Surabaya– Dua pelatih muda berbakat, Aji Santoso dan Rahmad Darmawan, menjadi calon kuat pelatih Timnas U-23 proyeksi SEA Games 2011. Kamis (14/4) besok mereka bakal memaparkan program kerja di hadapan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima).
Andai terpilih, Aji Santoso yang kini pelatih Persebaya 1927, sudah punya banyak rencana untuk membentuk sebuah tim yang solid. "Saya kurang setuju dengan pemusatan latihan jangka panjang, karena itu tidak menjamin terbentuknya sebuah tim yang kompak," kata mantan pemain nasional itu kepada Sumarlin dari Tim Media Liga Primer Indonesia (LPI), Rabu (13/4).
Model pemusatan latihan seperti apa yang Aji Santoso inginkan? Sudahkah dia mengantongi nama-nama calon pemain yang hendak diseleksi? Berikut petikan wawancaranya:
Jika terpilih, Anda ingin membentuk tim seperti apa?
Saya ingin membentuk sebuah tim yang berkarakter. Tim yang tidak hanya memburu kemenangan, tapi juga harus bisa menghibur penonton. Di manapun melatih, saya selalu berusaha membangun tim yang seperti itu, termasuk di Persebaya 1927. Saya akan puas kalau penonton merasa terhibur. Selain itu, tim nanti juga harus bisa menunjukkan permainan keras tapi tidak kasar. Main keras tapi tidak dengan kekerasan.
Tipe permainan seperti apa yang akan Anda kembangkan?
Yang jelas, saya tidak suka sepakbola defensif. Saya lebih suka sepakbola menyerang. Tapi, kalau sekali waktu memperkuat pertahanan, tidak masalah. Tentu tidak dengan menghilangkan karakter menyerang tadi.
Soal pemain, Anda akan mengambil dari mana?
Dari mana saja. Mulai kompetisi LSI, Divisi Utama, maupun LPI akan kami pantau semua. Bahkan pemain tarkam pun kalau memang berbakat akan saya beri kesempatan. Saya akan keliling Indonesia untuk melihat langsung jalannya pertandingan di stadion, karena saya yakin masih banyak bakat-bakat lokal kita yang belum terpantau.
Intinya, saya ingin memberi kesempatan kepada pemain muda kita yang benar-benar punya kemampuan. Saya tidak melihat kelompok apakah mereka dari LPI, LSI, atau kompetisi mana saja. Yang saya pikirkan cuma kepentingan bangsa. Dan, saya berharap petinggi olahraga di negeri ini sevisi dengan saya.
Kabarnya Anda kurang tertarik dengan pemain naturalisasi, betulkah?
Begini ya. Kalau untuk tim senior, pemain naturaliasi mungkin tidak masalah. Tapi kalau untuk tim U-21 atau U-23, menurut saya, lebih baik mengutamakan lebih dulu pemain-pemain lokal kita. Seperti saya katakan tadi, masih banyak pemain lokal kita yang berbakat tapi selama ini tidak terpantau.
Kalaupun terpaksa mengambil pemain naturalisasi, kualitasnya harus di atas pemain lokal. Kalau imbang-imbang saja, untuk apa kita ambil? Contohnya Irfan Bachdim (Persema). Saya kira, nggak apa-apa dia direkrut karena kemampuannya sudah terbukti. Tapi, nggak perlu banyak-banyak.
Memang, kemampuan pemain lokal kita masih banyak yang belum maksimal. Belum 100 persen keluar. Itu menjadi tugas pelatih untuk memoles mereka sehingga bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Budaya sepakbola Indonesia itu beda dengan Singapura atau Filipina. Tim kedua negara itu banyak dihuni pemain naturalisasi. Dan, itu wajar, karena mereka memang kekurangan bibit pemain. Indonesia sebaliknya. Kita punya stok pemain lokal banyak, tapi belum termanfaatkan secara maksimal. Lagi pula, saya kok kurang bangga bila tim saya juara, tapi pemainnya mayoritas warga naturalisasi.
Sudah punya gambaran siapa saja pemain yang akan Anda panggil untuk mengikuti seleksi?
Saya tidak akan sebut nama, nggak etislah. Kan saya belum tentu terpilih menjadi pelatih. Tapi, intinya itu tadi, saya ingin memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pemain lokal kita untuk masuk timnas. Pada tahap awal, saya akan mencari kira-kira 30 pemain dari seluruh Indonesia, yang nantinya akan saya kerucutkan menjadi 18 atau 20 pemain. Sesuai ketentuan entry by name-lah.
Mana yang akan Anda pilih, menggunakan model pemusatan latihan jangka panjang atau pendek?
Sejak awal saya kurang setuju dengan pemusatan latihan jangka panjang, karena itu bisa merugikan klub dan pemain itu sendiri. Biarkanlah kompetisi berjalan apa adanya. Nanti saya akan manfaatkan masa jeda untuk kumpul-kumpul dan latihan bersama. Atau setelah kompetisi berakhir, kita latihan bersama sekitar dua bulan. Saya kira itu sudah cukup.
Nggak perlu TC (training centre) jangka panjang karena pemain itu kan matangnya di kompetisi. Menurut saya, bagus tidaknya sebuah tim tidak tergantung pada seberapa lama pemainnya kumpul. Tapi, tergantung seberapa cepat pemain beradaptasi, dan seberapa cepat pelatih mentransfer ilmunya kepada mereka. Percuma saja kita latihan setahun penuh, pagi sore, tapi kalau cuma untuk formalitas. Lebih baik cukup tiga bulan tapi efektif.
Anda sudah berpikir untuk menggandeng asisten pelatih? Siapa kira-kira calonnya?
Waduh, terus terang saya belum berpikir ke arah sana. Saat ini yang saya pikirkan adalah menghadiri undangan Satlak Prima untuk mempresentasikan program kerja.
Saya hormat kepada mereka, karena telah memberi kepercayaan kepada saya. Yang jelas timnas U-23 nanti akan ditangani sebuah tim yang menyeluruh, mulai pelatih, ahli nutrisi, psikiater, fisioterapi, dan sebagainya. Kalau tepilih, saya akan menjalankan tugas-tugas saya dengan fair dan transparan.
Andai terpilih, Aji Santoso yang kini pelatih Persebaya 1927, sudah punya banyak rencana untuk membentuk sebuah tim yang solid. "Saya kurang setuju dengan pemusatan latihan jangka panjang, karena itu tidak menjamin terbentuknya sebuah tim yang kompak," kata mantan pemain nasional itu kepada Sumarlin dari Tim Media Liga Primer Indonesia (LPI), Rabu (13/4).
Model pemusatan latihan seperti apa yang Aji Santoso inginkan? Sudahkah dia mengantongi nama-nama calon pemain yang hendak diseleksi? Berikut petikan wawancaranya:
Jika terpilih, Anda ingin membentuk tim seperti apa?
Saya ingin membentuk sebuah tim yang berkarakter. Tim yang tidak hanya memburu kemenangan, tapi juga harus bisa menghibur penonton. Di manapun melatih, saya selalu berusaha membangun tim yang seperti itu, termasuk di Persebaya 1927. Saya akan puas kalau penonton merasa terhibur. Selain itu, tim nanti juga harus bisa menunjukkan permainan keras tapi tidak kasar. Main keras tapi tidak dengan kekerasan.
Tipe permainan seperti apa yang akan Anda kembangkan?
Yang jelas, saya tidak suka sepakbola defensif. Saya lebih suka sepakbola menyerang. Tapi, kalau sekali waktu memperkuat pertahanan, tidak masalah. Tentu tidak dengan menghilangkan karakter menyerang tadi.
Soal pemain, Anda akan mengambil dari mana?
Dari mana saja. Mulai kompetisi LSI, Divisi Utama, maupun LPI akan kami pantau semua. Bahkan pemain tarkam pun kalau memang berbakat akan saya beri kesempatan. Saya akan keliling Indonesia untuk melihat langsung jalannya pertandingan di stadion, karena saya yakin masih banyak bakat-bakat lokal kita yang belum terpantau.
Intinya, saya ingin memberi kesempatan kepada pemain muda kita yang benar-benar punya kemampuan. Saya tidak melihat kelompok apakah mereka dari LPI, LSI, atau kompetisi mana saja. Yang saya pikirkan cuma kepentingan bangsa. Dan, saya berharap petinggi olahraga di negeri ini sevisi dengan saya.
Kabarnya Anda kurang tertarik dengan pemain naturalisasi, betulkah?
Begini ya. Kalau untuk tim senior, pemain naturaliasi mungkin tidak masalah. Tapi kalau untuk tim U-21 atau U-23, menurut saya, lebih baik mengutamakan lebih dulu pemain-pemain lokal kita. Seperti saya katakan tadi, masih banyak pemain lokal kita yang berbakat tapi selama ini tidak terpantau.
Kalaupun terpaksa mengambil pemain naturalisasi, kualitasnya harus di atas pemain lokal. Kalau imbang-imbang saja, untuk apa kita ambil? Contohnya Irfan Bachdim (Persema). Saya kira, nggak apa-apa dia direkrut karena kemampuannya sudah terbukti. Tapi, nggak perlu banyak-banyak.
Memang, kemampuan pemain lokal kita masih banyak yang belum maksimal. Belum 100 persen keluar. Itu menjadi tugas pelatih untuk memoles mereka sehingga bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Budaya sepakbola Indonesia itu beda dengan Singapura atau Filipina. Tim kedua negara itu banyak dihuni pemain naturalisasi. Dan, itu wajar, karena mereka memang kekurangan bibit pemain. Indonesia sebaliknya. Kita punya stok pemain lokal banyak, tapi belum termanfaatkan secara maksimal. Lagi pula, saya kok kurang bangga bila tim saya juara, tapi pemainnya mayoritas warga naturalisasi.
Sudah punya gambaran siapa saja pemain yang akan Anda panggil untuk mengikuti seleksi?
Saya tidak akan sebut nama, nggak etislah. Kan saya belum tentu terpilih menjadi pelatih. Tapi, intinya itu tadi, saya ingin memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pemain lokal kita untuk masuk timnas. Pada tahap awal, saya akan mencari kira-kira 30 pemain dari seluruh Indonesia, yang nantinya akan saya kerucutkan menjadi 18 atau 20 pemain. Sesuai ketentuan entry by name-lah.
Mana yang akan Anda pilih, menggunakan model pemusatan latihan jangka panjang atau pendek?
Sejak awal saya kurang setuju dengan pemusatan latihan jangka panjang, karena itu bisa merugikan klub dan pemain itu sendiri. Biarkanlah kompetisi berjalan apa adanya. Nanti saya akan manfaatkan masa jeda untuk kumpul-kumpul dan latihan bersama. Atau setelah kompetisi berakhir, kita latihan bersama sekitar dua bulan. Saya kira itu sudah cukup.
Nggak perlu TC (training centre) jangka panjang karena pemain itu kan matangnya di kompetisi. Menurut saya, bagus tidaknya sebuah tim tidak tergantung pada seberapa lama pemainnya kumpul. Tapi, tergantung seberapa cepat pemain beradaptasi, dan seberapa cepat pelatih mentransfer ilmunya kepada mereka. Percuma saja kita latihan setahun penuh, pagi sore, tapi kalau cuma untuk formalitas. Lebih baik cukup tiga bulan tapi efektif.
Anda sudah berpikir untuk menggandeng asisten pelatih? Siapa kira-kira calonnya?
Waduh, terus terang saya belum berpikir ke arah sana. Saat ini yang saya pikirkan adalah menghadiri undangan Satlak Prima untuk mempresentasikan program kerja.
Saya hormat kepada mereka, karena telah memberi kepercayaan kepada saya. Yang jelas timnas U-23 nanti akan ditangani sebuah tim yang menyeluruh, mulai pelatih, ahli nutrisi, psikiater, fisioterapi, dan sebagainya. Kalau tepilih, saya akan menjalankan tugas-tugas saya dengan fair dan transparan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar