Selasa, 07 Desember 2010

Gonzales, Naturalisasi, dan Pembinaan

Euforia naturalisasi sedang melambung tinggi. Sebagian besar pencinta sepak bola Tanah Air kepincut dengan penampilan Cristian “El Loco” Gonzales, lantaran kemampuannya mengolah si kulit bundar di depan gawang lawan amat apik.
Terbukti, dalam tiga kali penampilannya bersama Timnas Indonesia, El Loco sukses mengemas empat gol. Satu gol ke gawang Malaysia dalam laga kualifikasi grup A Piala AFF, dua gol saat tampil dalam laga uji coba melawan Timor Leste, dan sebiji gol kontra Taiwan.

El Loco merupakan proyek naturalisasi pertama kali dalam sejarah sepak bola Indonesia. Penyerang kelahiran Montevideo, Uruguay, 34 tahun silam itu, resmi mengantongi paspor warga negara Indonesia melalui proses naturalisasi beberapa waktu lalu. Meski sempat tertunda, impian dan penantian panjangnya merumput bersama tim Merah-Putih terwujud sudah.

Kendati pretasi timnas saat ini bukan hasil kerja satu orang, melainkan tim, tapi kehadirannya mampu memberikan warna baru di timnas. Tak bisa dipungkiri, El Loco telah menyumbangkan kontribusi besar buat tim Merah-Putih. Namun, apa yang terjadi jika El Loco pensiun? Apakah timnas akan sekali berprestasi, kemudian kembali mati suri?

Merespon hal itu, kepada Bolanews.com, Deputi Bidang Teknis, Badan Tim Nasional (BTN), Iman Arif angkat bicara. “Gonzales merupakan sejarah pertama kali naturalisasi di Indonesia. Harapan saya, naturalisasi bisa menjadi terobosan buat timnas. Namun, jangan melupakan pembinaan dan pelatihan usia muda. Karena, hal itu merupakan kunci pembentukan tim yang kuat dan kontinu.”

“Saat ini, program naturalisasi saya rasa cukup tepat. Sambil menunggu hasil pembinaan, saya rasa tak salah jika masih menggunakan pemain naturalisasi 2 sampai 3 tahun ke depan. Setelah itu, baru kita tuai hasil pembinaan,” ujar Iman.

“Buat saya, naturalisasi adalah program jangka pendek. Jangka panjangnya, ya pembinaan dan pelatihan usia muda. Sekarang euforia naturalisasi sedang tinggi. Boleh saja, tapi jangan sampai terhanyut dan melupakan pembinaan itu,” tambah Iman.

Iman melanjutkan, menjawab bagaimana bentuk pembinaan usia muda, BTN terus menjalankan pelatihan. Sebagai contoh, Indonesia Football Academy (IFA). “Beberapa anak berbakat kami jaring dan diramu. Hasilnya, lihat saja sendiri. Baru dua setengah bulan, sudah mampu mengalahkan Sri Lanka 10-0.”

“Sebagai pelopor akademi sepak bola, IFA diharapkan mampu merangsang sekolah sepak bola yang lainnya di Indonesia untuk berkembang, tentu dengan hasil yang baik. Bukan hanya IFA, kami juga punya SAD (Sociedad Anonimo Deportivo-Red) sebagai bentuk pembinaan usia muda. Semua akan kami petik hasilnya nanti,” terang Iman.

“Artinya, naturalisasi merupakan pilihan, bukan jawaban yang tepat untuk membangun timnas yang kuat. Kami tetap mengedepankan pembinaan. Tapi, tak bisa dipungkiri naturalisasi masih dibutuhkan saat ini. Ya, semoga saja program yang saya susun berjalan dengan baik dan memberikan hasil,” pungkas Iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar