“Mi, couping-in Abi yaaa...” kata suami tercinta.
“Pegel banget niy...” lanjutnya lagi.
Dan entah mengapa aku menangis. Ada rasa kesal dan sebal padanya. Yang punya rasa lelah bukan hanya dirinya. Akupun juga. Seharian dengan segala aktifitas rumah yang tidak bisa dibilang mudah dan enteng. Menjaga juga mengasuh, dan mendidik para aktifis kecil yang tiada lelah melakukan segala aktifitasnya. Dan aku bukan mengeluh, tapi aku hanya ingin dirinya mengerti apa yang akupun juga rasakan.
“Astaghfirullah...” gumamku dalam hati.
Betapa lemah dan rapuhnya diriku. Bukankah segalanya akan menjadi indah jika melakukan semuanya dengan ikhlas. Disela air mata yang terus menetes dan tangan yang sembari men-couping badan suami tercinta, kubangun kembali “kekuatan” jiwa.
Setidaknya menyadari bahwa peran sebagai Isteri dan Ibu dalam keluarga mungilku ini memang tak mudah. Menyadari bahwa seorang Isteri juga Ibu adalah ujung tombak dalam keluarganya. Meski dia bukanlah seorang pemimpin keluarga tapi dia adalah pelita bagi keluarga. Tempat untuk berkeluh kesah, tempat untuk bermanja dan bercanda, tempat menghilangkan letih dan lelah, ataupun tempat menuangkan segala isi rasa dan jiwa. Meski dirinya sendiri tak tahu harus ke mana dia dapat menuangkan segala isi rasa dan jiwanya sendiri.
Menyadari bahwa ”kekuatan” jiwa yang dilengkapai dengan kelapangan adalah hal yang terpenting dalam diri seorang Isteri juga Ibu. Sosok yang kuat di tengah kelemahan seorang wanita. Sosok yang penuh kelembutan di tengah kerapuhan seorang wanita.
Karenanya betapa indah “hadiah” yang akan diberikanNya jika aku bisa melakukan semuanya dengan ikhlas dan lapang.
“Ya Alloh, sungguh maafkan diriku. Untuk segala ‘keluh’ dan ‘kesah’ yang seharusnya tak pernah ada. Untuk segala tangis dan sendu yang seharusnya tak pernah hadir...” lirihku.
Dan semoga Alloh memaafkan diriku untuk segala isi rasa dan jiwa ini. Menjadikan diri ini menjadi lebih dan lebih baik lagi. Setidaknya aku ingin menjadi Isteri juga Ibu akhir zaman yang terbaik untuk suami dan anak-anaknya tercinta.
Abi, Luv U...
“Pegel banget niy...” lanjutnya lagi.
Dan entah mengapa aku menangis. Ada rasa kesal dan sebal padanya. Yang punya rasa lelah bukan hanya dirinya. Akupun juga. Seharian dengan segala aktifitas rumah yang tidak bisa dibilang mudah dan enteng. Menjaga juga mengasuh, dan mendidik para aktifis kecil yang tiada lelah melakukan segala aktifitasnya. Dan aku bukan mengeluh, tapi aku hanya ingin dirinya mengerti apa yang akupun juga rasakan.
“Astaghfirullah...” gumamku dalam hati.
Betapa lemah dan rapuhnya diriku. Bukankah segalanya akan menjadi indah jika melakukan semuanya dengan ikhlas. Disela air mata yang terus menetes dan tangan yang sembari men-couping badan suami tercinta, kubangun kembali “kekuatan” jiwa.
Setidaknya menyadari bahwa peran sebagai Isteri dan Ibu dalam keluarga mungilku ini memang tak mudah. Menyadari bahwa seorang Isteri juga Ibu adalah ujung tombak dalam keluarganya. Meski dia bukanlah seorang pemimpin keluarga tapi dia adalah pelita bagi keluarga. Tempat untuk berkeluh kesah, tempat untuk bermanja dan bercanda, tempat menghilangkan letih dan lelah, ataupun tempat menuangkan segala isi rasa dan jiwa. Meski dirinya sendiri tak tahu harus ke mana dia dapat menuangkan segala isi rasa dan jiwanya sendiri.
Menyadari bahwa ”kekuatan” jiwa yang dilengkapai dengan kelapangan adalah hal yang terpenting dalam diri seorang Isteri juga Ibu. Sosok yang kuat di tengah kelemahan seorang wanita. Sosok yang penuh kelembutan di tengah kerapuhan seorang wanita.
Karenanya betapa indah “hadiah” yang akan diberikanNya jika aku bisa melakukan semuanya dengan ikhlas dan lapang.
“Ya Alloh, sungguh maafkan diriku. Untuk segala ‘keluh’ dan ‘kesah’ yang seharusnya tak pernah ada. Untuk segala tangis dan sendu yang seharusnya tak pernah hadir...” lirihku.
Dan semoga Alloh memaafkan diriku untuk segala isi rasa dan jiwa ini. Menjadikan diri ini menjadi lebih dan lebih baik lagi. Setidaknya aku ingin menjadi Isteri juga Ibu akhir zaman yang terbaik untuk suami dan anak-anaknya tercinta.
Abi, Luv U...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar