimkan ke anggota PSSI.

Ada rumor, molornya penyusunan PO ini terkait dengan masih adanya beda tafsir mengenai oleh tidaknya Nirwan Bakrie, George Toisutta,dan Arifin Panigoro dicalonkan menjadi Ketua Umum PSSI. Saat ini Agum Gumelar dikabarkan tengah melakukan pendekatan kepada pihak George-Arifin.

Memang sangat riskan jika tidak terjadi satu kata. Sebab, di belakang George-Arifin ada 78 suara yang jika mereka sepakat tidak mengikuti kongres KN, maka kongres itu tidak ada kuorum. Jumlah anggota PSSI yang punya hak suara adalah 100 anggota. Untuk mendapatkan kepastian Agum Gumelar akan menghadap FIFA  di Zurich setelah melakukan pembicaraan dengan kubu George-Arifin. 

Agar terjadi satu suara, 16 April  mendatang, KN akan mengadakan pertemuan dengan 100 pemilik suara termasuk 78 pemiliki suara yang 26 Maret lalu menggelar kongres di Pekanbaru Riau yang menghasilkan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding Pemilihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar