Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya
mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia.
Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia,
yaitu materialisme. Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah
memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits
Wahn,
”Hampir saja bangsa-bangsa mengepung
kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata
seorang sahabat, “ Apakah karena kita sedikit pada saat itu ? Rasul saw.
bersabda,” Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti
buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian
rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn.
Berkata seorang sahabat,” Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul
saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Dawud)
Dunia dengan segala isinya adalah fitnah
yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan
peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda
dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda:
”Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah
menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya.
Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita,
karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita”(HR
Muslim) (At-Taghaabun 14-15).
Macam-macam Fitnah Dunia
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan.
Fitnah Wanita
Dahsyatnya fitnah wanita telah
disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Bahkan surat ‘Ali Imran 14
menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh
manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya
untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidaklah aku tinggalkan
fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita” (HR
Bukhari dan Muslim).
Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja
dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun
rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para
pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita
juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits
yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya
karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita
yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu
Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika
wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari
ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita itu
wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan
perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat
Islam.
Ada banyak cerita masa lalu baik yang
terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang
menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang
membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka
ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual
minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita
yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan
Al-Qur’an. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita.
Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak
lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil
dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah
raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan
banyak lagi kisah-kisah lainnya.
Fitnah Harta
Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang
sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, “Dari Amru bin Auf
al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah
ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang
dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar
kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi
saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan
beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,”Saya yakin
kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa
sesuatu?” Mereka menjawab, ”Betul wahai Rasulullah”. Rasul saw.
bersabda, ”Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan
kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu
tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi
orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya
sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana
telah menghancurkan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim).
Pada saat dimana dakwah sudah memasuki
wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena
pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar.
Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas
dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main
dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil
mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebih-lebihan
dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang
memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena
fitnah harta.
Yang paling parah dari fitnah harta bagi
para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala
sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas
nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah,
menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada
penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya.
Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan
para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih
mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan
pertimbangan dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan
Al-Qur’an surat Al-Anfaal (8): 67-68, “Tidak patut, bagi seorang nabi
mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi.
Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki
(pahala) akhirat (untukmu)…”
Fitnah Kekuasaan
Fitnah kekuasaan biasanya menimpa
kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang
menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti
Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a.
dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij.
Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa
gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para
aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah
manusia biasa yang tidak ma’shum dan tidak terbebas dari dosa dan
fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam.
Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati
Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah
publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah
kekuasaan.
Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat
menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling
memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam
sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah
ini.
Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah
dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan
berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita
sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga
bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita
harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia
dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir.
1. Hakekat Harta dan Dunia
· Kesenangan yang menipu. [QS. Ali Imran (3): 185]
· Kesenangan yang terbatas dan sementara. [QS. Ali Imran (3): 196-197]
· Jalan atau jembatan menuju akhirat,
Rasulullah saw bersabda, “Jadilah engkau di dunia seperti orang asing
atau musafir.” (HR Bukhari dari Ibnu Umar)
Manusia diciptakan Allah sebagai
pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia
atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana doa yang diungkapkan
oleh Abu Bakar r.a., ”Ya Allah jadikanlah dunia di tanganku, bukan masuk
ke dalam hatiku.” Seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memberi
teladan tentang pengorbanan total dengan segala harta yang dimiliki,
bukan malah mencontohkan kepada pengikutnya mengelus-elus mobil mewah
dengan hati penuh harap bisa memiliki.
2. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan.
Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa
kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak.
Bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar
akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus
berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya.
3. Sadar dan menyakini bahwa kenikmatan di akhirat jauh lebih nikmat dan abadi.
Rasulullah saw bersabda: ”Allah
menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan
ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk
saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya
khawatir mengenainya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang
Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt
sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada
orang-orang beriman di surga.
Dan kesimpulannya agar kita terbebas
dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi
karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa
inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa
berintraksi dengan Al-Qur’an baik dengan cara mempelajarinya maupun
dengan cara mengajarkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar