Rabu, 21 Desember 2011

Ibuku, Wanita terhebat didunia. Idolaku sepanjang Hidupku.

Ibu.. ….. adalah sosok yang sangat penuh cinta kasih. Akan tetapi apabila beliau disakiti apalagi oleh anaknya sendiri, akankah beliau memaafkan?? Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah berikut…

Al Qomah adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW, dan tidak lama lagi sepertinya ajal akan menjemputnya. Para sahabat mencoba menuntun AlQomah untuk mengucapkan kalimat “ La illaha illallah”, namun tampaknya dia kesulitan untuk mengucapknnya. Berulangkali para sahabat mengulangi ucapan itu dari mulutnya, namun yang ada tatapan matanya menerawang ke angkasa bagaikan orang ketakutan, mulutnya terkatup rapat tidak dapat mengucapkan sesuatu kecuali erangan kesakitan
Rasulullah saw datang menyaksikan kejadian tersebut.Kemudian beliau mencoba menuntun kalimat tauhid “Laa illlaha illallaah”, sampai tiga kali.
Tetap saja tidak ada respon sama sekali. Rasulullah saw kemudian bertanya kepada sahabat,
“Adakah diantara kalian yang tahu, apakah Al Qomah masih mempunyai orang tua.”
Salah seorang sahabat menjawab, “ Ya Rasulullah, Al Qomah sudah tidak mempunyai bapak, namun ibunya masih ada. Dia bermukim di sebuah gubuk kecil di kampung seberang”.

Rasulullah memerintahkan Ali dan Bilal untuk mencari ibu Al Qomah dan menceritakan putranya dalam keadaan sakaratul maut dan dalam keadaan tersiksa karena tidak dapat mengucapkan kalimat tauhid. Ali dan bilal pun berangkat. Keduanya mengalami kesulitan menemukan rumah ibunda Al qomah karena tempatnya yang terpencil. Untunglah ada titik terang setelah seorang memberitahu bahwa gubuk yang reot dan kumuh itu adalah tempat tinggal ibunda Al Qomah.
Setelah sampai ditempat bilal dan ali mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Alangkah terkejutnya kedua sahabat itu, melihat bahwa ibunda Al Qomah terbaring lemah. Dia terlihat begitu renta. Sahabat Ali bertanya, “Maaf nek, betulkan nenek ibunda Al Qomah?”
Nenek itu menggeleng kepala. “Bukan, saya bukan ibu Al Qomah,” kata nenek itu.
“Tapi orang kampung mengatakan bahwa nenek adalah ibunda Al Qomah,” jawab Ali.
“Dulu Al Qomah memang anakku, sewaktu dia masih dalam kandunganku, sewaktu aku melahirkannya dengan susah payah berjuang antara hidup dan mati, sewaktu ia kelaparan aku yang menyuapinya, sewaktu ia kedinginan aku yang mendekapnya hingga ia merasa nyaman. Dulu aku yang menyusuinya dari sisa kelelahanku. Tapi sekarang tidak, ia bukan anakku”.
Tergambar sebuah kekesalan dan kegeraman dari raut wajah sang nenek.
Ali dan Bilal saling bertatap muka bagaikan tertimpa gunung, kaki gemetaran, tulang terasa lemas mulutpun seolah susah berucap bahkan dia tidak sanggup berfikir rasional lagi. Tergambar sebuah kekesalan dan kegeraman dari raut wajah sang nenek.

Nenek itu melanjutkan ceritanya
“ Sesudah Al qomah dewasa dan beristri , ia bukan anakku lagi. Al qomah terlalu sibuk dengan urusanya, terlalu cinta kepada istrinya sampai tidak punya waktu untuk datang kemari untuk melihat keadaanku yang sudah renta ini, jangankan member nafkah, mengirim salampun tidak. Seolah aku ini bagian dari masa lalunya yang sudah terkubur.”
“Suatu ketika Al qomah datang kemari dan itu yang terakhir kalinya menginjakkan kakinya ke rumah ini. Ia membawa dua bungkusan, bungkusan yang satu diserahkan kepadaku. Alangkah gembiranya hatiku menerima pemberiannya. Ternyata anakku tidak melupakanku pikirku. Bungkusan itu segera kubuka di depannya, Alhamdulillah ternyata bungkusan itu berisi selembar kain sutera yang sangat bagus dan halus. Segera kupeluk dan kucium untuk meluapkan kegembiraanku. Tapi apa yang terjadi, Al Qomah mengambil kain itu kembali dan mengatakan, “ Maaf bu, saya keliru menyerahkan bungkusan itu, sebenarnya itu untuk istriku dan yang ini untuk ibu,” sambil menyerahkan bungkusan yang satunya. “Aku sebetulnya kecewa dengan Al Qomah, tapi masih terobati dengan bungkusan yang satu lagi.” Setelah menyerahkan bungkusan itu Al Qomah segera meninggalkanku. Aku buka bungkusan itu, tapi aku bertambah kecewa ternyata isi bungkusan itu adalah selembar kain bekas yang sudah lusuh yang mungkin dibelinya dari barang loakan. “Masih berhakkah Al Qomah menganggap aku ibunya?”.
Kini Ali dan Bilal sangat teriris hatinya mendengar cerita nenek itu, mereka tidak sanggup lagi mengatakan apapun, yang tersirat dalam hati hanyalah sebuah harapan dari nenek itu mau memaafkan segala kesalahan Al Qomah yang sudah sakaratul maut.
Dengan ragu-ragu Ali berkata, “Sekarang Al Qomah sedang sakaratul maut Nek. Ia tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid. Rasulullah memohon agar nenek berkenen memaafkan kesalahan Al Qomah.

“Tidak” nenek itu memekik. “ Ia bukan anakku. Aku mau menjalankan apa saja yang diperintahkan oleh Rasulullah asal tidak untuk Al Qomah. Ia terlalu durhaka kepada ibunya”.
Ali dan Bilal kembali menghadap Rasulullah dan menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi. Rasulullah saw bersabda
“Baiklah, kamu kembali lagi kepada ibu Al qomah, jangan katakan apapun kepadanya tentang Al Qomah. Katakan saja bahwa Rasulullah saw meminta kedatangannya.”
Ali dan Bilal segera berangkat dengan membawa kendaraan unta yang sudah dipersiapkan tempat duduknya khusus bagi ibunda Al qomah. Sementara itu Rasulullah saw mengutus para sahabat untuk menyusun tumpukkan kayu bakar di halaman rumah Al Qomah. Selanjutnya Al Qomah diangkat ke tempat unggukan kayu bakar itu.
Ali dan Bilal datang dengan membawa ibunda Al Qomah. Rasulullah saw langsung menyambut kedatangan nenek tua itu dengan hormat.
“Selamat datang, Nenek yang mulia” sambut Rasulullah saw
“Terima kasih wahai Junjunan” jawab nenek dengan lembut.
Namun roman muka nenek itu berubah dengan tiba-tiba. Ia kelihatan pucat, lalu bertanya
“Siapakah yang tergolek di pembaringan dekat timbunan kayu bakar itu dan untuk apa kayu ditumpukkan di dekatnya?”
Rasulullah menjawab,”Orang yang tergolek lemah dan tak berdaya itu adalah bekas anak nenek Al Qomah. Ia tersiksa dalam sakaratul maut nya oleh Allah karena durhaka kepada ibunya. Karena itu dari pada ia menderita berkepanjangan dalam sakaratulmautnya lebih baik aku bakar saja dia.”
“Betulkah ia akan dibakar?”Tanya nenek itu.
Rasulullah saw mengangguk, “Kecuali kalau nenek memaafkan kesalahannya”
“Tidak!”teriak nenek itu.”Bakar saja dia. Aku tidak peduli dan dia bukan anakku.”
Rasulullah lantas mengisyaratkan kepada para sahabat untuk membakar tumpukan kayu. Setelah api berkobar dan menjilat keseluruh penjuru, Nabi memerintahkan kepada para sahabat untuk mengangkat Al Qomah dari pembaringannya dan melemparkan ke tengah kobaran api yang menjulung tinggi.
Nenek itu terperanjat. Ia menjerit ketika Al qomah sudah digotong menuju kobaran api. Betulkan Engkau akan membakarnya hidup-hidup?”Tanya nenek. Rasulullah mengangguk, “Bila nenek tidak memberi maaf…”
“Tidak tidak”,nenek itu memekik keras. ”Lebih baik ia dibakar dari pada aku memaafkannya. Terlalu sakit
Hatiku karena mendapat penghinaan darinya. “Bakarlah dia. Al Qomah bukan Anakku.”
Maka dengan serempak Al Qomah diangkat tinggi dan diayunkan hendak dilemparkan ke tengah kobaran api.
Tiba-tiba nenek itu menjerit dan menangis.
“ Ya Rasulullah, jangan engkau bakar dia. Bagaimanapun Al Qomah telah di maafkan, seketika itu juga Al Qomah dapat mengucapkan kalimat “ Laa illaha illallaah” dan Al Qomah meninggal dengan tenang.

Sahabat sedikit gambaran dari cinta kasih seorang ibu.. Ibu adalah sosok yang sangat dimuliakan oleh Rasulullah SAW,

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a berkata: Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw lalu bertanya:
“Siapakah manusia yang paling berhak untuk aku layani dengan sebaik mungkin?” Rasulullah saw bersabda: “Ibumu.”
Orang itu bertanya lagi: “Kemudian siapa?”
Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.”
Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?”
Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ibumu.”
Orang itu terus bertanya: “Kemudian siapa?”
Rasulullah saw bersabda: “Kemudian ayahmu.”
[HR. Bukhori, Muslim, Ibnu Majjah, Ahmad]

dalam Alqur'an.. Allah SWT berfirman :
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. [QS. Al-Isra`: 23]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar