Kamis, 16 Februari 2012

Filsafat Cinta

Seorang teman lama mengirim pesan singkat pada saya. Intinya ia menanyakan tentang definisi atau sekedar arti sederhana dari kagum, suka, sayang dan cinta. Entah mengapa pertanyaan ini menggugah saya untuk menulis. Sebuah pertanyaan sederhana, namun sampai sekarang tidak pernah ada definisi yang jelas dari ke empat kata tadi. Keempat kata tadi rasanya merupakan representasi individu yang sedang mengalami keadaan trance akibat individu yang lainnya. Trance yang saya maksud adalah sebuah perasan senang, kangen, atau penasaran yang kadang menghinggapi kita. Maka saya berasumsi bahwa keempat variabel kata ingin dikaitkan dengan perasaan yang ujung-ujungnya tentang orang lain. Atau dalam bahasa anak gaul jaman sekarang “ngomongin gebetan”.

Sigmund Freud seorang psikolog yang menembangkan metode psikonalisis pernah berujar, bahwa cinta yang pertama kali dirasakan oleh manusia adalah cinta kepada ibu. Sebuah kondisi Oedipus katanya, seorang anak menyukai secara erotis ibunya dan memusuhi ayahnya. Oleh karena itu saya anggap dari 4 variabel kata tadi, ada satu kata lagi yang tertinggal. Yaitu nafsu.

Oke mari kita mulai definisikan apa nafsu itu. Nafsu adalah ketertarikan secara personal seksual atas penampilan fisik yang erotis atau menimbulkan gejolak hasrat dalam diri manusia. Nafsu adalah sbeuah given sesuatu yang dibawa dari lahir. Tidak ada manusia yang tidak memiliki nafsu. Nafsu membuat orang menjadi suka, kagum, sayang dan akhirnya cinta. Proses hubungan seseoang buat saya akan diawali oleh nafsu. Eits tunggu dulu tidak melulu nafsu berorientasi dengan seks! Nafsu juga berorientasi untuk memiliki, menikmati dan menjaga hal yang kita mau.

Kagum menurut KBBI adalah tercengang atau terperangah. Ini merupakan kondisi subjek terhadap objek yang berada di luarnya. Ribet? Gampangnya kagum adalah kondisi dimana seseorang merasa sangat senang melihat kelebihan dan pesona dari orang lain. Ini adalah trance kita yang pertama. Kagum merupakan kondisi awal atau sebuah sumbu yang akan memulai rentetan kondisi berikutnya. Kondisi yang saya maksud adalah bisa jadi akan naik ke tingkat suka, atau nantinya hanya akan berakhir menjadi sekedar kagum saja.

Suka adalah kondisi dimana kita menyenangi, tertarik dan terpesona terhadap apa yang diluar diri kita. Suka adalah sebuah tahapan trance kita yang berikutnya. Sungguh luarbiasa bukan? Tuhan menciptakan perasaan, menrepresentasikan objek diluar diri kita sebagai sesuatu yang indah. Dan tentu saja kita patut bersukur karena telah diberi mata, sehingga bisa menikmati itu semua. Tentu saja semoga kita tidak hanya menyukai apa yang nampak dimata saja.

Sayang, kata favorit saya. Kenapa? Saya tidak percaya cinta, tapi saya percaya rasa sayang yang tulus. The unconditional feeling of caring itulah definisi saya tentang sayang. Terinspirsi dari lagi Alicia Keys, love you when you strong, love you when you weak, love you when you right and love you when you wrong! Sayang adalah sebuah trance yang paling dalam! Sayang adalah sebuah kondisi dimana seseorang mulai memaknai hubungan antar manusia tidak lagi secara materi namun lebih dalam. Ada sebuah keterikatan emosi didalamnya. Sayang tidak menuntut apapun, ia hanya sebuah perasaan euforia mendalam saat kita bersama orang yang menyenangkan hati dan jiwa kita.

Sedangkan cinta? Cinta buat saya adalah tujuan yang ga bakal akan tercapai. Cinta seperti mengharapkan Amerika untuk menjadi negara komunis. Cinta adalah sebuah cita-cita. Proses menuju kesanalah yang terpenting! Saya lebih menghargai sebuah usaha untuk mencapai tujuan daripada akhir dari tujuan tersebut. Karena saat berusaha mencapai tujuan, kita akan mengeluarkan segala hal yang kita miliki, memaksa kita untuk melewati batas-batas kemampuan diri dan akhirnya menjadi a better man dalam bahasa Robbie William.

I just wanna feel real love, sebuah penggalan lain dari lirik lagu Robbie William. Bagaimana kita memaknai suka, kagum, sayang dan kagum tergantung subjektifitas individu tersebut, dimana ia dibesarkan, bagaimana pola pikirnya. Seorang yang hidup sebagai santri akan berbeda sama sekali dalam memaknai cinta dengan seorang hedonis yang hidup di dunia gemerlap. Subjektifitas itu diikat dalam satu kesamaan pemikiran bahwa sebuah hubungan harus dilandasi dengan pemikiran yang sama antar 2 individu yang berbeda.

Pemikiran yang sama tersebut maksudnya adalah ada kesamaan visi dan cara pandang dalam melakukan hubungan. Namun sekali lagi subjektifitas tak lepas dari bagaimana anda, saya, dan mereka dalam memaknai itu semua. Yang jelas, saat anda memulai hubungan awalilah dengan niat yang baik. Dan semoga perasaan yang ada miliki tadi tidak membuat anda menjadi bodoh dan buta!! (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar