Tulisan ini terinspirasi ketika melihat curhat seorang teman melalui statusnya di FB. “Ternyata mencintai itu menyakitkan! Lebih baik Dicintai daripada mencintai”. Kalimat tersebut melukiskan kekecewaan hati ketika orang yang kita cintai ternyata menyakiti hati.
Pernahkah anda merasakan cinta yang
begitu menyakitkan? Bukankah cinta itu sesuatu yang seyogyanya mampu
membuat setiap insan bahagia, bahkan sejuta rasanya takkan sanggup untuk
diuraikan dengan kata-kata. Cinta adalah sebuah kekuatan. Kekuatan yang
mampu merubah duri menjadi mawar, cuka menjadi anggur, sedih menjadi
riang, amarah menjadi ramah dan musibah menjadi muhibah. Cinta adalah
pengorbanan. Cinta adalah ketulusan. Cinta adalah keikhlasan. Cinta itu
tidak mengekang. Cinta itu tidak menyakiti. Namun dengan kekuatannya,
cinta mampu membuat kita berurai airmata. Airmata kesedihan ataupun
airmata keharuan. Namun mengapa cinta juga bisa merubah perilaku
seseorang menjadi sosok yang begitu menakutkan layaknya monster?
Tentu anda pernah mendengar atau membaca
berita yang sangat tidak manusiawi. Akibat terbakar cemburu, seorang
suami tega membakar isterinya. Atau seorang laki-laki yang begitu
kejamnya membunuh kekasihnya dengan cara keji hanya karena tidak terima
kekasihnya itu ber-bbm ria dengan lelaki lain. Api cemburu ternyata
mampu melumatkan cinta. Cemburu buta, posesif berlebihan, amarah meluap
mampu memadamkan cinta yang membara.
Begitu banyak pertanyaan yang
melatarbelakangi mengapa mencintai seseorang justru sangat menyakitkan?
Mengapa cinta bisa mengubah seseorang menjadi kejam? Dan bila cinta
bersemayam dalam hati, mengapa begitu banyak pasangan suami isteri yang
memutuskan bercerai? Kemanakah perginya cinta yang dahulu bergelora?
Mengapa seseorang tega mengkhianati pasangannya? Mengapa suami melakukan
kekerasan dalam rumah tangga terhadap isterinya? Mengapa ada orang yang
nekat mengakhiri hidupnya dengan tragis hanya karena putus cinta?
Sedemikian dahsyat kah cinta memporak-porandakan hati? Benarkah
mencintai itu menyakitkan?
Lantas, latar belakang apa yang membuat seseorang mencintai menjadi begitu terasa menyakitkan hati:
1. Cinta yang terkhianati
Siapapun orangnya di muka bumi ini tentu
akan merasakan sakit ketika mengetahui seseorang yang yang dicintai
ternyata tega mengkhianatinya. Seorang isteri tentu akan merasakan
kekecewaan yang teramat dalam ketika mengetahui suami yang sangat
dicintainya telah berselingkuh atau memiliki Wanita Idaman Lain. Atau
ia memergoki suaminya begitu menikmati kecantikan atau mengagumi wanita
lain. Begitu pula sebaliknya. Sang suami menerima kenyataan isterinya
ternyata tidak setia. Atau suami yang kecewa karena ternyata sang isteri
tidak sesuai dengan harapannya. Ketika ia mengetahui isterinya ternyata
seorang perempuan yang cerewet, pemarah atau memiliki perilaku yang
tidak pantas. Mengharapkan pasangan memiliki kadar cinta yang sama namun
ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan, hal itulah yang membuat
orang yang sangat mencintai akan merasakan sesuatu yang begitu
menyakitkan.
Rasa takut kehilangan seseorang yang
sangat dicintai akan membuatnya merasakan sakit ketika menerima
kenyataan pahit bahwa orang yang dicintainya itu ternyata telah
meninggalkannya atau melukai hatinya. Tentu saja cinta akan semakin
menyakitkan bila bernilai posesif, rasa kepemilikan yang sangat tinggi,
sehingga sulit berbagi rasa dengan yang lain.
Pada prinsipnya manusia akan merasa
kesulitan mengalami kehilangan. Rasa sakit kehilangan sesuatu lebih kuat
dibandingkan saat mendapatkan sesuatu.
Menurut Daniel Kahneman, peraih penghargaan Nobel atas karyanya “Prospect Theory”,
memposisikan bagaimana seseorang mengambil pilihan dalam suatu situasi.
Ketika ia harus mengambil keputusan antara 2 hal yang mengandung
risiko. Contoh, manusia akan memandang rasa sakit kehilangan uang
sebanyak Rp.50.000 lebih besar ketimbang ia mendapatkan uang dengan
jumlah yang sama. Hal ini merupakan fakta psikologis bahwa otak manusia
memandang rasa kehilangan lebih berat ketimbang mendapatkan suatu hal
yang baru.
Ketika seseorang kehilangan sesuatu atau
orang yang sangat dicintainya, biasanya akan menimbulkan rasa sakit
atau luka yang mendalam dibandingkan saat ia mendapatkan sesuatu.
Biasanya kita akan kita lebih termotivasi untuk menghindari rasa
kehilangan daripada mengambil risiko untuk mendapatkan sesuatu yang
baru.
2. Mencintai seseorang yang tidak mencintai
Cinta bertepuk sebelah tangan. Rasa
kecewa mendalam ketika cinta yang telah terpupuk subur di dalam hati
ternyata tidak terbalaskan. Mencintai seseorang yang ternyata tidak
mencintai akan terasa menyesakkan dada.
Ketika seseorang mengalami penolakan
cinta, tak hanya hati yang terasa sakit, namun perasaan seolah dalam
kondisi didorong ke arah berlawanan dari arah yang sebenarnya ingin
dituju. Saat mengetahui ternyata sang pujaan hati tidak bisa membalas
rasa cinta atau tidak mau menjalin hubungan lebih dari sekadar
pertemanan,biasanya kalimat yang akan terungkap ketika curhat kepada
sahabat adalah “aku ditolak”.
Mengapa penolakan cinta begitu terasa
menyakitkan? Para peneliti di University of Amsterdam menemukan bahwa
penolakan terkait dengan respon sistem saraf parasimpatetik. Saat tubuh
aktif, seperti halnya seseorang yang hendak berkelahi maka sistem
simpatetik akan bersiap, detak jantung menguat, pupil mata membesar, dan
energi menjadi tinggi. Sistem parasimpatetik tersebut bertanggung jawab
terhadap tubuh saat beristirahat.
Ketika cinta ditolak, para ahli
mengatakan, seseorang akan merasakan seolah tidak disukai, kemudian
berujung pada detak jantung melambann, begitu pula aktivitas sistem
saraf parasimpatetik. Intinya, ditolak atau diputus cinta menghasilkan
respon fisik dan psikologis. Tak heran, saat seseorang mengalami
penolakan, maka ia akan merasakan seolah “copot” atau “patah”, hal itu
disebabkan karena detak jantung yang mendadak melamban tadi.
3. Mencintai seseorang yang telah menjadi milik orang lain
Ketika kita mencintai seseorang, harapan
untuk memilikinya tentu teramat besar. Inilah penyebab utama mengapa
banyak orang merasa tersakiti oleh cinta. Ketika menerima kenyataan
bahwa orang yang kita cintai telah menjadi milik orang lain. Harapan
untuk bersatu pun menjadi kandas. Mencintai dan dicintai oleh seseorang
yang telah menjadi milik orang lain, akan terjebak dalam pusaran ‘cinta
terlarang’. Sebenarnya apa yang mereka rasakan bukanlah sebuah cinta,
melainkan sebuah hasrat. Hasrat untuk memiliki, hasrat untuk melindungi,
dan hasrat untuk menjaga, hasrat untuk bisa terus bersama meskipun
tembok tinggi menghalangi keduanya. Hasrat itu bukanlah cinta.
Hal ini bisa terjadi kepada siapa saja.
Ketika hati sedang berbunga cinta, belakangan baru anda ketahui bahwa
pasangan anda ternyata telah memiliki orang lain. Dilema hati tentu akan
merajai perasaan anda. Saatnya anda harus mengambil keputusan agar
tidak terjebak dalam hubungan cinta yang rumit. Anda hanya memiliki 2
pilihan yang jelas; yaitu terus mencintai orang tersebut atau
melupakannya sama sekali.
Bila anda tetap memilih keputusan yang
pertama, berarti anda harus siap menanggung segala risikonya. Di saat
anda sedang membutuhkan dirinya untuk menemani anda sewaktu anda sedang
sakit atau sedang bersedih, ternyata dirinya tak mampu memenuhi harapan
anda. Perasaan terabaikan kerap melanda jiwa anda. Hal itulah yang suatu
saat akan melukai hati anda. yang Padahal anda bisa membuka hati untuk
wanita atau pria idaman di luar sana yang mungkin jauh lebih baik.
4. Hubungan Cinta yang kandas di tengah jalan
Hubungan cinta yang terjalin suatu saat akan menemukan titik jenuh. Hal tersebut terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan
hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurut penelitinya sebuah
hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor
bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan
rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang
tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun,
cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang
murni lagi.
Rasa tergila-gila yang muncul di awal
jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia
spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin,
neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga
dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan
badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu
berkurang lalu menghilang.
Bagaimana reaksi kita ketika menerima
kenyataan orang yang kita cintai tidak merasa nyaman berada di samping
kita? Mungkin dia tidak begitu saja meninggalkan kita, namun dengan
sikap dan perilakunya yang menunjukan rasa jenuh menyebabkan hati
terluka. Ketika dia akhirnya hubungan itu kandas, hal itu akan sangat
menyakitkan.
Para peneliti di Stony Brook University berpendapat
bahwa seseorang yang mengalami kekecewaan saat hubungan cintanya kandas
kemudian dia harus melupakan orang yang dicintainya, diibaratkan
seperti seseorang yang diharuskan berhenti merokok dan melupakan adiksi
terhadap zat-zat tertentu. Terdapat area pada otak yang aktif saat
terjadi rasa sakit akibat kandasnya sebuah hubungan cinta, . Bagian itu
juga terhubung dengan kebutuhan akan motivasi, reward, dan adiksi.
Bahkan bagian otak tersebut menunjukkan kesamaan antara hubungan cinta
yang kandas dan “sakaw” akan zat-zat tertentu. Hubungan cinta yang
kandas akan terasa sakit karena kita punya ketergantungan terhadap
hubungan.
Cinta merupakan salah satu pesan agung
yang disampaikan Allah SWT kepada manusia sejak awal penciptaan
makhluk-Nya. Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah,
Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di
atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, ‘Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku.’ (HR Muslim).
Cinta seorang manusia kepada manusia
yang lain semata-mata karena cintanya terhadap orang tersebut, tentu
akan banyak menimbulkan persoalan serius, seperti kekecewaan, amarah,
penyesalan bahkan sakit hati. Sebab cinta manusia hanya bersifat
sementara. Cinta yang muncul karena dorongan material dan hawa nafsu.
Kedua hal inilah yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan
duniawi.
Jika kecintaan kita terhadap seseorang
dilandasi karena kecintaan kita terhadap sang Pencipta manusia,
kehidupan kita niscaya akan berjalan harmonis dan langgeng. Sebab cinta
yang diajarkan Allah SWT adalah cinta yang berujung pada keabadian,
karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak.
Keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai
jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata hanya karena
Allah SWT. CintaNYA yang mengingatkan manusia bahwa DIA tidak akan
pernah mendahulukan amarah-Nya.
Mampukah kita mencintai pasangan kita
semata-mata karena kecintaan kita kepada Allah SWT? Semoga kita termasuk
orang-orang yang bisa mencinta semata-mata hanya karena mengharap
cintaNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar