Rabu, 14 Desember 2011

Saptuari Sugiharto – Kedai Digital


Berbeda dengan generasi akhir 1990-an dan awal 2000-an yang umumnya terjun menjadi wirausahawan karena sulit mencari kerja akibat krisis ekonomi yang tengah melanda, generasi pengusaha muda berumur 20-an tahun saat ini tampak memiliki keyakinan diri yang lebih besar. Mereka sejak semula bersungguh-sungguh ingin menjalani hidup sebagai entrepreneur. Salah satu di antaranya adalah Saptuari Sugiharto. Lelaki berusia 29 tahun itu telah mulai berbisnis kecil-kecilan sejak kuliah di Jurusan Geografi Universitas Gadjah Mada. Tahun ini, ia terpilih sebagai runner-up Wirausahawan Muda Mandiri 2007.
Sejak masuk kampus UGM pada 1998, Saptuari telah mendambakan memiliki usaha sendiri. Sembari kuliah; beberapa usaha dijalaninya; mulai dari menjadi penjaga koperasi mahasiswa, penjual ayam kampung, penjual stiker, hingga sales dari agen kartu Halo Telkomsel. Lalu, pada 2004, ketika bekerja sebagai event organizer di sebuah perusahaan di Yogyakarta, mantan staf marketing Radio Swaragama FM ini terperanjat melihat antusiasme penonton berebut merchandise berlogo atau bergambar para selebriti. “Heran. Kenapa orang-orang begitu bersemangat mendapatkan kaus, pin, atau apa saja milik artis,” katanya. “Padahal, mereka bisa membuat merchandise apa saja sesuai dengan kemauannya.”
Bermula dari rasa heran itu, pada 2005 Saptuari mengambil langkah berani mendirikan Kedai Digital. Perusahaan itu bertujuan memproduksi barang-barang cendera mata (seperti mug, t-shirt, pin, gantungan kunci, mouse pad, foto dan poster keramik, serta banner) dengan hiasan hasil print digital. Waktu itu, ia bermodalkan uang sebanyak Rp28 juta; hasil dari tabungan, menjual motor, dan menggadaikan rumah keluarga.
Butuh waktu enam bulan bagi lelaki kelahiran Yogyakarta itu untuk memulai kegiatan Kedai Digital. Terlebih dahulu, ia mesti mencari mesin digital printing. Ia mendapatkannya (buatan China) di Bandung. Ia juga harus mencari tahu sumber-sumber bahan baku. Kemudian, ia harus mempersiapkan tempat usaha, menyusun konsep produk, dan merekrut para staf. Semuanya dilakukan sendirian.
Bisnisnya berjalan pelan tapi pasti. Ketika usahanya mulai stabil, Saptuari memberanikan diri merekrut desainer dari kampus-kampus seni yang memang tersedia cukup banyak di Yogyakarta. Untuk tenaga marketing, digunakan para mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang juga tersebar di kota itu. Target pasar Kedai Digital adalah para mahasiswa. Karenanya, menurut Saptuari, perusahaannya tak boleh main-main soal kualitas. Karena itu, ia mesti menggunakan desainer yang memiliki latar belakang pendidikan formal.
Pada tahun pertama, Kedai Digital telah berhasil meraih penjualan sebesar Rp400 juta. Tahun berikutnya, perolehan bisnis melesat menjadi Rp900 juta. Seiring dengan pertambahan outlet, revenue pada 2007 menembus angka Rp1,5 miliar.
Hingga akhir tahun silam, Kedai Digital telah memiliki delapan gerai di Yogyakarta. Salah satunya adalah Kedai Supply yang menyediakan bahan baku untuk kebutuhan produksi di seluruh outlet lainnya. Sementara itu, gerai Kedai Printing dikhususkan melayani pesanan produk-produk advertising seperti banner. Di luar Yogyakarta, Saptuari telah memiliki lima outlet lain (di Kebumen, Semarang, Tuban, Pekanbaru, dan Solo) melalui sistem waralaba.
Menurut Nur Alfa Agustina, Kepala Departemen MikroBisnis Group Bank Mandiri (penyelenggara Wirausahawan Muda Mandiri), di antara 500 peserta yang mengikuti lomba, Kedai Digital dinilai inovatif karena merupakan pelopor industri merchandise dengan metode digital printing di wilayah Yogyakarta. Untuk penilaian dari sisi bisnis, Saptuari mendapat nilai lebih karena bukan berasal dari keluarga pengusaha. Pendidikannya pun tak terkait dengan ilmu ekonomi. Lalu, karena melibatkan banyak mahasiswa dalam menggerakkan usahanya dan mengajarkan mereka soal entrepreneurship, lelaki bertubuh kekar itu mendapat nilai yang tinggi dalam penilaian aspek sosial.
Soal yang terakhir itu, Saptuari memang mengajak para pegawainya yang berperilaku baik untuk ikut memiliki saham di outlet-outlet Kedai Digital. Kini, telah empat kedai yang sahamnya ikut dimiliki para pekerja. “Saya tak mau mereka terus-terusan hanya menjadi pekerja. Mereka juga harus menjadi owner,” katanya. Semangat wirausaha telah ikut disebarluaskan.

KENALKAN.. namanya memang Drs. Asal Usul, MM. (Dari Sini Asal Usul Mbikin Mug! hehehe..) Dia memang tidak berbentuk manusia, tapi dia adalah serentetan waktu yang sudah kami lalui dari pertama kedai ini berdiri.. dengarlah cerita di masa lalunya..

Kedai Digital merupakan bentuk ekspresi seorang anak muda, yang bukan seniman namun berkeinginan bisa menyenangkan banyak orang. Namanya Saptu Ari, setelah bosan jadi "karyawan kutu loncat" di banyak perusahaan, dari Radio Swaragama, InSEd Production (EO), Sampoerna A Mild, Telkomsel, dan Gama Techno, dia berfikir untuk bisa memiliki usaha sendiri yang beda dari usaha kebanyakan. Inspirasinya didapatkan ketika melihat Artis dari Jakarta yang memiliki Merchandise untuk dijual kepada Fans-fans mereka. Dari situlah ide itu muncul,

"kenapa sih yang punya merchandise hanya artis?? apakah yang bukan artis gak boleh punya merchandise sendiri??" yup.. konsep MERCHANDISE PRIBADI pun tercipta..

Berbekal dana seadanya, Saptu nekat membuka kios kecil di Jl. Cenderawasih 3C Demangan baru, Jogja. Kios yang hanya berukuran 2x7 meter, diberi nama KEDAI DIGITAL yang buka pertama tanggal 28 Maret 2005. Konsep bikin Merchandise Pribadi yang diusungnya, dengan produk utama adalah Mug! Hanya dibantu 3 orang karyawan, 3 hari pertama yang laku hanya 2 buah mug!! (kasihan bener deh..), namun sekali kaki melangkah, pantang mundur ke belakang!

Dalam perkembangannya, konsep MERCHANDISE PRIBADI ini ternyata mendapatkan respon positif dari anak muda Jogja, dalam setahun respon dan dukungan datang dari banyak pihak, bukan hanya dari konsumen tapi juga dari banyak media massa yang memandang bisnis ini unik dan baru pertama ada di Jogja. (syukurlah..)

Dalam dua tahun perkembangannya produk yang ada di Kedai Digital terus bertambah, sampai saat ini sudah belasan produk yang dimiliki. Bahkan Mug Digital warna asalnya dari tempat ini, rekan bisnis yang ada di Jakarta dan Bandung sampai minta Mug Digital Warna bisa dikirim ke kota mereka.

Sampai pertengahn tahun 2008 Kedai Digital telah memiliki 23 Outlet yang tersebar di seluruh penjuru Jogja dan Kota-kota lainnya. Dari semula 3 Karyawan sekarang ada 150 Karyawan yang selalu siap sedia bikinin mug spesial buat kamu..

Terimakasih pada semua rekan Media baik televisi, radio maupun media cetak yang selama ini mendukung Kedai Digital untuk mengedukasi pasar tentang produk yang unik ini,semoga bisnis ini terus berlanjut dan selalu bisa menghadirkan senyum bagi banyak orang yang merasa menjadi istimewa, dengan pemberian yang hadir dari tangan-tangan kreatif di Kedai Digital...

"Begitulah ceritanya cucuku... hiks! :-)"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar