Andre El Haddad pantas disebut sebagai salah satu biang kerok
kekalahan Timnas Senior Indonesia di tangan Bahrain. Ini adalah sebuah
skandal. Kekalahan telak 0-10 yang diterima oleh Timnas tidak lepas dari
buruknya kepemimpinan Andre El Haddad pada pertandingan penutup
tersebut. Indonesia yang datang dengan skuad tambal sulam, tak mampu
berkata apa-apa setelah Kiper Utama dikartu merah saat pertandingan baru
berusia 2 menit.
Pemberian kartu merah secara langsung di saat pertandingan baru berjalan 2 menit merupakan keputusan yang sangat mencurigakan. Setidaknya, untuk memberi sebuah kartu merah, seorang pemain setidaknya terlebih dahulu melakukan pelanggaran ringan beberapa kali, menerima kartu kuning sekali atau melakukan tindakan berbahaya yang mengancam keselamatan pemain lawan. Kartu merah bisa juga langsung dilayangkan kepada pemain yang melakukan tindakan yang memang telah dilarang dengan keras oleh FIFA seperti berlaku rasis, berkelahi dsb.
Andre El Haddad memang memiliki track record yang terbilang buruk. Salah satunya ketika pertandingan antara China melawan Singapura pada putaran Kualifikasi Pra Piala Dunia, September 2011. Pada pertandingan itu Andre El Haddad beberapa kali membuat keputusan yang kontroversial dan di luar dugaan.
Seperti diketahui sebelumnya, Qatar melayangkan protes kepada Timnas Indonesia karena mengirimkan tim lapis kedua menghadapi Bahrain. Meski pertandingan itu tidak berpengaruh apa-apa bagi Indonesia, tapi sangat menentukan langkah Qatar. Andai saja Bahrain mampu mengalahkan Indonesia dengan margin 9 gol dan Qatar kalah dari Iran maka Bahrain lah yang akan maju ke babak ke empat. Apes bagi Baharain, meski mereka mampu menang 10-0 melawan Indonesia, tapi Qatar mampu menahan imbang Iran. Sehingga Qatar dan Iran lah yang maju ke babak berikutnya.
Bagaimanapun kecurigaan patut di alamatkan ke Andre El Haddad dan Bahrain. Sangat mungkin sekali ada konspirasi dan pengaturan skor akhir di pertandingan tersebut. Namun kita berharap investigasi yang dilakukan FIFA tidak menjerat Indonesia. Bila ternyata Indonesia ikut terlibat dalam persekongkolan, hancurlah nama baik bangsa ini.
Skor mencolok 10-0 merupakan rekor kekalahan tertelak yang pernah dialami Indonesia di era sepak bola modern. Bahkan kini hampir langka kita menemui skor sebesar itu di pertandingan resmi manapun. Bahkan tim seelit Real Madrid atau Manchester united saja sudah hampir tidak pernah menorehkan hasil serupa, di pertandingan bertajuk apapun. Di level timnas, ada Spanyol dan Jerman. Pun kedua negara tersebut tak pernah lagi mencetak skor 10-0 pada setiap lawan yang mereka hadapi.
Kecurigaan adanya konspirasi bertambah panas karena memang head to head antara Indonesia dan Bahrain tidaklah begitu mencolok. Bahkan Indonesia pernah mengandaskan Bahrain di Piala Asia 2007 lalu.
AFC dan FIFA seharusnya bergerak cepat menyelidiki kasus ini, mulai dari komite wasit di pertandingan tersebut, official, pihak Bahrain dan bahkan kubu Indonesia harusnya diinvestigasi.
PSSI Harusnya Sadar
PSSI seharusnya sadar kalau kekalahan ini adalah arang hitam di muka Timnas kita. Setelah sebelumnya timnas u-21 dikandaskan oleh Myanmar di Brunei esoknya Timnas senior malah dipermak, dicukur, digilas, dibantai, dikerjai oleh timnas Bahrain. Padahal kekuatan Bahrain bukan termasuk kekuatan yang diperhitungkan di Asia apalagi Dunia. Berbeda dengan Qatar yang memang memiliki liga yang cukup bagus dan diisi oleh pemain-pemain top dunia.
Maaf saja tak cukup. Kesemrawutan manajemen PSSI dan Dualisme liga membuat timnas pincang dan berlaga hanya dengan satu kaki. Bagaimana mungkin pemain bisa klop hanya dengan berlatih dua minggu. Maka maaf yang dilayangkan PSSI tidak cukup untuk mengobati luka yang teramat dalam di hati pecinta sepak bola tanah air. Perlu adanya introspeksi diri dan perbaikan mendasar di tubuh kepengurusan PSSI.
Ini hanya sebuah catatan dari pecinta sepak boal tanah air. Turut berduka cita atas kekalahan telak timnas. PSSI harus menyambut sekeranjang gol yang dibawa punggawa timnas dari Bahrain dan catat sebagai dosa dan utang kepada masyarakat Indonesia.
Pemberian kartu merah secara langsung di saat pertandingan baru berjalan 2 menit merupakan keputusan yang sangat mencurigakan. Setidaknya, untuk memberi sebuah kartu merah, seorang pemain setidaknya terlebih dahulu melakukan pelanggaran ringan beberapa kali, menerima kartu kuning sekali atau melakukan tindakan berbahaya yang mengancam keselamatan pemain lawan. Kartu merah bisa juga langsung dilayangkan kepada pemain yang melakukan tindakan yang memang telah dilarang dengan keras oleh FIFA seperti berlaku rasis, berkelahi dsb.
Andre El Haddad memang memiliki track record yang terbilang buruk. Salah satunya ketika pertandingan antara China melawan Singapura pada putaran Kualifikasi Pra Piala Dunia, September 2011. Pada pertandingan itu Andre El Haddad beberapa kali membuat keputusan yang kontroversial dan di luar dugaan.
Seperti diketahui sebelumnya, Qatar melayangkan protes kepada Timnas Indonesia karena mengirimkan tim lapis kedua menghadapi Bahrain. Meski pertandingan itu tidak berpengaruh apa-apa bagi Indonesia, tapi sangat menentukan langkah Qatar. Andai saja Bahrain mampu mengalahkan Indonesia dengan margin 9 gol dan Qatar kalah dari Iran maka Bahrain lah yang akan maju ke babak ke empat. Apes bagi Baharain, meski mereka mampu menang 10-0 melawan Indonesia, tapi Qatar mampu menahan imbang Iran. Sehingga Qatar dan Iran lah yang maju ke babak berikutnya.
Bagaimanapun kecurigaan patut di alamatkan ke Andre El Haddad dan Bahrain. Sangat mungkin sekali ada konspirasi dan pengaturan skor akhir di pertandingan tersebut. Namun kita berharap investigasi yang dilakukan FIFA tidak menjerat Indonesia. Bila ternyata Indonesia ikut terlibat dalam persekongkolan, hancurlah nama baik bangsa ini.
Skor mencolok 10-0 merupakan rekor kekalahan tertelak yang pernah dialami Indonesia di era sepak bola modern. Bahkan kini hampir langka kita menemui skor sebesar itu di pertandingan resmi manapun. Bahkan tim seelit Real Madrid atau Manchester united saja sudah hampir tidak pernah menorehkan hasil serupa, di pertandingan bertajuk apapun. Di level timnas, ada Spanyol dan Jerman. Pun kedua negara tersebut tak pernah lagi mencetak skor 10-0 pada setiap lawan yang mereka hadapi.
Kecurigaan adanya konspirasi bertambah panas karena memang head to head antara Indonesia dan Bahrain tidaklah begitu mencolok. Bahkan Indonesia pernah mengandaskan Bahrain di Piala Asia 2007 lalu.
AFC dan FIFA seharusnya bergerak cepat menyelidiki kasus ini, mulai dari komite wasit di pertandingan tersebut, official, pihak Bahrain dan bahkan kubu Indonesia harusnya diinvestigasi.
PSSI Harusnya Sadar
PSSI seharusnya sadar kalau kekalahan ini adalah arang hitam di muka Timnas kita. Setelah sebelumnya timnas u-21 dikandaskan oleh Myanmar di Brunei esoknya Timnas senior malah dipermak, dicukur, digilas, dibantai, dikerjai oleh timnas Bahrain. Padahal kekuatan Bahrain bukan termasuk kekuatan yang diperhitungkan di Asia apalagi Dunia. Berbeda dengan Qatar yang memang memiliki liga yang cukup bagus dan diisi oleh pemain-pemain top dunia.
Maaf saja tak cukup. Kesemrawutan manajemen PSSI dan Dualisme liga membuat timnas pincang dan berlaga hanya dengan satu kaki. Bagaimana mungkin pemain bisa klop hanya dengan berlatih dua minggu. Maka maaf yang dilayangkan PSSI tidak cukup untuk mengobati luka yang teramat dalam di hati pecinta sepak bola tanah air. Perlu adanya introspeksi diri dan perbaikan mendasar di tubuh kepengurusan PSSI.
Ini hanya sebuah catatan dari pecinta sepak boal tanah air. Turut berduka cita atas kekalahan telak timnas. PSSI harus menyambut sekeranjang gol yang dibawa punggawa timnas dari Bahrain dan catat sebagai dosa dan utang kepada masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar