Suatu ktk ada kabar yg menggemparkan setengah tdk masuk akal. Seorang artist Holywood yg tdk hanya terkenal dan dipuja-puja, tapi juga kaya raya, ditemukan mati bunuh diri. Padahal kemana-mana diincar paparazi, jadi bahan berita media massa.(Ehe, jadi ingat Lady Di). Kemana dia berada selalu dikerubuti pengagum dan pemujanya. Ia kaya, sampai-sampai punya kapal pesiar dan jet pribadi ditambah sebuah pulau indah untuk berlibur. Ternyata dlm buku hariannya ditemukan tulisan my life is meaningless, hidupku tdk berarti. Bagi orang awam, ini tdk masuk akal. Bgm orang sesukses dia bisa mati bunuh diri karena merasa hidupnya hampa tdk berarti?
Dari eyangnya psikologi, Victor Frankl, kita mendapatkan pencerahan lewat logoterapi. Seseorang seyogyanya punya a will to meaning. Ya, satu dorongan keinginan untuk mencari kebermaknaan, melakukan sesuatu yg dapat membuat hidup kita berarti. Ada tiga cara mencapai meaningful life, yaitu pertama menjalankan norma dan ajaran agama; kedua, menolong orang yg sangat perlu pertolongan; ketiga, mengalami penderitaan yg sangat pedih dan bisa berhasil melewatinya. Dari tiga cara di atas, yang paling gampang adalah menolong orang yg sangat memerlukan bantuan. Dg demikian kita merasa bahwa hidup kita berarti. Kok abstrak banget, sih? Okey ada pelajaran yg bisa diambil dari film India.
Konon ada seorang napi baru keluar dari penjara, melihat seorang wanita cantik membawa pisau berdarah teriak minta tolong. Wanita tadi habis membunuh orang yg berusaha memperkosanya. Berikan pisau itu padaku dan larilah, kata napi. Dia ditangkap polisi, diadili dg tuduhan membunuh, dan divonis hukuman gantung. Sehari sebelum digantung, si wanita menjenguk di penjara dan akan mengaku kpd polisi bahwa ia lah pembunuhnya. Tapi napi itu melarangnya. Jangan nona, tolonglah saya, biarkan hidup saya berarti. Sejak kecil aku jahat, tdk pernah berbuat kebaikan. Dg menolong nona, hidup saya jadi berarti krn telah berbuat kebaikan. Esoknya, ia digantung dg senyum, karena ia mati dlm kehidupan yg berarti.
Itu ceritanya orang kafir. Kasih dong ceritanya orang iman. Oke ini ceritanya meaningful ala Jokam. Suatu sore di lingkungan pondok pesantren ada nenek tua berjualan makanan dari ketela. Kemudian datanglah seorang mubalighot cantik yg baik hati membeli dagangannya semuanya lima ribu rupiah. Teman-temannya pada mencela, mengatakannya bodoh karena membeli makanan yg tdk enak yg orang-orang di sekeliling pondok tdk mau membelinya.
“Kalian salah besar. Aku tdk membeli makanan itu, melainkan aku membeli kebahagiaan” sanggahnya sambil mendidik teman-temannya. Satu hal, dengan tidak membeli itu, aku tidak tambah kaya. Tapi dengan membeli tadi aku merasa tambah kaya. Tahu kenapa? Ibu tadi bilang: ”Neng, alhamdulillah jaza killahu khoiro. Sejak pagi tdk ada yg beli. Nenek belum makan. Uang ini nanti sebagian saya belikan beras satu ons terus saya tanak, beras nenek habis. Neng, nenek doakan; neng amini, ya? Semoga suami neng tambah sayang sama neng”
“Seandainya kalian tahu betapa berbinar-binar raut muka nenek tadi. Kebahagiaan yg kuperoleh jauh lebih besar daripada uang yg aku keluarkan. Belum lagi makanan ini kuberikan ke anak pondok yg kita tahu sendiri, mana sih ada anak pondok yg tdk doyan jajan. Kebahagiaan dan pahala yg kuperoleh berlipat tiga atau empat”. Katanya bersemangat. Betul. Dg kata lain hidup neng mubalighot cantik tadi sungguh meaningful, sangat berarti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar