Saat timnas Indonesia mengalahkan Malaysia dengan skor telak 5-1, kemudian Laos 6-0 serta Thailand 2-1, ekspresi pelatih Alfred Riedl selalu saja tidak berlebihan.
Bahkan, ekspresi mantan pelatih Laos dan Vietnam ini lebih cenderung tak menunjukkan kegembiraan. Hal ini berbeda dengan Bryan Robson saat salah satu pemainnya berhasil membobol gawang timnas pada laga penentuan, Rabu (7/12/2010) malam dengan meluapkan kegembiraannya dalam selebrasi.
Tak ayal, apa yang dilakukan Riedl pun menjadi pertanyaan. Apa ada? Ternyata, apa yang dilakukan Riedl tersebut tak lain adalah untuk menghormati suporter lawan agar tidak semakin larut dalam kesedihan.
Maklum, bagi Riedl, suporter sepakbola sudah menjadi bagian dari hidupnya sejak menangani timnas Vietnam pada 2007 lalu. Itulah kenapa, ketika tim yang diasuhnya berhasil mempermalukan lawan, dirinya merasa tidak nyaman untuk melakukan selebrasi.
Dalam komentarnya di ajang Piala AFF 2010, saat timnas Indonesia menaklukkan Malaysia 5-1, dirinya seakan membesarkan hati suporter Malaysia dengan mengatakan tim negeri Jiran itu tidak layak digelontor 5 gol, tetap lebih pantas jika Indonesia menang 3-1. Begitu juga saat mengalahkan Laos yang lebih tepatnya menurut mantan striker timnas Austria itu menang 3-0.
Demikian juga saat timnas mengalahkan Thailand, bahwa hasil akhir lebih adil jika dengan skor imbang. Nah, itulah kenapa, saat setiap timnas Indonesia menciptakan gol, Riedl lebih banyak diam. Kalaupun melakukan selebrasi, itupun dilakukan biasa-biasa saja.
Ternyata, apa yang dilakukan Riedl tersebut mempunyai alasan yang mendalam. Ceritanya, saat menangani Timnas Vietnam di ajang Piala Asia 2007, Riedl telah divonis dokter mengidap penyakit ginjal yang diharuskan secepatnya melakukan transpalasi.
Tak ayal, saat itu sekitar 80 fans sepakbola Vietnam menawarkan diri menjadi pendonor ginjal bagi Riedl sebagai balasan terima kasih terhadap pelatih Austria itu karena telah berhasil mengharumkan nama Vietnam.
Tak ayal, satu pendonor pun dipilih dan proses transplantasi ginjal sukses sehingga kini, dia sehat seperti semula. Nah, dari kejadian itulah, Riedl selalu merasa berhutang kepada setiap suporter sepakbola dimana saja. Karena itulah juga, ketika tim yang diasuhnya menciptakan gol ke gawang lawan, dirinya selalu cenderung pasif demi menjaga perasaan suporter lawan.
"Semuanya baik-baik dan saya senang karena saya merasa benar-benar normal, sama seperti yang kulakukan 10 tahun lalu," katanya.
"Meskipun hubungan saya dengan fans selalu sempurna, aku benar-benar tersentuh ketika aku melihat begitu banyak orang ingin membantu saya," katanya kepada FIFA.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar