Seseorang berpesan, “Saya titipkan harta untuk Anda. Segini jumlahnya. Harta ini boleh Anda pakai. Hanya saja, sebagian tolong Anda berikan kepada si Abu.” Perhatikan baik-baik, kata kuncinya adalah sebagian. Menurut penafsiran Anda, berapakah yang akan Anda berikan kepada si Abu?
Mayoritas member menjawab 50% dan sangat banyak orang menjawab 90%. Nah, ini menurut penafsiran guru saya:
- Kalau orang itu mengatakan sebagian kecil, mungkin itu jumlahnya 5-10 %. Sekali lagi, ini mungkin.
- Kalau orang itu mengatakan sebagian besar, mungkin itu jumlahnya 60-90 %.
- Nah, karena orang itu mengatakan sebagian, mungkin itu jumlahnya 20-50 %.
Terus, apa hikmahnya? Di kitab suci tertera berulang kali, hendaklah kita menyedekahkan sebagian dari harta yang kita miliki. Mungkin itu jumlahnya 20-50%. Mulai sekarang, alangkah mulianya kalau kita menargetkan sedekah 20-50% atau lebih. Sekiranya kita belum mampu, yah, setidaknya 10% dulu dan terus ditingkatkan. (Kalau 2,5%, itu sih sudah pasti. Itu zakat namanya.)
Ingat juga:- Nabi, Abu Bakar, dan Abdurrahman Bin Auf bersedekah hampir 100%. Makanya mereka hidup secara sederhana, walaupun aslinya kaya-raya.
- Umar bersedekah sekitar 50%.
- Sahabat-sahabat yang lain juga bersedekah besar-besaran.
- Idealnya, tentu kita meneladani mereka. Sekiranya belum mampu, yah, setidaknya 10% dulu dan terus ditingkatkan.
- Sayangnya di Indonesia, kata ‘ikhlas’ ditafsirkan jadi ‘sekadarnya’. Ini dijadikan semacam pembenaran untuk bersedekah sedikit. Padahal satupun riwayat tidak pernah menganjurkan kita untuk bersedekah sedikit.
- Yap, saatnya kita bersedekah banyak-banyak, segera, dan ikhlas.
Pernah Nabi berpesan, “Belilah semua kesulitanmu dengan sedekah.” Artinya, semua masalah bisa disolusiin dengan sedekah. Makin besar masalahnya, mestinya makin besar juga sedekahnya. Right?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar