Timnas Indonesia mencatat hasil fenomenal di babak penyisihan Piala AFF 2010. Untuk kali pertama sepanjang sejarah, timnas Merah Putih berhasil menyapu bersih tiga pertandingan. Pelatih Alfred Riedl adalah dalangnya.
=============================
Laporan M. ALI MAHRUS, Jakarta
=============================
JALANNYA terpincang-pincang. Itu karena dia pernah mendapat cedera parah di kaki kanan saat masih aktif bermain. Karena keterbatasan itu, saat melatih di tengah lapangan, dia hampir tidak pernah memberi contoh langsung bagaimana pemain harus melakukan instruksinya seperti kebanyakan pelatih lainnya. Apalagi untuk menemani pemain berlari-lari mengitari lapangan untuk pemanasan.
Dia hanya memberi arahan bagaimana sebuah pola dan strategi dimainkan lewat suaranya yang sebenarnya juga tak begitu lantang. Meski tak sempurna secara fisik, jangan pernah meremehkan kinerja pelatih satu ini. Pelatih yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik yang pernah direkrut Indonesia, Alfred Riedl.
Pelatih 61 tahun itu resmi dikontrak untuk menukangi Indonesia pada awal Mei 2010. Keberhasilannya membawa Vietnam ke babak delapan besar Piala Asia 2007 dan memimpin Laos saat mempermalukan Indonesia 0-2 pada SEA Games 2009 lalu adalah salah satu alasan PSSI dan BTN (Badan Tim Nasional) mendatangkan Riedl.
Mantan pemain dan pelatih timnas Austria itu dikontrak hingga Maret 2010. Dua tugas pokok yang dibebankan padanya adalah membawa Pasukan Merah Putih, julukan timnas Indonesia, meraih yang terbaik di ajang Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011.
Karena prestasinya yang sudah tidak diragukan lagi, kabarnya PSSI membayar Riedl hingga USD 15 ribu per bulan (sekitar Rp 135 juta). Itu belum termasuk bonus prestasi. Tapi bayaran mahal itu dibayar Riedl dengan catatan membanggakan.
Apa kuncinya? Disiplin tinggi dan pandai mengobarkan semangat pemain. Saat kali pertama diperkenalkan pada media pekan pertama Mei lalu, Riedl mengatakan tidak akan pernah bekerjasama dengan pemain yang tidak disiplin dan tidak punya niat tulus untuk membela nama bangsa. Striker paling berbahaya Indonesia saat ini, Boaz Solossa, adalah korban ketegasan Riedl."Saya hanya akan bekerjasama dengan pemain yang disiplin dan mau berkorban untuk bangsanya," cetus Riedl kala itu.
Kedisiplinan pelatih yang fasih berbahasa Arab ini terlihat jelas ketika memimpin tim berlatih. Setiap sesi latihan, Riedl berangkat terpisah dengan pemain. Dia menggunakan mobil sendiri bersama seorang sopir. Sedangkan pemain menggunakan bus.
Sejauh ini, belum sekalipun Riedl telat datang ke lapangan saat jam latihan. Hampir bisa dipastikan dia selalu tiba lebih dulu dibanding pemain. Begitu datang, kebiasaannya adalah berkeliling lapangan mengecek kondisi lapangan untuk memastikan lapangan siap digunakan. Meski berdisiplin tinggi, pelatih yang pernah menjadi pencetak gol terbanyak di Bundesliga Austria pada musim 1972 itu sangat hangat dengan para pemainnya.
Di saat ada pemain bisa menjalankan intruksinya dengan bagus ketika latihan, Riedl langsung memberi pujian. Dua jempolnya pun diangkat. Riedl juga sosok pelatih yang anti memuji atau mengkritik pemain ketika bertanding. "Saya tidak akan pernah memuji atau mengkritik pemain setelah menjalani pertandingan. Apapun hasil sebuah pertandingan, itu adalah kerja tim. Bukan orang per orang," kata Riedl.
Saat ini, menghadapi pertandingan, pelatih yang saat memimpin latihan selalu setia dengan celana kolor di bawah lutut itu juga terkenal sangat serius. Percaya atau tidak, dalam tiga kali jumpa pers usai timnas Indonesia menjalani babak penyisihan grup A dan tampil mengesankan, tak sekalipun Riedl tersenyum meski puluhan media menyambutnya dengan tepuk tangan meriah.
Saat tim besutannya pesta gol ke gawang Malaysia dan Laos, ekspresi Riedl dari bench juga tetap dingin. Tidak ada ekspresi berlebihan. Apalagi sampai berjingkrak-jingkrak kegirangan. "Kemenangan ini belum berarti apa-apa, karena Indonesia belum meraih gelar juara," tegasnya.
Karena ketegasannya, Riedl sangat dihormati pemain. "Coach Alfred sangat pintar dalam memotivasi pemain. Dia juga tidak membedakan mana pemain senior dan junior," kata Bambang Pamungkas, penyerang timnas Indonesia.
Menurutnya, agar tidak ada jarak, Riedl melarang pemain yang lebih muda memanggil "Mas" atau "Bang" kepada pemain yang lebih tua. Di awal-awal TC (pemusatan latihan), pemain-pemain muda seperti Yongki Aribowo atau Kurnia Meiga, masih kerap memanggil Bambang dengan "Mas" atau "Bang".
"Coach Alfred sangat piawai dalam mengkombinasikan pemain senior dan junior. Caranya membangkitkan semangat pemain luar biasa. Sekarang semua melihat hasilnya," tambah kapten tim Firman Utina. (*)
=============================
Laporan M. ALI MAHRUS, Jakarta
=============================
JALANNYA terpincang-pincang. Itu karena dia pernah mendapat cedera parah di kaki kanan saat masih aktif bermain. Karena keterbatasan itu, saat melatih di tengah lapangan, dia hampir tidak pernah memberi contoh langsung bagaimana pemain harus melakukan instruksinya seperti kebanyakan pelatih lainnya. Apalagi untuk menemani pemain berlari-lari mengitari lapangan untuk pemanasan.
Dia hanya memberi arahan bagaimana sebuah pola dan strategi dimainkan lewat suaranya yang sebenarnya juga tak begitu lantang. Meski tak sempurna secara fisik, jangan pernah meremehkan kinerja pelatih satu ini. Pelatih yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik yang pernah direkrut Indonesia, Alfred Riedl.
Pelatih 61 tahun itu resmi dikontrak untuk menukangi Indonesia pada awal Mei 2010. Keberhasilannya membawa Vietnam ke babak delapan besar Piala Asia 2007 dan memimpin Laos saat mempermalukan Indonesia 0-2 pada SEA Games 2009 lalu adalah salah satu alasan PSSI dan BTN (Badan Tim Nasional) mendatangkan Riedl.
Mantan pemain dan pelatih timnas Austria itu dikontrak hingga Maret 2010. Dua tugas pokok yang dibebankan padanya adalah membawa Pasukan Merah Putih, julukan timnas Indonesia, meraih yang terbaik di ajang Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011.
Karena prestasinya yang sudah tidak diragukan lagi, kabarnya PSSI membayar Riedl hingga USD 15 ribu per bulan (sekitar Rp 135 juta). Itu belum termasuk bonus prestasi. Tapi bayaran mahal itu dibayar Riedl dengan catatan membanggakan.
Apa kuncinya? Disiplin tinggi dan pandai mengobarkan semangat pemain. Saat kali pertama diperkenalkan pada media pekan pertama Mei lalu, Riedl mengatakan tidak akan pernah bekerjasama dengan pemain yang tidak disiplin dan tidak punya niat tulus untuk membela nama bangsa. Striker paling berbahaya Indonesia saat ini, Boaz Solossa, adalah korban ketegasan Riedl."Saya hanya akan bekerjasama dengan pemain yang disiplin dan mau berkorban untuk bangsanya," cetus Riedl kala itu.
Kedisiplinan pelatih yang fasih berbahasa Arab ini terlihat jelas ketika memimpin tim berlatih. Setiap sesi latihan, Riedl berangkat terpisah dengan pemain. Dia menggunakan mobil sendiri bersama seorang sopir. Sedangkan pemain menggunakan bus.
Sejauh ini, belum sekalipun Riedl telat datang ke lapangan saat jam latihan. Hampir bisa dipastikan dia selalu tiba lebih dulu dibanding pemain. Begitu datang, kebiasaannya adalah berkeliling lapangan mengecek kondisi lapangan untuk memastikan lapangan siap digunakan. Meski berdisiplin tinggi, pelatih yang pernah menjadi pencetak gol terbanyak di Bundesliga Austria pada musim 1972 itu sangat hangat dengan para pemainnya.
Di saat ada pemain bisa menjalankan intruksinya dengan bagus ketika latihan, Riedl langsung memberi pujian. Dua jempolnya pun diangkat. Riedl juga sosok pelatih yang anti memuji atau mengkritik pemain ketika bertanding. "Saya tidak akan pernah memuji atau mengkritik pemain setelah menjalani pertandingan. Apapun hasil sebuah pertandingan, itu adalah kerja tim. Bukan orang per orang," kata Riedl.
Saat ini, menghadapi pertandingan, pelatih yang saat memimpin latihan selalu setia dengan celana kolor di bawah lutut itu juga terkenal sangat serius. Percaya atau tidak, dalam tiga kali jumpa pers usai timnas Indonesia menjalani babak penyisihan grup A dan tampil mengesankan, tak sekalipun Riedl tersenyum meski puluhan media menyambutnya dengan tepuk tangan meriah.
Saat tim besutannya pesta gol ke gawang Malaysia dan Laos, ekspresi Riedl dari bench juga tetap dingin. Tidak ada ekspresi berlebihan. Apalagi sampai berjingkrak-jingkrak kegirangan. "Kemenangan ini belum berarti apa-apa, karena Indonesia belum meraih gelar juara," tegasnya.
Karena ketegasannya, Riedl sangat dihormati pemain. "Coach Alfred sangat pintar dalam memotivasi pemain. Dia juga tidak membedakan mana pemain senior dan junior," kata Bambang Pamungkas, penyerang timnas Indonesia.
Menurutnya, agar tidak ada jarak, Riedl melarang pemain yang lebih muda memanggil "Mas" atau "Bang" kepada pemain yang lebih tua. Di awal-awal TC (pemusatan latihan), pemain-pemain muda seperti Yongki Aribowo atau Kurnia Meiga, masih kerap memanggil Bambang dengan "Mas" atau "Bang".
"Coach Alfred sangat piawai dalam mengkombinasikan pemain senior dan junior. Caranya membangkitkan semangat pemain luar biasa. Sekarang semua melihat hasilnya," tambah kapten tim Firman Utina. (*)
Nama : Alfred Riedl
Lahir : Wina Austria, 2 November 1949
Tinggi : 1,84 meter
Posisi saat bermain : Striker
Klub saat ini : Timnas Indonesia (pelatih )
Karir klub
Junior
1961-1967: ATSV Teesdorf
Senior
1967-1972: Austria Wien (98 kali main/58 gol)
1972-1974: Sint-Truiden (56 kali main/33 gol)
1974-1976: FC Antwerp (54 kali main/34 gol)
1976-1980: Standard Liege (106 kali main/53 gol)
1980 : FC Metz (19 kali main/6 gol)
1981-1982: Grazer AK (42 kali main/11 gol)
1982-1984: Wiener Sportclub (52 kali main/15 gol)
1984-1985: VfB Mng ( - )
Total : 427 kali main (210 gol)
Timnas Austria
1975-1978: 4 kali main, 0 gol
Karir Pelatih
1990-1991: Timnas Austria
1993-1994: Olympique Khouribga
1994-1995: Al-Zamalek
1997-1998: Liechtenstein
1998-2001: Timnas Vietnam
2001-2003: Al Salmiya
2003-2004: Timnas Vietnam
2004-2005: Timnas Palestina
2005-2007: Timnas Vietnam
2008-2009: Xi Ming Hai Ph FC
2009-2010: Timnas Laos
2010 : Timnas Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar